Chereads / Gadis Malang dan Calon Pewaris / Chapter 16 - Rencana Azka

Chapter 16 - Rencana Azka

"Jadi, jika ada seorang wanita paruh baya yang memukuli seorang gadis belia itu artinya apa Ma?" Aska kembali bertanya kepada wanita yang telah melahirkan dirinya dan senantiasa memberikan kasih sayang melimpah untuknya.

"Apa maksudmu nak?" Tanya nyonya Harmadi sedikit terheran.

"Sudahlah Ma! Tak apa-apa," Azka mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada sang ibu. Azka merebahkan tubuhnya di ranjang, kemudian ia menutupnya dengan selimut hingga kepala. Isyarat bahwa Aska ingin ditinggal sendirian. Mau tidak mau akhirnya nyonya harmadi meninggalkan putranya.

Dibalik selimut Azka sedang berpikir bagaimana cara menyelamatkan Keisha dari siksaan ibu tirinya. Setelah lelah berpikir akhirnya ia pun menemukan cara. Pemuda tampan itu bangun dari tempat tidur lalu berlari kencang mendekati sang ibu yang sudah meninggalkan kamarnya.

"Mama?" Panggil Aska.

"Mama?" Aska terlihat sangat bersemangat mengejar langkah ibunya. Nyonya harmadi menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" Nyonya harmadi bertanya saat melihat Sang putra mengejar dirinya.

"Mama? Aku membutuhkan bantuan mama?" Aska menyampaikan keinginannya.

"Ada apa? Apa yang harus Mama bantu?" sang Ibu bertanya dengan penuh rasa penasaran. Aska menarik tangan ibunya lalu membawanya duduk disebuah kursi yang ada di sana.

"Siapa yang biasanya mencuci pakaian kita mah?" tanya Aska.

"Pelayan di rumah ini yang melakukannya!" jawab ibunya.

"Bolehkah aku yang melakukan semua tugas itu mah?" Nyonya harmadi terkejut mendengar permintaan dari Putra kesayangannya. Mencuci pakaian adalah pekerjaan dari para pelayan yang bekerja di kediaman harmadi. Adalah hal yang mustahil jika tuan muda rumah itu mengerjakan semua tugas itu.

"Bukan begitu mah! Bukan aku yang akan melakukan tugas itu, maksudku adalah," Aska melihat wajah ibunya kebingungan dengan pernyataan yang ia ungkapkan.

"Tolong bantu aku ya Ma!" nyonya harmadi semakin tidak mengerti apa yang diinginkan oleh sang Putra. Aska hanya berkata terbelit-belit hingga sulit untuk dipahami.

"Aku punya teman, dia adalah teman sebangku ku! Dia bekerja sebagai pencuci pakaian?" nyonya harmadi semakin terkejut. Sekolah yang di tempati oleh Aska adalah sekolah favorite yang berisikan orang-orang dengan kelas menengah ke atas. Lalu kenapa seorang pencuci pakaian bisa bersekolah di tempat yang sama.

"Dia adalah gadis yang pintar dan mendapatkan beasiswa. Karena itulah dia bisa bersekolah di sekolah kami! Aku ingin, dia bekerja di rumah ini sebagai pencuci pakaian. Aku akan melakukan semua perintah Mama jika mama mau mengabulkan permintaanku," nyonya harmadi semakin merasa heran. Bahkan Aska menawarkan dirinya untuk mendapatkan hal itu. Karena janji yang disampaikan oleh Sang putra akhirnya nyonya harmadi pun menyetujui permintaan dari Aska.

***

Keesokan harinya nyonya harmadi segera menunaikan perintah dari putranya. Melalui petunjuk yang diberikan oleh sang Putra, istri dari pengusaha kaya di kota tersebut mendatangi kediaman Maulida. Aska sengaja memilih waktu saat mereka sedang berada di sekolah. Agar ibunya tidak perlu bertemu dengan Keisha.

Tok tok tok

Nyonya harmadi mengetuk pintu rumah dengan tulisan laundry Maulida. Meski sedikit bergidik karena lokasi tersebut sangat tidak menyenangkan tetapi ibu dari Aska tetap melanjutkan niatnya. Maulida berlari untuk membukakan pintu.

"Selamat pagi Bu!" nyonya harmadi menyapa Maulida yang tampak termangu saat melihat dirinya. Maulida tidak percaya dengan penampilan wanita yang sangat cantik kini berdiri di depan rumahnya.

"Selamat pagi!" jawab Maulida sedikit gugup.

"Adakah yang bisa saya bantu bu?" Maulida bertanya kepada wanita cantik yang berkunjung ke rumahnya.

"Saya membutuhkan tenaga laundry untuk bekerja di rumah saya!" nyonya harmadi menyampaikan maksud kedatangannya.

"Maksud ibu? Maaf Karena saya belum mengerti," Maulida kembali mengajukan pertanyaan.

"Bukankah Anda membuka jasa laundry? Keluarga kami juga ingin menggunakan jasa anda tetapi saya hanya membutuhkan tenaga kerja dari usaha laundry anda. Karena kami ingin agar pengerjaan membersihkan pakaian dilakukan di rumah kami," nyonya harmadi mulai menyampaikan niatnya. Maulida tentu saja menolak permintaan dari nyonya harmadi karena ia hanya memiliki satu karyawannya itu anak dirinya sendiri. Jika ia membayarkan Kesya kerja di sana maka ia akan kehilangan tenaga kerjanya. Lagipula Ia memiliki alasan lain untuk tidak mengizinkan Keysa pergi keluar rumah.

"Saya akan memberikan gaji yang fantastis. 10 juta per bulannya. Apakah Anda masih keberatan?" nyonya harmadi menawarkan uang saat melihat keraguan di wajah Maulida. Mendengar jumlah nilai uang yang ditawarkan oleh wanita kaya itu Maulida tidak bisa berkutik. Selama ini ia hanya mampu menghasilkan uang paling banyak rp2.000.000 perbulan dari hasil laundry yang ia lakukan setiap hari. Mendapatkan uang dengan nilai berkali lipat jumlahnya dibandingkan dengan penghasilan dirinya maka hati Maulida menjadi ragu.

"Saya akan membayar untuk bulan ini saat ini juga!" nyonya harmadi mengeluarkan uang di dalam tasnya kemudian memberikannya kepada Maulida. Melihat jumlah uang yang sangat banyak Maulida semakin tertarik dengan tawaran yang diberikan oleh wanita kaya itu.

"Baiklah Bu! Saya akan segera mengirim karyawan saya ke rumah ibu!" tanpa berpikir panjang, Maulida segera menyerahkan anak tirinya demi sejumlah uang yang akan ia dapatkan setiap bulan. Ia tidak perlu lagi bekerja keras mencari pelanggan dan memaksa mereka untuk mencuci pakaian di tempat usahanya. Dengan uang sebanyak itu ia hanya akan menikmati hari-harinya tanpa beban.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Maulida, nyonya harmadi segera meninggalkan tempat itu. Ia semakin merasa heran kenapa Putra kesayangannya harus memaksa diri untuk mencari pekerja dari tempat yang sangat tidak layak bagi mereka. Tetapi, demi keinginan Sang putra nyonya harmadi akan siap melakukan apapun.

***

Sementara di sekolah mereka, Aska tampak lebih bersemangat dari sebelumnya. Sangat berbeda jauh dengan Keisha yang masih termenung karena memikirkan nasib yang menimpa dirinya. Kesya bertanya kepada diri sendiri, sampai kapankah derita ini selalu ia hadapi. Gadis Malang itu terus bertanya akankah sebuah keajaiban datang dan membawanya pergi hingga ia bisa terlepas dari siksaan sang ibu tiri. Derita derita selalu dirasakan oleh Keisha, siksaan demi siksaan selalu mendera tubuhnya, dia sudah lelah menangis. Dia juga sudah lelah berairmata. Namun harapan tak kunjung jua tiba menghampiri dirinya.

Aska memperhatikan wajah Keisha yang penuh dengan luka, luka yang entah berapa lama sudah ia sembunyikan di balik diam dan bisunya bahasa. Aska sungguh prihatin melihat dan mendengar penderitaan yang mungkin telah disembunyikan keysia sejak lama. Aska berharap bahwa misinya dalam menyelamatkan Gadis itu bisa berhasil. Karena hanya itu cara yang paling tepat bagi dirinya untuk menyelamatkan teman sebangkunya.

Setelah bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, Keisha segera melangkahkan kakinya untuk kembali pulang ke rumah. Ia berjalan seperti biasa melewati jalanan setapak di pinggiran sungai. Namun tiba-tiba ia berhenti dan duduk di sebuah kursi yang terdapat di pinggir sungai. Gadis itu tidak menyadari bahwa seorang pemuda tampan masih mengikuti dirinya.