Masih setia memijat tubuh rentan wanita paruh baya itu, Zava tampak menggunakan minyak dengan aroma terapi, untuk menghangatkan tubuh Nyonya Ros.
Setiap olesan minyak dari tangan lembut Zava mampu membuat tubuh wanita paruh baya itu terasa hangat dan juga rileks, ditambah lagi aroma minyak yang khas membuat rasa kantuk itu melanda Nyonya Ros.
"Sial mengapa aku tak bisa menolak rasa nikmat ini," gerutu Nyonya Ros dengan menahan rasa kantuk luar biasa.
Zava sudah hafal betul kebiasaan Nyonya Ros, setelah dipijat oleh Nya sekitar 30 menit maka Nyonya Ros akan tertidur pulas.
Sekarang Zava hanya menantikan detik-detik wanita tua itu memejamkan kedua bola matanya dengan rapat, setelah nyonya Ros tertidur lelap, maka Zava bebas melakukan apapun tanpa sepengetahuan wanita itu.
Sudah tentu Zava tak harus memasang topeng baiknya lagi, selama wanita tua itu tertidur pulas.
"Hoamm…" wanita paruh baya itu benar-benar mengantuk, Ia terus menutup mulutnya yang mulai menguam.
Zava tampak pintar memanfaatkan momentum itu, Ia dengan lembut dan juga penuh perhatian memopong tubuh rentan wanita paruh baya itu, menuntun Nyonya Ros menuju ke peristirahatannya.
Dengan dibantu seorang pelayan rumah tangga lainnya, Zava tampak tak kesulitan membawa Nyonya Ros ke lantai 2.
Klekkkk….
Zava membuka handle pintu dengan hati-hati, takut jika wanita paruh baya itu terbangun dari tidurnya. Meletakkan tubuh rentan itu di atas kasur empuk kesayangannya, dengan senyaman mungkin dan penuh hati-hati, tak lupa jemari Zava menarik selimut tebal bercorak Flora itu, menutupi setengah bagian tubuh Nyonya Ros.
Zava meminta pelayan rumah tangga itu meninggalkan lebih dulu kamar mertuanya, setelah sekitar sepuluh menit berselang, Zava mengikuti langkah pelayan itu, meninggalkan kamar Nyonya Ros.
Setelah ia memastikan wanita paruh baya itu akan tertidur pulas dalam waktu cukup lama. Senyum tipis itu menyeringai di wajah cantik Zava.
Tapp…. Tap….
Langkah kaki Zava terdengar pasti menaiki anak tangga, melangkah menuju lantai 3. Yah.. kamar Zava berada di lantai itu, dan tak jauh dari kamar milik Sunny adik iparnya.
Sudah tentu wanita manja itu masih tertidur pulas di kamarnya, ia bisa bangun dari tidurnya jam 9-10 pagi. Membuat Zava hanya menggelengkan kepalanya.
Karena mendiang suaminya sangat berbeda dengan Sunny, yah.. mas Alzafa begitu rajin dan juga bergaya hidup sehat serta mandiri dan bisa diandalkan. Berbeda 180 derajat dengan si manja Sunny.
Sunny si gadis manja yang hanya bisa berlindung di bawah ketiak sang ibu, 'Nyonya Ros'. Entah akan menjadi apa gadis manja itu jika tanpa sang mama.
Membuat Zava lagi-lagi hanya mampu menggelengkan kepalanya, Ia tak habis pikir ada anak seperti Sunny.
'Ah sudahlah…' gumam Zava dalam hati.
Untuk apa ia berlama-lama menatap pintu kamar milik Sunny yang terbuka, akan lebih baik jika Zava mempercepat langkahnya menuju kamar.
Pukul 07.00 pagi
Zava terbiasa membilas dirinya, mandi lebih awal dan bersolek di hadapan kaca. Walau ia hanya seorang janda, tapi itu tak membuat Zava melupakan diri untuk merawat kecantikannya.
20 menit cukup bagi Zava membersihkan dirinya, mengenakan handuk putih singkat, tubuh Zava benar-benar terlihat seksi dan juga menarik di hadapan kaca.
Wanita kesepian itu memandang kaca dan tak luput memperhatikan setiap garis tubuhnya, memperhatikan lekukan-lekukan tubuhnya yang terlihat semakin indah tanpa sentuhan.
"Ahh.. sayang sekali, padahal tubuhku sangat seksi dan ideal, belum lagi bibirku yang tipis ini terlihat sangat menggoda, ditambah lagi bokongku yang semakin terangkat dan berisi," ujar Zava dengan menatap bayang dirinya di kaca besar.
Wanita kesepian itu berputar-putar di depan kaca, Ia tak henti-henti mengagumi kecantikan dirinya, Membiarkan handuknya sedikit rendah dan belahan dada itu terlihat nyata di hadapan kaca.
Kedua buah persik ranum itu seolah merindukan sentuhan, berkat kebiasaan Zava berolahraga mampu membuat tubuhnya begitu sempurna. Dengan memiliki lingkar pinggang ramping dan juga bokong padat berisi, serta kedua payudaranya yang menantang.
Tapi sayang tubuh cantiknya itu sangat jarang dijamah, tentu itu karena statusnya sebagai seorang janda. Janda dari almarhum Alzafa. Tradisi keluarga Nyonya Ros tak membiarkan siapapun menikah lebih dari satu kali. Dan itu termasuk dan berlaku untuk Zava.
Yah.. ia harus terus menyandang status sebagai janda Alzafa sampai ajal menjemputnya. Memang itu terdengar sedikit kejam tapi itu adalah tradisi keluarga yang tak bisa dilanggar oleh siapapun.
Sama halnya seperti Nyonya Ros yang berstatus janda sejak 25 tahun silam. Wanita paruh baya Itu tampak begitu setia dan melestarikan tradisi keluarganya yang sudah turun-temurun.
'Sampai kapan? Sampai kapan aku harus terus kesepian seperti ini, aku merindukan sosok laki-laki itu, aku merindukan ia bisa tidur bersama ku memeluk tubuhku dengan hangat, memeluk mesra di ranjang yang luas ini, menyambut pagiku dengan tatapan dan senyum indah dan juga dengan kata-kata manis.' khayalan Zava semakin meronta-ronta.
"Cukup! Cukup! kau terus melarangku 'Ros'," Ucap Zava dengan kesal, Iya sudah terlalu lama menuruti semua larangan mertuanya.
Bertahun-tahun ia bersikap baik, dengan terus patuh pada keluarga Ros, dan kali ini kesabaran Zava benar-benar sudah habis. Iya bahkan dengan terang-terangan mengecam larangan dari Nyonya Ros.
Dengan gerakan pasti Zava meraih pakaian terbaiknya di lemari, sebuah dress pendek berwarna merah menyala menjadi pilihannya.
Tentu saja selama ini Zava berpenampilan biasa saja, itu semua karena larangan dari Nyonya Ros dan juga Sunny.
Kecantikan alami yang dimiliki oleh Zava sudah tentu membuatnya diperhatikan oleh Sunny. Gadis manja itu tentu takut kakak iparnya itu melebihi dirinya.
Tak ada yang boleh lebih cantik darinya dan tak ada yang boleh berdandan melebihi dirinya, sudah tentu Sunny memiliki ketakutan berlebihan, apalagi ia memiliki suami tampan seperti Reino.
Tapi tekad Zava sudah bulat, Iya tampak bersikukuh menggunakan dress ketat berwarna merah terang itu untuk pagi ini.
Memadukannya dengan high heels setinggi 5 senti, Zava berputar-putar di depan cermin memperhatikan lekuk tubuhnya yang begitu sempurna dibalut dress ketat itu.
"Kau benar-benar sempurna Zava, ku yakin sulit bagi laki-laki menolak mu," puji Zava pada dirinya sendiri di hadapan cermin.
Rambut panjang itu sengaja digerai oleh Zava, ia membiarkan rambut lurusnya itu berkibas-kibas. Rambut yang selama ini selalu ja ikat menjadi satu dan kini ia tampil berbeda dengan lebih modis.
"Sempurna!!"
Sebenarnya itu adalah penampilan Zava selama mendampingi almarhum suaminya, tapi semenjak mendiang suaminya pergi Zava tentu dikecam tak boleh berdandan oleh Sunny dan juga Nyonya Ros.
Tak berhenti di sana saja, Zava mengeluarkan sekotak perhiasannya dari laci, mengenakan anting bermata berlian juga cincin yang serasi dengan kalung yang ia kenakan, semua itu tentu perhiasan mahal pemberian dari mendiang suaminya.
"Huhh…. akan ku tunjukkan siapa sebenarnya diriku!" Kecam Zava dengan suara lantang dan penuh percaya diri. Bola matanya penuh dengan ambisi.