"benar neng! Agar kamu tidak kepanasan dan juga kamu bisa pulang lebih cepat!" Jawab Pak Burhan berbohong. Kesya merasa sangat senang dengan hadiah diberikan oleh Pak Burhan kepada dirinya. Dia tersenyum dan berulang kali mengucapkan terima kasih kepada pria paruh baya itu. Dari dalam rumah, Bik siti juga melihat kebahagiaan yang tampak di wajah Keisha. Wanita paruh baya juga ikut bahagia jika suaminya memberikan sebuah hadiah untuk gadis tersebut. Sementara wanita itu tidak mengerti bahwa hadiah itu sebenarnya berasal dari Aska.
Sementara dari lantai 2 seorang pemuda tampan sedang menyaksikan seorang gadis yang merasa bahagia atas hadiah istimewa yang sengaja Ia berikan untuk dirinya. Keisha menari kesana kemari, dompet tiada henti. Kebahagiaan terpancar di wajahnya. Dia lupa akan semua lelah yang selama ini ia rasakan. Sejak kecil gadis Malang itu sangat memimpikan memiliki sebuah sepeda. Ayahnya pernah berjanji untuk memberikan dia sebuah sepeda. Mereka tidak pernah mampu membelinya. Keisha hanya bisa melihat teman-temannya bergembira menaiki sepeda. Sementara dirinya hanya bisa menjadi penonton setia.
Tetapi hari ini dia mendapatkan hadiah sepeda istimewa. Salah satu impiannya telah menjadi nyata. Namun tiba-tiba Gadis itu berhenti. Dia menatap wajah Pak Burhan yang berdiri di hadapannya.
"ada apa neng?" Pak Burhan bertanya karena melihat Kesya tiba-tiba berhenti.
"Saya, saya," ucap Keisha ragu-ragu.
"kenapa?" Pak Burhan kembali bertanya kepada gadis belia itu.
"saya tidak bisa naik sepeda!" jawab Keisha sambil menundukkan kepala. Pak Burhan spontan tertawa mendengar jawaban dari gadis tersebut. Begitu juga dengan Aska yang berada di lantai dua sambil terus memperhatikan Keisha. Aska bahkan tertawa terbahak-bahak, suara tawanya sampai terdengar hingga ke bawah. Persamaan Pak Burhan dan Keisha menatap ke arah lantai 2. Pemuda tampan itu segera menyembunyikan dirinya. Dan kedua tangannya menutup mulutnya sendiri.
Aska tidak menyangka bahwa ada seseorang yang tidak bisa mengendarai sepeda. Bagi pemuda tampan itu hal itu merupakan sesuatu yang tidak biasa. Begitu juga dengan Pak Burhan, pria paruh baya itu juga tidak bisa menahan tawanya. Karena meski dia bukan berasal dari golongan orang kaya tetapi menggunakan sepeda adalah hal yang biasa dilakukan oleh anak-anak yang berasal dari desa.
Namun berbeda dengan Keisha, sejak kecil dia hanya memiliki mimpi untuk bisa memiliki sepeda dan menaikinya. Namun semua itu hanyalah mimpi yang tidak pernah terwujud hingga sekarang. Dia bahkan tidak berani menyentuh sebuah sepeda apalagi mampu menaikinya.
"Bapak?" ucap Keisha cemberut saat Pak Burhan tertawa mendengar jawaban dari dirinya.
"maaf!" pria paruh baya itu mencoba menghentikan tawanya. Bukan hanya Pak Burhan, bahkan setelah Pak Burhan menghentikan tawanya masih terdengar tawa yang lain yaitu berasal dari bik Siti yang berdiri di depan pintu. Wanita paruh baya itu juga tertawa mendengar jawaban dari Keisha yang tidak bisa menaiki sepeda.
"bibi!" kini gadis belia itu menatap Siti sambil cemberut. Bik Siti datang menghampiri dirinya,wanita paruh baya itu tersenyum.
"maaf!" ucapnya. Mereka pun akhirnya tertawa bersama. Bik Siti dan Pak Burhan seperti menemukan Putri mereka kembali. Sementara Keisha, juga merasa bahagia karena bi Siti dan Pak Burhan sudah dianggap seperti orang tuanya sendiri. Meski mereka berdua hanyalah seorang pelayan tetapi mereka memiliki hati yang sangat baik. Bi Siti dan Pak Burhan sudah lama bekerja di rumah tersebut, mereka adalah sepasang suami istri yang memiliki 1 orang putri. Mereka berdua menyesali karena tidak bisa menyekolahkan putrinya hingga menjadi orang yang sukses. Kehadiran Keisha membuat rindu mereka terhadap Putri yang tinggal jauh sedikit terobati.
"Saat kamu libur Bapak akan mengajarimu!" Pak Burhan akhirnya berjanji kepada Keisha. Gadis belia itu kembali berlari kesana kemari sambil melompat-lompat. Dia sangat senang mau saat membayangkan bahwa dirinya bisa menaiki sepeda. Terkadang hal kecil bisa membuat seseorang merasa bahagia.
"terima kasih pak!" jawab Keisha tulus.
"Ayo, kamu harus mulai bekerja!" bi Siti menyela pembicaraan antara Pak Burhan dan Keisha. Gadis itu segera menghentikan gerakannya lalu mengikuti langkah Bik Siti memasuki rumah besar itu. Sebelum bekerja, Bik Siti memberikan sepiring nasi yang lengkap dengan lauk pauk kepada Keisha. Gadis itu tidak percaya karena selama ini dia harus bekerja keras sebelum menikmati sepiring nasi. Tanpa ia sadari beberapa tetes air matanya jatuh Karena rasa syukur. Kata-kata ibunya benar bahwa Tuhan tidak akan membiarkan penderitaan menghampiri manusia terlalu lama. Akan ada masanya kebahagiaan juga menghampiri manusia itu. Namun kesabaran menjadi kunci agar seseorang bisa mendapatkan kenikmatan yang berlimpah.
Begitu juga yang dirasakan oleh gadis Malang itu, perjalanan hidupnya kini membawa dirinya terdampar di sebuah istana. Dengan orang-orang yang bersikap baik kepada dirinya. Tanpa ada siksaan yang senantiasa diberikan oleh ibu tiri selama ini kepada dirinya. Gadis itu menyadari bahwa malaikat maut tidak segera datang meski diundang karena Tuhan masih memberikan nya waktu untuk mencicipi dan menikmati kebahagiaan di dunia. Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk melakukan sesuatu di atas bumi nya.
"kamu kenapa Nak?" bi Siti yang melihat gadis belia itu menangis menghampiri dirinya lalu bertanya. Keisha meletakkan piring yang berisi dengan nasi dan lauk pauk lalu berlari memeluk wanita paruh baya tersebut. Gadis itu mendapatkan rasa haru yang luar biasa saat ada seseorang yang begitu memperhatikan dirinya meski sebenarnya orang itu tidak bertanggung jawab untuk melakukan hal tersebut. Sejak kepergian sang ibu untuk selama-lamanya Kesya tidak pernah memeluk siapapun termasuk sang ayah. Selama ini gadis Malang itu hanya berdiri sendiri di kakinya sendiri tanpa bersandar kepada siapapun dan tanpa mencurahkan semua isi hati dan pikirannya kepada orang lain. Perhatian yang diberikan oleh Bu Siti membuat Kesya merasa terharu, hari ini dia telah mendapatkan banyak kebahagiaan karena dia pertama telah mendapatkan sepeda baru yang selama ini selalu diimpikannya dan kasih sayang dari orang-orang tersebut.
"lo, kok malah nangis nak?" bi Siti membelai rambut Keisha dengan sangat lembut. Rasa hangat dan juga menyenangkan memasuki relung hati gadis belia itu. Dia ingin mendapatkan kehidupan bahagia seperti ini untuk selamanya. Keisha tidak peduli dengan banyaknya pekerjaan yang harus ia lakoni yang penting bagi dirinya adalah dia bisa mendapatkan semua rasa cinta dan kasih sayang dari orang lain untuk dirinya.
"Tidak apa-apa bi!" Keisha melepaskan pelukannya dari bik Siti. Kemudian ia mengambil piring berisi nasi pemberian Bik Siti dan mulai menikmatinya. Rasanya sangat enak karena ini adalah rumah orang kaya, sebuah istana yang pasti akan menyuguhkan masakan luar biasa. Bagi istana masakan seperti ini hanyalah masakan sederhana namun bagi Keysa yang berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah ini adalah masakan mewah yang bahkan tidak pernah ia rasakan.