Chereads / Fire Twins / Chapter 7 - Permohonan

Chapter 7 - Permohonan

Gadis kecil berlari menyusuri hutan menuju arah kastil. Ia hanya berlari sembari menangis. Ayahnya selalu memintanya untuk mengingat arah yang ia lalui sekarang ketika mencari kayu.

Ia ingat semua pepohonan dan lingkungan sekitar dari lokasi yang ia gnunakan untuk berlari.Ia tidak pernah mengerti mengapa ayahnya untuk mengingat jalan ini,tetapi ia menuruti ayahnya dan mengingat semuanya yang perlu ia ingat.

Hingga beberapa saat lalu ia belum tahu alasannya,tetapi ketika ayahnya menyuruhnya untuk berlari ke kastil lewat jalan yang ayahnya minta untuk dia ingat ia mulai berfikir banyak hal.

'Kenapa yah?kenapa?apakah ayah tahu ini akan terjadi?tapi mengapa??'

Banyak yang ia pikirkan dan airmata menutupi matanya tak sadar ia pun tersandung sebuah akar pohon

'Ugh!'

Ia terjatuh kedepan lutut dan telapak tangannya penuh luka lecet. Meskipun terasa sakit ia bangkit berdiri dan berlari lagi.

Ia sedang di dalam rumah saat ayahnya tiba tiba masuk dan mengunci pintu, tubuhnya penuh cairan merah ia tahu apa itu, ia pernah lihat itu ketika tanganya tersayat pisau,tapi jumlahnya darah yang ia lihat sangat banyak.

Ia ingin bertanya ke ayahnya apa yang terjadi tapi ia menyuruhnya lari ketika seseorang mencoba mendobrak pintu rumah mereka.

Ia tak tahu apa yang terjadi tapi ia melihat ayahnya memegang sebuah pedang menghampirinya lalu menggendongnya lari ke luar lewat belakang rumah.

Ia tak mengerti kenapa ayahya tiba-tiba memegang sebuah pedang, tapi yang ia tahu ada banyak suara teriakan di luar rumah dan ayahnya menyuruhnya lari ke dalam hutan. Ia ingin pergi bersama ayahnya tetapi ayahnya berkata kalau dia akan menyusul di belakangnya.

'Kau tidak berbohong kan yah?'

Ia berharap ayahnya tidak berbohong walau itu sangat mustahil. Ia hanya bisa berlari dan menangis.Ia tahu orang yang mungkin bisa menolongnya.

Temanya itu pernah berkata kalau dia adalah seorang bangsawan. Seorang bangsawan seharusnya bisa menolong ayahnya. Larinya tak melmbat dan Dia sudah semakin dekat dengan kastil tempat tinggal teman bangsawannya.

+++

Frans dan Edwin bergerak cepat menuju kastil. Belum terlalu lama sejak mereka menaiki kuda, dinding kayu yang menjadi pelindung terluar kastil semakin terlihat jelas.

Banyak pengungsi yag mengantri untuk memasuki benteng kastil . Mereka mengantri di depan gerbang untuk dilakukan interogasi oleh penjaga. Interogasi penting untuk menghindari penyusup.

Semakin mereka mendekati pintu gerbang, mereka melihat Ibu mereka bergerak cepat menuruni dinding.

Ketika mereka masuk ke dalam gerbang dan prajurit menurunkan mereka dari kuda, Baroness langsung menghampiri dan memeluk mereka berdua.

"Frans, Edwin kalian tidak terluka kan?"

" …"

Mengetahui Edwin hanya terdiam,Frans menjawab pertanyaan ibu mereka.

"Tidak bu, kami tadi bertemu paman Jhosua dan dia membantu kami kembali ke kastil"

"Syukurlah"

Mereka terus berpelukan beberapa saat. Frans tak tahu apakah ibuknya sedang menangis tapi dia tidak melepaskan pelukannya.

"Madam, mungkin sebaiknya Tuan Muda dan madam masuk ke kastil untuk beristirahat"

"Frans,Edwin ayo kembali ke kastil"

Ibu mereka yang berhenti memeluk mereka berusaha tersenyum ke mereka.

"Baik bu"

Saat mereka berdiri dan mulai berjalan ke arah gerbang di tembok ke dua kastil mereka mendengar keributan di gerbang terluar. Ketika mereka melihat ke arah keributan, mereka melihat seorang gadis kecil berambut coklat menangis ke arah prajurit yang menjaga gerbang.

Para pengungsi lainnya yang mengantri di gerbang hanya melihat apa yang dilakukan gadis kecil dengan penasaran dan kemudian mengabaikannya seolah-olah itu adalah hal biasa.

"Kumohon!tolong ayahku! dia ada di desa!"

"Nak,kau sedang terluka ,akan aku ke antar ke orang yang bisa mengobati lukamu,ok?"

Prajurit yang terlihat masih sangat muda,berusaha mengajak anak tersebut ke tempat dokter di kastil ini.

"Tidak!,kumohon, ayahku penuh darah saat aku lari kemari!jika tidak, tolong bawa aku ke Edwin!"

"Edwin?apakah maksutmu Tuan Muda? Tolong jangan-"

"Tina!"

Edwin berlari menghampiri Tina. Ketika pengungsi menyadari siapa yang berteriak langsung terkejut dan bertanya-tanya tentang identitas gadis kecil itu.

Ibu Tina bergegas menyusul belakangnya dengan wajah khawatir. Edwin memeluknya dengan erat tetapi segera setelah itu menyadari sesuatu ia segera melepas pelukanya.

"M-maaf Tina kau terluka sebaiknya kita ke tempat orang yang bisa merawat lukamu."

"Tidak…kumohon… Ayahku-"

Tina pingsan segera saat ia berusaha meminta tolong ke Edwin. Ibu Tina dengan panik langsung menolong Tina agar tak terjatuh ke tanah.

Antrian pegungsi yang melihat kejadian itu hanya melihat dengan terkejut dan kasihan.

"Tina!"

"Oh Tina!... Madam ,kumohon bantu anakku"

Ibunya tak bisa menahan lagi emosi yang selama ini ia tekan agar tak muncul di depan tuannya. Melihat itu Jhosepin langsung memanggil prajurit muda yang ada di dekatnya.

"Prajurit! Cepat bawa anak ini ke dalam kastil"

"Baik!"

"Franz, pergilah dan panggil dokter pribadi keluarga kita"

"Baik bu"