Sekolah bintang negara adalah sekolah swasta yang cukup terkenal di kota raja bukit. Dengan segudang prestasi yang mereka miliki membuat sekolah tersebut menjadi sekolah yang paling favorit di kota itu. Banyak sekali orang tua yang menginginkan agar anak mereka bisa bersekolah disana. Karena sembilan puluh persen alumni dari sekolah bintang negara diterima di universitas ternama. Namun, biaya sekolah nya juga terbilang cukup mahal. Karena itulah hanya mereka dengan ekonomi menengah ke atas yang bisa menyekolahkan putra-putri mereka di sekolah bintang negara.
Hari ini, seluruh sekolah dihebohkan dengan sebuah berita yang menggemparkan. Seorang anak dari pengusaha terkenal akan bersekolah di sekolah mereka.
"Apakah kalian sudah dengar kabarnya?" ucap salah seorang siswa yang bernama Vina saat mereka kebetulan berpapasan di jalan saat tiba di sekolah.
"Tentang pangeran yang tampan?" sambut pita sambil terus berjalan menuju ruang kelas.
"Kamu dengar nggak Keisha, Aska akan bersekolah di sekolah kita!" lanjut Vina antusias. Tetapi teman yang diajak bicara hanya diam sambil menundukkan kepala.
"Ah kamu tidak asik!" keisha tidak peduli dengan berita heboh yang sudah menjadi pembicaraan semua orang.
Tiba-tiba sebuah kehebohan terjadi di depan gerbang, semua siswa berdesak-desakan menuju ke arah yang sama. Ternyata sosok yang mereka nantikan selama ini sudah hadir di sekolah. Semua orang berteriak histeris saat pemuda tampan itu turun dari mobil mewah dengan beberapa ajudan yang mengawal. Begitu juga dengan Vina dan pita. Mereka tidak mau ketinggalan dengan teman-teman yang lain untuk mencari perhatian sang pemuda tampan yang kaya raya.
Tetapi berbeda dengan Keisha, dia malah pergi meninggalkan kerumunan untuk memasuki kelas sendirian. Ia tidak peduli dengan semua kehebohan yang sedang terjadi di depan matanya. Keisha adalah satu-satunya siswa dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Dia mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah impiannya karena mendapatkan beasiswa. Saat itu gadis berkulit hitam itu merasa sangat bahagia mendapatkan kabar kelulusannya untuk bersekolah di bintang negara. Namun kabar bahagia datang bersamaan dengan kabar duka yang telah menghilangkan senyuman dari wajah gadis berkacamata. Disaat bersamaan, ibu kandung Keisha mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia.
Sejak saat itulah keceriaan di wajah Putri dari pak Sudirman menghilang seketika. Impian yang ia bangun hancur berkeping-keping, masa-masa di SMA adalah masa-masa yang paling sulit bagi gadis berambut ikal itu. Hari-hari selalu dilewati Keisha dengan termenung dan bersedih hati.
***
"Selamat pagi anak-anak!" siapa seorang guru yang baru saja masuk ke dalam kelas. Keisha duduk di kelas 3 bersama dengan Vina dan juga pita. Mereka duduk berdekatan karena itu mereka memiliki hubungan persahabatan yang erat. Meski kedua sahabatnya itu adalah anak orang kaya, tetapi mereka bersedia berteman dengan Keisha.
"Pagi Bu!" seluruh siswa menyambut sapaan bu guru.
"Hari ini kita akan kedatangan siswa baru! Dia berasal dari luar kota. Ibu berharap kalian bisa berteman baik dengannya!" semua siswa yang ada di ruangan menjadi kasak-kusuk. Bertanya-tanya siapakah siswa baru yang akan masuk kelas mereka.
"Jangan-jangan itu adalah Aska?" Bisik Vina sambil melihat ke belakang. Karena Keisha duduk di kursi paling belakang. Sementara Vina dan pita duduk di kursi di depan Keisha. Namun gadis itu hanya diam tidak peduli siapapun yang akan masuk kelas mereka.
Dari arah pintu tiba-tiba seorang yang siswa yang sangat tampan memasuki ruangan menciptakan kehebohan karena para siswa yang bersorak gembira sebab sang idola akan duduk dan berada satu kelas dengan mereka.
"Silahkan perkenalkan dirimu!" Bu guru memberikan kesempatan kepada Aska untuk memperkenalkan diri.
"Hallo, namaku?"
"Askaaa!" semua siswa menjawab secara serempak. Keisha hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah para temannya.
"Nama lengkapku adalah," Aska kembali bersuara.
"Raffarel Aska harmadi!" para siswa kembali menjawab dengan bersamaan. Azka terlihat tidak terlalu senang dengan sambutan dan kehebohan yang terjadi.
"Salam kenal!" anak tunggal dari pengusaha kaya raya mengakhiri perkenalannya.
"Silahkan duduk! Pilihlah kursi yang kosong!" perintah Bu guru.
Aska melihat sekeliling, sepertinya tidak ada kursi yang kosong sampai ia menemukan sebuah kursi kosong yang berada di bagian belakang. Namun Aska merasa keberatan karena ia melihat teman yang akan menjadi kawan sebangkunya. Melihat wajah Keisha, Aska langsung merendahkannya. Tetapi, siswa baru itu tidak memiliki pilihan lain. Karena hanya itulah satu-satunya bangku yang terlihat kosong. Akhirnya dengan berat hati ia pun duduk di sana bersama dengan Keisha.
Gadis berkulit hitam itu juga tidak merasa senang dengan kehadiran Aska yang duduk disampingnya. Dia merasa bahwa Aska bukanlah teman yang baik untuk dirinya. Tanpa mempedulikan sosok Azka, Keisha terus mencoba melanjutkan pelajaran yang diberikan oleh guru.
***
"Dasar anak yang tidak tahu diri!" teriak seorang wanita paruh baya. Maulida adalah ibu tiri dari Keisha. Setelah ibu kandungnya meninggal dunia, sang ayah memutuskan untuk menikah lagi. Sudirman menikahi Maulida Karena ia merasa bahwa Maulida adalah sosok wanita yang bisa membahagiakan anak satu-satunya. Namun, semua harapan yang ada di benak Sudirman menghilang melihat sikap yang ditunjukkan oleh Maulida.
"Kenapa kamu masih diam?" wanita itu kembali mengangkat tali pinggang dan memukul tubuh Keisha yang sudah sangat lemah. Seluruh tubuh gadis belia itu berdarah, rasa sakit yang ia rasakan sudah sampai ulu hati. Sakitnya sungguh luar biasa, tetapi Kaisha hanya bisa merintih di dalam hati. Ditumpahkan melalui air mata yang terus mengalir tiada henti. Dia memejamkan matanya, berharap semoga rasa sakit bisa sedikit berkurang. Tetapi yang ia rasakan justru sebaliknya.
"Kenapa kamu tidak ikut saja bersama ibumu! Kenapa kamu harus tinggal di sini dan menjadi beban ku. Jika kamu tidak berguna sama sekali," Maulida tiada henti, tali pinggang terus saja mendarat ke tubuh mungil Keisha. Gadis kecil itu menjerit, namun tiada satu orang pun yang bisa mendengarnya. Hari ini, gadis belia itu mendapatkan hukuman dari Maulida karena ia terlambat pulang ke rumah. Setelah pulang dari sekolah, Keisha sengaja duduk di pinggir sungai. Dia tidak ingin pulang ke rumah. Ia ingin pergi dengan ibunya yang sudah meninggal. Dia, selalu menunggu di sana, berharap jika malaikat maut segera mencabut nyawanya. Setiap hari ia berdoa untuk kematiannya. Ia mengundang malaikat maut, tetapi yang diundang tak kunjung datang. Gadis itu hanya bisa menangis di pinggir sungai sambil melihat bayangannya yang ada di sana.
Pukulan Maulida tak juga berhenti, sabetan tali pinggang terus saja menyakiti. Rintihan tertahan terdengar samar, lantai basah dengan air mata dan darah. Gadis malang itu menahan napasnya, ia berharap sebuah keajaiban datang dan menghampiri dirinya. Ia masih terus berharap, pada setiap tetesan darah dan airmatanya.