Keesokan paginya, Alecta terbangun di jam 9 pagi, dia melihat kasur ibunya disebelah kasurnya sudah rapi. "Ibu pasti sudah bangun lebih awal utk mengurus urusan istana dan dapur." Gumamnya. Dia teringat dgn pesan dari sahabatnya, Alecta sumringah dan langsung beranjak utk mandi dan bersiap-siap.
***
Sebelum meninggalkan istana, Alecta sudah memberi makan ikan kecil kesayangannya dan membawa makanan ringan ditasnya. Dia tidak pernah ke laut, tapi itu bukan masalah bagi gadis kecil yg pemberani tersebut. Dia bertanya pada beberapa orang hingga akhirnya sampai di tempat tujuan, jaraknya lumayan jauh dari istana tapi walaupun berjalan kaki tidak terlalu melelahkan. Dia terpukau melihat keindahan pantai yg tidak pernah ia lihat sebelumnya.
"Indah sekali. Kenapa ibu tidak pernah mengajakku kesini." Gerutunya.
Dia mendekat ke bibir pantai dan menyentuh air asin dari laut tersebut. Alecta melirik kiri dan kanan, ada beberapa nelayan yg baru saja hendak berangkat utk menangkap ikan.
"Hei nak, sedang apa kau disini?" Tegur seorang nenek yg keliatannya masih gagah, dia menurunkan topi nelayannya dan menatap Alecta dgn tajam. "Sepertinya kau bukan orang biasa, dimana orangtuamu?" Ucapnya lagi.
"Nenek, aku kesini utk menemui temanku. Orangtuaku bekerja di istana." Jawabnya.
"Ooh, apa kau anak salah satu tamu kerajaan? Aku dengar putri Glacia mengadakan sayambara, dari kerajaan mana kau nak?" Tanyanya. Alecta tidak akan menjawab bahwa dia adalah anak kepala pelayan dan ibunya juga dekat dgn putri Glacia. Dia tau bahwa rakyat kerajaan Nocturnus tidak suka dgn putri mereka lagi.
"Bukan nek, ehm.. a-aku.. ibuku seorang pelayan biasa disana." Jawab Alecta.
"Tapi, pakaianmu terlalu mewah utk seorang anak dari pelayan biasa…" Tatap nenek itu.
"Ini.. ehh.. pakaian ini hadiah ulang tahun dari kak Riven, a-aku juga suka karna mewah makanya aku pakai. Hehe.." Jawabnya.
"Ooh, Riven si pengawal pribadi Raja? Dia memang anak yg baik, baguslah kalo begitu. Nenek cuma mau mengingatkan padamu utk tidak bermain terlalu dekat dgn air, kau bisa terserat ombak.. selain itu, masih ada beberapa naga laut dipantai ini.. jangan sampai mereka menangkapmu karna mengira kau berasal dari istana dan keluarga kerajaan. Mereka sangat benci orang-orang istana, apalagi putri Glacia."
Alecta hanya mangguk mengerti. Dia tau mengapa mereka tidak suka dgn orang kerajaan Nocturnus. Tapi dia tidak tau bahwa rakyat di sekitar pantai mengetahui tentang keberadaan naga laut, tapi mereka keliatannya tidak membenci mereka.
"Nenek, apa… kalian sering bertemu dgn naga laut?" Tanya Alecta penasaran.
"Walaupun kau hanya seorang anak pelayan, tapi kau tinggal di istana kan? Nenek tidak bisa memberitaumu."
"Oh nenek tenang saja, aku janji tidak akan bilang apapun pada ibu atau yg lainnya. Aku hanya penasaran." Bantah Alecta.
"Sebelum kejadian dimasa lalu dimana putri Alecta dan Nadish dicap sebagai pengkhianat, bangsa naga laut dan manusia hidup berdampingan. Kami saling bantu dan berteman akrab, tapi semenjak putri Glacia menyebarkan rumor bahwa bangsa naga laut itu makhluk jahat, Nadish dan naga laut lainnya dibenci dan diburu, hingga terjadinya perang yg membuat kedua pihak benar-benar bermusuhan. Naga laut kalah dan terpaksa pergi dari wilayah Nocturnus utk selamanya, tapi.. karna rumah mereka dan asal usul mereka dari sini, tidak sedikit naga laut yg memilih utk tinggal dan hidup menyamar. Kami yg tidak tega melihat itu berusaha membantu sebisa mungkin dan tetap menjaga jarak agar orang istana tidak curiga."
Alecta ber-o-ria dan mendengarkan dgn seksama. "Lalu?" Ucapnya.
"Pokoknya, kami tidak bisa menghentikan mereka menangkap atau menyakiti orang istana yg mereka tidak suka. Oleh karna itu, untuk berjaga-jaga.. pakai jubah ini." Nenek itu memberikan jubah using yg masih layak dipakai ke gadis kecil tsb.
"Kami sering bertemu naga laut, tapi kami memilih utk diam. Kami tau mereka juga butuh makanan yg lebih bervariasi dan kebutuhan lainnya, bayangkan jika kau hanya makan ikan seumur hidupmu?" Kekeh nenek tsb.
Alecta tertawa. "Aku mengerti nek, sama seperti kita.. mereka juga suka hal-hal yg baru dan sering merasa bosan. Aku harap kita dan bangsa naga laut bisa berteman seperti dulu."
"Ya begitulah, asalkan putri Glacia mau menerima naga laut lagi dan meminta maaf. Semuanya akan kembali seperti semula."
"Terima kasih, aku akan kembalikan jubahnya nanti." Ucap Alecta sumringah.
"Ah tidak usah, simpan saja. Kalau keluar istana, usahakan utk memakai pakaian biasa atau tutupi dgn jubah seperti ini ya? Tujuannya bukan sekedar utk terhindar dari naga laut, tapi juga utk menghindar dari penjahat yg ingin menculik dan merampokmu."
"Wahh terima kasih banyak nek, berkat nenek aku mendapat banyak pengetahuan. Lain kali aku akan mengikuti saran nenek."
Seorang pria dibelakangnya menegur nenek tersebut, mereka akan segera berangkat utk menangkap ikan dan nenek tersebut pamit pada Alecta. "Hati-hati dan semoga tangakapanmu banyak nek!" Lambai Alecta. Nenek tersebut hanya melemparkan senyuman.
Saat ombak kecil membasahi kaki Alecta, gadis kecil itu langsung menjauh dari ujung pantai. "Selalu jaga jarak dari laut." Gumamnya sumringah. Dia memakai penutup kepala dari jubahnya dan mencari keberadaan temannya.
Dia melihat batu karang besar disebelah kiri pantai, dia ingat bahwa Nicholas suka duduk dan menunggu dibebatuan dan segera kesana.
"Tidak ada?" Ucapnya sesampainya disana. Hanya bagian ini yg memiliki banyak bebatuan, diujung pantai sebelah kanan hanya ada pondok kecil nelayan yg kosong. Alecta memutuskan utk menunggu disana saja, siapa tau Nicholas memang belum datang.
Sudah hampir jam makan siang, Alecta mulai lelah menunggu. "Ck, Nicholas menyebalkan." Gerutunya dan menendang batu kecil ke laut.
Tepat setelah itu, ia melihat ekor biru berkilau yg mengibas dari dalam air karna terkena lemparan batu Alecta. Ekor itu tidak asing, saat ia berusaha utk melihat lebih dekat, ekor panjang tersebut menyelam dan berenang ke balik batu karang yg tak jauh dari sana.
"Itu ekor naga laut, sama persis seperti… atau jangan-jangan…" Alecta mengingat Nicholas, dia mengendap-endap ke balik batu karang tersebut utk menakutinya.
"Baaaa!!" Teriak Alecta.
"Aakkh! Tolong jgn bunuh aku!" Ucap naga laut tersebut, dia bukan Nicholas. Pria kecil itu memasukkan separuh wajahnya ke dalam air dan menutup matanya dgn kedua tangan karna ketakutan.
"Eeh? Kau siapa?" Tanya Alecta.
Naga laut tersebut perlahan menyingkirkan tangan dari matanya dan terbelalak kagum dgn Alecta.
"Hey, aku tanya.. kau siapa? Apa kau kenal dgn Nicholas?" Alecta menjentikkan jarinya di depan wajah anak yg keliatannya seumuran dgnnya.
"Oh.. ma-maaf, kau.. cantik sekali." Ucapnya tersipu malu.
Alecta terkekeh. "Aku tau. Tapi bukan itu jawaban yg kucari, siapa kau?" Ucap Alecta yg menunduk utk mengobrol lebih dekat dgn pria naga laut tersebut.
"Hm.. a-aku.. aku Maui, anu.. aku temannya Nicholas. Apa benar namamu Alecta?" Jawabnya terbatah.
Alecta menyipitkan matanya dan memandangi penampilan anak itu. "Benarkah? Ya benar, aku Alecta." Ucapnya. Anak itu mengangguk.
"Ah syukurlah, aku agak ragu mendekatimu karna jubahmu tadi. Maaf karna membuatmu menunggu lama." Ucapnya gugup.
Sekali lagi Alecta terkekeh, "Apa semua suku naga laut memiliki wajah tampan? Hahaha.." Gadis itu mencubit pipi pria kecil tersebut.
"Te-terima kasih…" Jawabnya dgn pipi yg memerah.
"Tapi kenapa kau yg ada kesini? Dimana Nicholas?" Tanya Alecta.
"Begini.. hm.." Dia menggaruk kepalanya yg tidak gatal, terlihat bingung menjelaskannya. "Ibunya Nicholas memberikan banyak pekerjaan padanya, sehingga dia tidak punya waktu utk kesini. Dia takut kalo kau akan menunggunya dan kecewa, makanya di-dia.. dia memintaku utk memeriksa apakah kau datang atau tidak, jika kau datang aku disuruh utk menjemputmu dan menyampaikan hal ini…"
"Ooh, jadi begitu. Pantas saja aku menunggu berjam-jam tapi dia tidak datang. Tapi, apa maksudmu dgn menjemputku?"
Maui mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya, "Nicholas berhasil mencuri ramuan rahasia dari gudang kakeknya. Ramuan ini bisa mengubahmu menjadi naga laut selama 3 jam. Aku dan Nicholas ingin mengajakmu melihat-lihat bawah laut, dia bilang.. kau sangat ingin melihat dunia kami.. jadi.. ehh…"
"Bagaimana aku tau bahwa kau tidak berbohong?" Ucap Alecta sinis.
"Aku berani sumpah bahwa semua yg ku katakan itu benar. Nicholas yg mengirimku kemari, dia ingin kau meminum ramuan ini dan berpura-pura mengajak Nicholas keluar utk bermain agar dia bisa menghindari pekerjaaan yg diberikan ibunya. Aku janji tidak akan terjadi hal yg buruk padamu, saat naga air mengingkari janjinya.. kami akan mendapatkan luka bakar ditubuh kami. Aku sudah berjanji, tolong percayalah padaku."
Alecta seketika tertawa. "Raut wajahmu begitu panik…hahaha!"
"Alecta, aku serius." Ucap Maui.
"Baiklah, aku percaya. Kau tidak perlu sepanik itu." Kekeh Alecta. "Tapi, apa tidak masalah jika Nicholas mencuri ramuan ini? Memangnya apa pekerjaan kakeknya Nicholas?"
"Kakeknya seorang Botanis sekaligus penyihir putih, dia menguasai segala jenis tanaman dan obat-obatan, itu sebabnya banyak naga laut yg berobat padanya. Ramuan ini tidak terlalu penting, sebenarnya ini hanya obat untuk menghilangkan kelainan pada naga laut yg tidak bisa berubah menjadi manusia walaupun sudah 18 tahun ke atas, tapi bagi manusia.. ini adalah ramuan utk berubah menjadi naga laut."
"Kalian ada kelainan seperti itu?" Kekeh Alecta lagi.
"Mau bagaimana lagi, naga laut juga bukan makhluk yg sempurna. Kami juga sama seperti manusia." Ucap Maui tersenyum rengkuh.
"Sini, berikan padaku.. Aku tidak sabar lagi utk menjadi naga laut." Rampas Alecta.
"Tunggu, kau harus-"
Alecta sudah terlanjur minum sebelum Maui sempat mengatakan sesuatu. Alecta mengeryitkan dahinya setelah minum ramuan tersebut.
"Yak.. rasanya tidak enak, seperti memakan ikan busuk." Gadis itu langsung masuk ke dalam air utk membilas mulutnya yg terasa sangat tidak enak.
"Anu.. Alecta.. ka-kau.. sebaiknya… Aish..." Wajah Maui memerah, ia berbalik dan menutupi wajahnya.
Alecta melihat pakaiannya tertinggal diatas batu karang, dia baru menyadari bahwa tidak ada sehelai benang pun ditubuhnya. "Maui, sialan!" Alecta langsung menarik pakaian utk menutupi tubuhnya, dia juga sadar bahwa kakinya sudah berubah menjadi ekor bersisik dgn sirip lancip yg panjang.
"Alecta, apa kau sudah ber-aduhh!" Gadis kecil itu menjewer telinga Maui saat dia hendak berbalik.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal, hah?!"
"Ma-maaf, aku tadi mau bilang tapi kau langsung meminum ramuannya begitu saja. Maaf.." Rengeknya.
Alecta melepaskan jewerannya dan mendengus, dia tau kalo dia juga salah. Alecta mengambil sisa pakaiannya yg tidak ia pakai dan menenteng tas yg dia bawa dari tadi, dia meletakkan pakaian yg sudah dilipat ke balik batu agar dia bisa memakainya lagi saat berubah menjadi manusia.
"Apa kau sudah siap?" Ucap Maui.
"Tu-tunggu.. bagaimana caranya berenang? Ekor ini panjang sekali…" Ucap Alecta gugup.
"Seperti biasa kau menggerakan kakimu, aku tidak tau bagaimana menjelaskannya. Tapi pegang saja tanganku, aku akan menuntunmu.."
Alecta mengangguk dan memegang tangan Maui, dia bersiap mengambil nafas dalam sebelum akhirnya menyelam ke dalam air. Maui terkekeh saat melihat pipi gembil Alecta yg berusaha menahan nafas.
"Kau bisa bernafas di dalam air." Ucapnya, banyak gelembung yg keluar dari mulut Maui saat ia berbicara, tapi Alecta bisa mendengar ucapannya dan berhenti menahan nafas.
Air masuk melalui hidungnya dan itu membuat Alecta merasa sedikit aneh, seolah dia menghirup air dan entah darimana air itu bisa keluar lagi. Dia tidak mau ambil pusing dan terus memegang tangan Maui.
***
"Itu dia." Tunjuk Maui. Ia menunjuk gua besar di dasar laut, pintu masuknya ditutupi dari tanaman liar yg panjang dan terdengar suara berisik dari dalam gua.
"Apa ini tempat tinggal Nicholas?" Tanya Alecta.
"Benar. Hampir semua naga laut tinggal di gua. Ayo masuk.." Tarik Maui.
Mereka berdua melewati pintu masuk dari tanaman tersebut dan ada sebuah pintu lagi di baliknya, pintu yg terbuat dari batu dengan lambang yg tidak ia kenal. Alecta sendiri bahkan tidak tau bagaimana cara mengetuk pintunya.
Maui menyentuh lambang aneh di pintu tersebut dan memejamkan mata, lambang yg sama dilengan dan dahi pria kecil itu menyala dan pintu tersebut terbuka.
"Bagaimana kau melakukannya?" Ucap Alecta kagum.
"Apa? Semua naga laut bisa melakukannya, kau juga bisa." Geleng Maui.
Tepat di depan pintu, berdiri seorang wanita dgn rambut yg dikepang indah berwarna biru muda dan mata ungu yg menyala, dia menatap kami dgn wajah datar.
"Hm, hallo tante. Hehe… apa Nicholas nya ada?" Kekeh Maui.
"Sudah kuduga Maui. Kenapa kau kesini lagi? Dgn teman baru…" Ucap wanita itu sembari menatap Alecta dari atas sampai bawah.
"Hm, i-ini.. ini. A-"
"Namaku Elina, tante." Potong Alecta, dia takut menyebutkan nama asli akan membawanya pada masalah, selama ini dia juga tidak pernah menyebutkan nama aslinya pada siapapun kecuali Nicholas dan anak yg disebelahnya. Maui yg mendengar hal itu menatap bingung pada Alecta, gadis itu hanya menanggapinya dgn senyuman.
"Elina, aku tidak pernah melihatmu disekitar sini.. dari wilayah mana kau?" Tanya wanita tsb.
"Hm.. orangtuaku baru pindah ke pantai yg ada disekitar sini, aku bertemu dgn Maui dan Nicholas saat tersesat di.. di… anu.."
"Dipasar, saat itu kami tidak sengaja bertemu dan kami menunjukkan Elina jalan pulang, lalu kami berteman." Sambung Maui.
"Elina!" Tiba-tiba Nicholas datang dan langsung memeluk Alecta dgn erat. "Bagaimana kabarmu?"
Alecta menatap sinis ke arah Nicholas. Pria itu hanya tersenyum rengkuh, dia tau kalo Alecta sedang marah padanya.
"Apa yg kau lakukan, selesaikan pekerjaanmu dulu…" Tarik wanita tsb.
"Ibu, aku sudah mengerjakan semuanya. Tolong jangan ditambah lagi pekerjaanku, izinkan aku bermain dgn Maui dan teman baru kami." Bujuk Nicholas.
"Kenapa kau tidak pernah cerita tentang Elina..?"
"Kami baru bertemu sebentar, kami belum mengenal Elina lebih jauh jadi aku pikir nanti saja menceritakannya pada ibu." Jawab Nicholas. Alecta tak menyangka pria ini bisa berbohong dgn lancar di depan ibunya sendiri.
"Iya tante, izinkan kami bermain. Aku dan Nicholas sudah janji untuk mengajak Elina jalan-jalan diwilayah kita. Iyakan, Elina?" Senggol Maui.
"Eh.. I-iya tante.. itu benar…" Jawab Elina.
Ibunya terlihat ragu utk memberikan izin, tapi saat melihat Alecta dia menghela nafas. "Kalo memang kau orang baru disini, silahkan melihat-lihat. Oh iya, sebentar..." Ibunya Nicholas masuk utk mengambil sesuatu.
Dia memberikan parsel unik dari kerang raksasa. "Ini sup timun laut dan lobster kepiting, ada beberapa obat-obatan utk kulit naga laut juga. Kau bilang kau tinggal dipantai, pasti sulit terus menyamar sebagai manusia. Sesekali berendam dan mampir ke bawah laut yah, dan juga berikan ini pada orangtuamu dan sampaikan salam tante pada keluargamu yah."
Alecta tersenyum rengkuh dan menerima buah tangan ibunya Nicholas. "Te-tentu saja tante, aku pasti akan sampaikan pada orangtuaku. Kedengarannya enak. Hehe." Jawabnya.
"Baiklah. Kalian bisa mengajaknya bermain." Ucap Ibunya Nicholas.
"Terima kasih bu!" Ucap Nicholas sumringah.
"Tapi ingat, jika ibu melihatmu muncul ke permukaan lagi. Jangan harap kau bisa keluar rumah." Ancam ibunya.
Nicholas tersenyum rengkuh dan mengangguk.