'kenapa Tuhan? Kenapa Engkau terus membiarkan ku menderita? Kenapa?' Keisha terus berteriak, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa mendengarnya. Hanya tangisan yang terlihat membasahi wajahnya. Penyiksaan tadi malam membuat tubuh gadis itu sangat lemah. Luka-luka yang ada di dalam tubuhnya semakin hari semakin bertambah. Dia mencoba untuk bangkit, tetapi tubuhnya semakin merasakan sakit. Perlahan ia berjalan menuju kamarnya. Ia mencoba membuka sehelai tikar tipis dan merebahkan tubuhnya yang lemah di sana. Keisha membuka kain yang menutup kakinya, tampaklah luka-luka berdarah yang menggambarkan kesedihan di dalam hati gadis belia. Dengan kemampuan Dan keberanian yang ada, keisha mencoba membersihkan luka.
Gadis Malang itu bahkan tidak bisa keluar dari dalam kamar. Luka yang ada di sekujur tubuhnya membuat dirinya tidak bisa pergi ke sekolah untuk hari ini. Dia mencoba merebahkan tubuhnya untuk beristirahat, Karena rasa lelah dan juga rasa sakit yang ia rasakan. Maulida tidak mengetahui bahwa Putri dirinya sedang berada di dalam kamar, wanita paruh baya itu mengira bahwa Keisha sudah berangkat pergi ke sekolah seperti biasa.Hal itu membuat Keisha bisa beristirahat sejenak tanpa mendapatkan gangguan dari orang lain termasuk ibu tirinya.
Sementara di sekolah Azka sedang uring-uringan sebab Ia tidak menemukan teman sebangkunya hadir di sekolah hari ini. Pemuda tampan itu terus bertanya-tanya di dalam hati, kemanakah keisha pergi Dan apakah yang sedang terjadi. Mengapa apa Keisha belum juga tiba di sekolah sementara pelajaran akan segera dimulai. Pemuda tampan itu terus mencoba mencari sosok gadis belia yang selama ini terus saja mengganggu pikirannya, tetapi hingga bel tanda jam pelajaran dimulai Kesya belum juga menunjukkan dirinya untuk hadir ke sekolah.
Aska bertanya kepada dua sahabat Kesya yang duduk di depannya tetapi mereka berdua juga tidak tahu kenapa Keisha tiba-tiba tidak hadir ke sekolah sementara selama ini ini Gadis itu tidak pernah absen meski sehari. Mendengar jawaban kedua sahabat keisha, Aska merasa semakin khawatir. Dia duduk di sana namun pikirannya pergi kemana-mana. Setelah jam istirahat Aska bahkan nekad untuk membolos. Dia tidak peduli dengan hukuman yang ada di sekolah. Bolos dari sekolah adalah masalah yang sangat besar. Seorang siswa yang bolos bahkan bisa dikeluarkan dari sekolah itu. Tetapi pemuda tampan itu tidak peduli. Dia terus berlari membawa tas kemudian pergi ke pinggir sungai. Ia mencoba mencari sosok Keisha di sana. Namun setelah tidak menemukannya, dia kembali berlari menuju rumah Keisha yang terletak tidak jauh dari pinggir sungai.
Aska berdiri di depan rumah itu dalam keadaan bingung. Bingung karena dia tidak tahu bagaimana cara bertanya kepada ibunya Keisha tentang keberadaan putrinya. Dia juga tidak tahu apa alasan yang menemui Keisha atau mencari wanita itu. Karena merasa bingung akhirnya Aska memutuskan untuk pergi dari sana dan bersembunyi agar bisa melihat dan mengetahui keberadaan teman sebangkunya. Beberapa jam Aska berdiri di sana, tetapi tidak ada tanda-tanda Kesya berada di dalam rumah. Dia hampir saja memutuskan untuk pulang, karena tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ada di dalam hatinya.
Tetapi saat Aska ingin meninggalkan tempat itu, tiba-tiba ia mendengar sebuah suara dari dalam rumah. Itu adalah suara amarah dari Maulida. Aska bahkan sudah bisa mengenalinya.
Di dalam rumah Maulida, wanita paruh baya itu terkejut saat membuka pintu kamar Keisha yang merupakan gudang tempat Maulida meletakkan barang-barang. Namun Keisha belum menyadari kehadiran ibu tirinya. Karena rasa sakit dan rasa lelah ia masih terlelap dalam tidur.
"dasar anak tidak tahu diri!" Maulida kembali terserang emosi. Teriakan dari sang ibu tiri membangunkan Kesya dan membuat gadis Malang itu ketakutan.
"aku pikir kamu pergi ke sekolah! Tapi ternyata kamu lagi enak-enakan tidur di sini!" ucap Maulida memarahi putrinya. Keisha hanya bisa menundukkan kepala.
"bangun!" teriak Maulida dengan suara yang sangat keras. Keisha yang masih merasa lemah yang masih merasa lemah terpaksa berusaha untuk bangun dan menuruti perintah ibunya. Dia berjalan tertatih-tatih mengikuti langkah sang ibu tiri yang berjalan di depannya. Kemudian Maulida duduk disebuah kursi sementara keysia yang tidak sanggup berdiri Ia hanya duduk di lantai menghadap ibu tirinya.
"dengarkan aku! Mulai hari ini kamu akan bekerja di rumah orang kaya, jangan bertanya berapa gajinya karena ayahmu yang tidak berguna itu terus saja menghabiskan uang ku. Kamu harus bekerja dengan baik jangan sampai keluarga itu memecat mu dari sana!" Maulida memberikan pekerjaan kepada putri tirinya. Demi mendapatkan uang yang banyak Maulida tidak peduli dengan berat atau ringannya pekerjaan yang akan dilakukan oleh Keisha. Dia hanya ingin memuaskan dirinya sendiri.
"tapi Bu? Bagaimana aku bisa bekerja di rumah orang lain? Sementara aku harus sekolah!" gadis Malang itu keberatan dengan ingin sang ibu. Harapan satu-satunya milik Gadis itu adalah sekolah. Dengan sekolah ah ia bisa melepaskan penderitaan sang ayah dan juga melepaskan penderitaan dirinya sendiri. Tetapi jika dia harus bekerja dengan orang lain, maka dia harus berhenti sekolah. Maka terhentilah harapan dan juga cita-cita yang tersisa di dalam dirinya.
"Aku tidak peduli! Jika mereka masih mengijinkan kamu untuk bersekolah maka itu artinya keberuntungan bagi dirimu. Tetapi jika malaikat mereka melarang mu maka kamu harus meninggalkan sekolah demi pekerjaan itu. Atau, kamu tahu bukan apa yang bisa aku lakukan?" Maulida kembali mengancam Keisha. Inilah yang selalu dilakukan oleh wanita paruh baya itu saat dia tidak menemukan cara lain untuk bisa menyiksa anak tirinya. Mendengar ancaman dari sang Ibu kisah tidak bisa berbuat apa-apa. Diapun hanya menundukkan kepala meski hatinya hancur karena harus terus mengikuti perintah sang ibu.
"Ini alamatnya! Kamu harus pergi ke sana sekarang juga! Jika mereka tidak mengizinkan kamu pulang maka kamu tidak boleh pulang!" Maulida membuang secarik kertas, itu adalah alamat dari rumah Aska. Setelah itu maulidah meninggalkan anak tirinya dalam kesedihan. Dengan berat hati Kesya mengambil secarik kertas itu, lalu dia berjalan meninggalkan rumah menuju alamat yang terdapat di kertas tersebut seperti perintah sang ibu.
Aska mendengarkan semua perbincangan yang dilakukan oleh Maulida dan juga Keisha. Hatinya sedikit lebih senang sebab akhirnya dia bisa membebaskan kisah dari siksaan Maulida. Ini Aska hanya tinggal mengendalikan wanita malang itu di rumah besarnya.
Kesya terus berjalan perlahan, karena sang Ibu tidak memberikan sedikit uang pun kepada dirinya Gadis malam itu terpaksa berjalan kaki menuju rumah di mana ia akan mulai bekerja. Sementara Aska harus mengikuti Keisha berjalan menembus teriknya matahari dan debu yang berterbangan. Jarak antara rumah kaca dengan rumah Azka sedikit jauh karena itu mereka membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk bisa tiba di rumah Aska.