Berawal dari sebuah pujian kini ia mulai memperhatikan tubuhnya.
Bahkan di depan cermin tidak hanya sekali ia bisa berpose berkali-kali.
Rasa ingin memamerkan keindahan tubuhnya semakin meningkat sungguh ini sangat kuat biasa di banding sebelumnya.
Ia kini sangat antusias juga berjalan berlenggak-lenggok layaknya model.
Ia sangat senang, ketika para pegawai itu menatapnya mereka tak bisa menyembunyikan raut wajahnya ketika menatap keindahan di wajah mereka.
Ia semakin menjadi-jadi, ia keluar dari kamarnya dengan memegang sebuah buku.
Ia berjalan melewati Rere dan Riri, kemudian duduk di meja ruang tamu dengan menyilang kan kakinya. Pemandangan indah untuk dinikmati kedua asisten rumah tangga itu.
"Re, gak bisa gini den Dimas harus mempertanggungjawabkan ini, perasaan gue meronta-ronta!" Riri mengikut Rere.
"Gue juga tapi kita harus sadar diri," Riri mengingatkan.