Arjun memakirkan mobilnya tepat di depan pintu sebuah toko tak jauh dari rumahnya, tampak sekali toko itu ditinggalkan oleh sang pemilik.
"Ada zombienya nggak tuh?" tanya Lucas was-was.
"Gue jamin ada. Pintunya aja kebuka," jawab Mark, "Siapin aja dulu pistolnya,"
"Udah, ayo turun," Lucas membuka pintu mobil dengan perlahan, matanya melirik sekitar, beberapa zombie tampak berjalan terseok-seok mendekati mereka, "Masih agak jauh, ayo buruan,"
Mark, Arjun, dan Dino mengangguk, segera menyusul pemuda itu yang bahkan sudah berada di dalam toko.
Mark sedikit bernapas lega kala mendapati hanya segelintir zombie yang berada di dalam toko tersebut, dengan sigap ia menghabisi para mayat hidup dengan samurai yang bahkan entah sejak kapan menjadi senjata kesayangannya itu.
"Mark sama Dino jaga di depan pintu ya," ujar Lucas.
"Iya. Eh anjir nggak ada kuncinya," seru Mark.
"Yaudah di tahan," balas Dino santai.
Sedangkan di sisi lain, Lucas tengah meletakkan sejumlah sayuran ke dalam troli belajaan yang baru saja diambilnya, sedangkan Arjun dengan rakus mengambil camilan dan mie instan dalam jumlah yang banyak lalu meletakkannya pada troli, "Gila Jun, maruk amat lo,"
"Gini loh gan, apapun yang terjadi, cemilan sama mi instan pasti nomor satu,"
"Terserah lo," sinis Lucas, "Lo pake kompor listrik kan?"
"Iya, kenapa?"
"Nggak usah ribet ambil gas,"
"Iya," Arjun mengangguk, "Gue ambil minuman ya. Lo ambil buah,"
"Oke," keduanya berjalan menuju arah yang berlawanan.
"WOY BURUAN," teriak Mark kesal.
"BENTAR. JUN LO AMBIL DAGING SEKALIAN, BIAR GUE AMBIL BERAS SAMA BUMBU-BUMBUNYA,"
"OKE,"
"WOY NTAR BAWANYA GIMANA?!" kesal Dino, "NGGAK NGOTAK LO,"
"YAUDAH BAWA SEKALIAN SAMA TROLINYA," jawab Lucas santai, "JUN UDAH BELOMM?"
"BENTAR," Arjun berlari dengan sebuah keranjang belanjaan penuh daging dan beberapa minuman, "Bumbunya udah?"
"Udah nih," Lucas meraih beberapa bumbu instan yang berada tak jauh darinya, "Udahlah sama aja kan bumbu namanya,"
"Yaudah ayo balik," ujar Arjun yang kini tengah memindahkan belanjaan yang di bawanya ke dalam troli.
"WOY MARK DINO! UDAH NIH! KALIAN BERESIN YA ZOMBIENYA, BIAR NTAR KITA TINGGAL LARI MASUK MOBIL,"
"BASTARD," Dino melotot kesal.
"Udahlah, daripada kelamaan. Bau nih," ujar Mark, segera membuka pintu toko, "UDAH BAYAR KAN?"
"YANG PUNYA AJA NGGAK TAU KEMANA, ITUNG-ITUNG SEDEKAH," sahut Arjun.
Dino menghela napas, pemuda itu sejenak menyiapkan senapannya, lalu mulai menghujami para zombie dengan peluru. Sedangkan Mark sibuk mengayunkan samurainya.
Dor dor dor dor
Dino memberi kode kepada teman-temannya untuk segera masuk ke dalam mobil.
Kedua pemuda itu mengangguk, segeda mendorong troli mendekat ke mobil Arjun, "Buka pintunya Jun,"
"Bentar," Arjun segera membuka pintu mobil, lalu dengan sedikit kesulitan memasukkan troli belanjaan ke dalam mobilnya diikuti Lucas.
"EH SUSU BAYI, WOY DINO, AMBILIN SUSU BAYI DI DALEM," teriak Lucas yang tampak gusar, "BISA DIAMUK NYAI GUE KALO SAMPE KELUPAAN,"
"ANJING BANGET LO CAS," kesal Dino, namun tetap berlari masuk kembali ke dalam toko.
Tak lama kemudian pintu depan mobil Arjun terbuka, menampakkan sosok Mark denga napas terengah-engah dan keringat yang bercucuran, "Gila, capek banget,"
Lucas dan Arjun yang berada di kursi belakang tidak menanggapi, keduanya sibuk membongkar isi troli 'belanjaan' mereka.
"Gila, ngapain ngambil cemilan banyak-banyak," Mark berdecak kesal.
"Apapun yang terjadi, cemilan pasti jadi nomor satu," balas Arjun.
"WOY BANTUIN," teriak Dino dari dalam toko.
"BENTAR," Lucas mengangkat senjatanya, lalu melompat dari dalam mobil, membantu Dino keluar dari toko.
Dor dor dor
Beberapa zombie tumbang, Lucas menyeringai, "Ayo buruan sini ke gue. JUN PINJEM PISTOL LO,"
Arjun mengangguk, segera memberikan pistolnya kepada Lucas.
Dor dor dor dor
Suara tembakan yang bersahutan terdengar nyaring, "Udah bisa keluar belum Din?"
"Udah udah ayo buruan," Dino berlari secepat kilat, segera memasuki mobil temannya, diikuti Lucas.
"Lah udah di depan aja lo Jun," ujar Lucas pada Arjun yang kini duduk nyaman di kursi pengemudi.
"Iya dong, Arjun gitu loh," sombong Arjun.
"Bodo amat," sinis Dino.
"Wih gila banyak banget lo ambilnya," Lucas menatap keranjang belanjaan yang berada di pangkuan temannya.
"Ya kan gue nggak tau susu bayi yang merk apa. Yaudah gue ambil aja semuanya, luamyan juga, nggak bayar,"
Mark tertawa renyah, "Bener banget,"
***
Yeri membanting tubuhnya diatas sofa ruang tengah, keringat sebiji jagung tampak mengalir di pelipis gadis cantik itu, "Gila beresin ruang tengah aja secapek ini,"
"Salahin Arjun tuh punya rumah gede gini," sahut Sonya, "Capek banget gue gila,"
"Sama," Juwita dan Yuki menyahut bersamaan, keduanya ikut berbaring di samping Yeri dan Sonya.
"Gue mau muntah lagi, tolong," Yeri berdiri, segera berlari menuju dapur. Di belakangnya Sonya, Yuki, dan Juwita mengikuti, katara sekali wajah mereka menampakkan sorot khawatir.
"Astaga keluar semua sarapan lo Yer," Juwita memijat tengkuk sahabatnya, "Udah baikan?"
Gadis itu hanya mengangguk lemah. Tubuhnya tidak bertenaga saat ini sehingga Sonya harus membantu gadis itu untuk duduk di kursi meja makan.
"Ki, tolong ambilin minyak kayu putih dong," pinta Juwita.
"Oke, di kamar Arjun kan?" Yuki memastikan.
"Iya,"
Gadis itu mengangguk segera melangkah menuju kamar Arjun secepat mungkin.
Ting tong
"Lah siapa yang mencet bel?" tanya Juwita bingung.
"Zombie nggak bisa mencet bel kan?" Sonya memastikan.
"Nggak tau sih gue," Yeri menggeleng kecil, "Cowok-cowok kali,"
"Lo nggak inget otak mereka cuma setengah. Pasti lebih milih teriak-teriak lah," Sonya berdecak malas, "Dan mereka bawa mobil,"
"Bener, palingan juga ntar mereka klakson-klakson kaya orang gila," timpal Juwita.
Ting tong
"Kok jadi ghibah sih njir, buka sono Son," ujar Yeri.
"Duh pistolnya mana?" panik Sonya.
"Di meja ruang tengah," jawab Juwita.
Sonya mengangguk, segera berlari menuju ruang tengah, setelah meraih pistolnya gadis itu kemudian berjalan mengendap-endap mendekati pintu utama.
Ting Tong
"Siapa?" tanya Sonya was-was.
"Syukur deh ada orang, tolongin kita dong,"
"Lo bukan zombie kan?" gadis itu memastikan.
"Bukan, kita manusia kok,"
"Apa tujuan kalian ke sini?"
"Tolong, kita nggak tau mau kemana lagi. Rumah kita-kita udah penuh sama zombie, rumah-rumah di sekitar sini juga sama,"
Sonya menurunkan senapan laras panjangnya, lalu perlahan membuka pintu utama rumah Arjun yang terkunci, "Hendry kan? Keynan?"
"Sonya? Astaga,"
"Kalian masuk dulu mending. Astaga ada bayi juga," Sonya mempersilahkan para 'tamu' untuk masuk. Tak lupa kembali mengunci pintu.
"Siapa yang dat—LO NGAPAIN DI SINI HAH?"
Sonya terperanjat, menatap bingung Yuki yang melotot marah.
"Ada apa nih? Loh Hendry?" Yeri sama terkejutnya dengan Yuki.
Sedangkan Juwita, gadis itu hanya menghela napas lelah lalu duduk di sofa ruang tengah, "Duduk kalian jangan berdiri terus. Nggak capek?"
"Oek oek oek,"
Yuki menoleh ke arah sumber suara, "Yuda, dia—"
"Iya," pemuda yang di panggil Yuda itu mengangguk.
Sang gadis mendekat, memberi kode kepada Yuda agar memberikan bayi itu padanya, "Hati-hati. Dia masih lima bulan,"
Yuki mengangguk, lalu tersenyum kecil menatap bayi di gendongannya, "Welcome to the world little bro,"