Chereads / Zombie : walking dead / Chapter 17 - Bossy

Chapter 17 - Bossy

"Eh ada yang bawa powerbank?" tanya Arjun.

"Gue bawa tuh, di mobil, ada 4," sahut Lucas dari arah dapur.

"Oh iya dia kan siap sedia powerbank di mobil," ujar Arjun, "Yang lain ada?"

"Powerbank gue di sini Jun kalo lo lupa," Yuki menatap sepupunya datar.

"Punya gue juga," timpal Juwita.

Pemuda itu meringis kecil, "Iya di kamar gue, yang lain?"

"Gue, Deva, Bima, sama Yuda bawa," jawab Galang.

"Kumpulin sini, biar gue charger," suruh Arjun, "Yang lain tolong ambilin di mobilnya Lucas,"

"Sini gue ambilin, kuncinya mana?"

"Nih," Yuki melemparkan kunci mobil tunangannya kepada Dino, "Mau buat apa sih powerbank banyak-banyak?"

"Ya jaga-jaga aja, mending di charger dulu sekarang, gue kemaren udah beli 5. Sebelumnya punya 3. Punya Yuki sama Juwi di sini 2, ditambah punya Lucas 4 dan sisanya 4, jumlahnya berapa?"

"Heran gue lo stupid gitu bisa lulus sekolah," Yeri menatap temannya datar, "18,"

"Yaudah lumayan lah. Mark, cas sono ini di kamar gue,"

Mark mendengus namun tetap melakukan apa yang di perintahkan Arjun.

"Nih susunya,"

"Yey akhirnya," Yuki bersorak senang, "Gara sayang minum dulu ya,"

"Duh imut banget," pekik Juwita, "Mau yang kaya gitu satu,"

"Yaudah yuk bikin,"

"Arjun otak lo," gadis itu menjerit kesal, "Gara ntar tidur di mana dong?"

"Gue mah terserah. Yang penting anteng aja anaknya," Yuda menyahut.

"Sama gue yaa," pinta Yuki.

"Ki, lo bangun tidur aja masih kaya bayi. Sok-sokan mau tidur sama Gara,"

"Ih Cas, kan pengen,"

"Ntar Gara ketindihan,"

"Ih Lucas," rengek sang gadis.

"Tidur berdua aja kalian," usul Galang asal.

Lucas dan Yuki saling berpandangan, beberapa saat kemudian keduanya mengangguk bersamaan.

"Boleh,"

"Gila," desis Sonya.

"Bentar lagi nikah juga," santai Lucas.

"Gue nggak mau tau pokoknya jangan sampe ada suara laknat gue denger ntar malem," Arjun menatap temannya tajam.

Yang di tatap melemparkan cengirannya, "Kalem bro,"

Bug bug bug

Semuanya sontak menoleh, beberapa sosok zombie tampak menubrukkan diri di kaca besar di ruang tengah rumah Arjun.

"Kayaknya tadi belum ada," gumam Yeri.

"Penyebarann mereka tuh cepet banget," Hendry bersuara, "Bisa aja kan mereka kena virus dan ke sini,"

"Eh njir dari tadi ada yang ngetok-ngetok pintu garasi tau nggak Jun," adu Dino.

"Cih gitu aja takut," Sonya tersenyum mengejek.

"Kaget doang nggak takut,"

"Nggak lo buka kan?" Bima menatap Dino tajam.

"Enggak lah,"

"Eh itu di charger di kamar gue dulu powerbanknya," suruh Arjun.

"Oke," Dino mengangguk lalu segera melesat menuju kamar sang tuan rumah.

"Gue mau mandi," Yeri meregangkan tubuhnya.

"Belum mandi kalian?"

"Lo pikir kita bersih-bersih ruang tengah secepet itu sampe sempet mandi?" Juwita menatap Galang kesal.

"Gila, gue mau muntah lagi," Yeri menutup mulutnya, segera berlari menuju dapur.

"Duhduh," Juwita segera mengikuti.

"Yeri kenapa?" tanya Arjun.

"Dia kan perutnya rada sensitif, makanya gampang muntah," tukas Sonya, "Kasian dari tadi muntah-muntah mulu,"

"Kemaren juga dia muntah waktu ngelawan zombie," Mark menimpali, pemuda itu berjalan mendekati Sonya lalu duduk di samping gadis itu.

"Ada yang jago masak nggak? Tolong buatin Yeri makan dong. Bubur atau apalah," pinta Yuki, "Gue nggak bisa masak soalnya,"

"Gue bisa," Deva berdiri.

Yuki memalingkan wajah, berpura-pura bermain dangan Gara.

Di sampingnya Sonya menghela napas, "Tolong buatin bubur ya,"

"Jangan lo kasih racun,"

"Astaga," Arjun menggeleng, memijat pangkal hidungnya yang berdenyut.

"Aduh gue juga mau muntah," Keynan segera berlari menuju dapur, diikuti Hendry.

"Dia juga sama kaya Yeri?" tanya Sonya.

"Nggak tau. Tapi dari kemaren dia muntah-muntah mulu," jawab Galang.

"MINYAK KAYU PUTINYA LO TAROH MANA KI?" tanya Juwita.

"DI MEJA MAKAN,"

"Jangan teriak-teriak, nanti kaget Garanya," Lucas mengingatkan.

"Hehehe lupa, maap ya bro,"

"Ada yang punya minyak angin?" tanya Hendry.

"Tadi tuh di bawa Juwi," ujar Sonya.

"Bukan minyak kayu putih,"

"Lah apa bedanya? Minyak kayu putih kan juga minyak angin," Sonya kengernyit bingung.

"Keynan makin mual kalo dikasih minyak kayu putih,"

"Duh nggak ada,"

"Pengen minyak cap kampak," ujar Keynan.

"Gue nggak punya minyak gituan," Arjun mengedikkan bahu acuh.

"Beliin lah,"

"Heh mak lampir! Rumah rumah siapa kok lo yang nyuruh-nyuruh," Juwita mendorong bahu gadis itu kasar.

"Ya santai dong! Nggak usah ngegas! Sok kecentilan banget jadi cewek," sinis Keynan.

"Yang kecentilan itu lo, ngaca!"

"Udah Juw udah," Yeri menenangkan, "Keynan kita nggak punya minyak cap kampak,"

"Kan udah gue bilang beliin," Keynan melotot kesal, "Sana beliin,"

"Nggak usah bossy bisa?" Yuki menyerahkan Gara kepada Lucas lalu beranjak, "Di sini nggak cuma lo yang sakit. Inget di sini lo cuma numpang,"

"Keep calm girls," Sonya menenangkan, "Keadaannya lagi genting, jangan berantem dulu,"

"Tumben waras lo," Dino datang lalu duduk di samping Arjun, "Nggak kesambet kan?"

"Berisik,"

"Pokoknya gue nggak mau tau! Beliin gue minyak cap kampak! Dan harus lo sama lo yang beli," Keynan menunjuk Sonya dan Dino.

"Siapa gue lo nyuruh-nyuruh," sinis Dino, namun tertap beranjak, "Ayo Son, bawa pistol buat nembak benalu,"

"Gue suka gaya lo," Juwita tersenyum sinis, "Benalu,"

"Jangan cuma berdua weh!" Mark mencegat, "Gue sama Lucas ikut,"

"Padahal lagi enak-enaknya main sama baby Gara," Lucas cemberut, "Bye sayang daddy berangkat kerja dulu ya, jangan nakal sama mommy ya di rumah,"

"Geli Cas," pekik Yuki.

Pemuda itu tertawa lepas, segera mengikuti Mark yang sudah berlalu dari ruang tengah.

"Pistolnya jangan lupa," Arjun mengingatkan.

"Udah kok, sekalian gue bawa pelurunya," jawab Lucas.

"Kalian punya pistol?" kaget Bima.

"Iya, kenapa? Gue aja ikut kursus nembak," balas Yuki, "Cuma gue Lucas sama Arjun sih yang punya pistol, sisanya enggak,"

"Gue aja nggak berani cuma sekedar megang pistol," timpal Keynan.

"Ya karena lo anak manja," Juwita menatap gadis itu sinis.

"Yeri Keynan buburnya udah jadi nih," teriak Deva.

"Bawa ke sini Dev,"

"Dasar nggak tau diri, udah di bikinin suruh bawain juga," celetuk Yuki.

"Udah udah," Arjun melerai, "Kalian nanti bisa pake pistol punya gue,"

"Gue mah ogah, bisa kotor tangan gue buat bunuh zombie?"

"LO BISA DIEM NGGAK SIH?! BERISIK BANGET HERAN! SEKALI LAGI GUE DENGER LO NGEBACOT MENDING PERGI DEH!" Juwita berteriak kesal, "MASIH UNTUNG ARJUN MAU NAMPUNG! KALO ENGGAK GIMANA? MATI LO!"

"Udah Juw sabar," Yeri memeluk gadis itu dari samping.

"Maafin Keynan ya, dia emang gitu karena--"

"Emang nyebelin dia, urusin noh pacar lo," sinis Yuki.

"Dengerin dulu," Hendry menghela napas, "Keynan lagi hamil makanya dia gitu,"

"Hah?" Yeri terperangah, "Jangan bilang ini juga acci--"

"Enggak," Hendry menggeleng.

"Jadi itu alesan lo selingkuh sama Keynan? Gara-gara dia mau lo tidurin?" sarkas Juwita.

"Iya emang lo," Keynan membalas tak kalah sarkas, "Modal duit mah apa,"

"Lah kenapa? Dari pada lo jual diri,"

"Udah udah," Arjun membawa gadis itu masuk ke dalam pelukannya, "Nggak usah di ladenin, mending mandi aja sana,"

"Yaudah ayo, eh Gara bawa baju ganti nggak?" tanya Yuki pada Yuda.

"Enggak,"

"Pake baju gue aja,"

"Plis deh Jun--"

"Baju gue waktu bayi," sela Arjun, "Di bekas kamarnya Kak Anin, cari aja, masih bagus kok,"

"Gila masih di simpen," Galang takjub.

"Iyalah, mau di museumin," asal Arjun.

"Eh Ki, gue bawa bedak sama minyak telonnya Gara nih," Yuda menyodorkan paper bag yang di bawanya kepada Yuki.

"Oke, ayo Gara mandi sama kakak," gadis itu berujar riang.