Tak terasa kini Daniel telah tinggal 3 bulan bersama keluarga Williams, dan itu artinya kini Daniel memiliki keluarga baru dalam hidupnya.
Namun itu tidak serta merta membuat Daniel lupa dengan niatnya untuk membalas dendam, pada orang orang yang telah membuat tewas kedua orang tuanya.
Dan dalam 3 bulan itu juga, Daniel secara diam diam mencari keterangan tentang si pelaku yang telah membunuh kedua orang tuanya tanpa sepengetaguan William dan Melinda yang kini telah menjadi orang tua angkatnya.
Dan pada suatu hari, ketika Daniel baru saja selesai dengan magangnya di sebuah rumah sakit, dirinya lebih memilih berjalan kaki ketimbang harus menaiki sebuah transportasi jasa.
Dalam perjalanan pulangnya, secara tidak sengaja Daniel bertemu dengan Melinda yang kini menjadi ibu angkatnya, yang sedari tadi telah menunggu Daniel di sebuah halte perempatan yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat kediamanya.
"Tante Melinda, sedang apa Tante disini?" tanya Daniel pada Melinda.
Melinda tersenyum dan langsung menghampiri Daniel dan memeluknya.
"Tante sengaja menunggumu disini sayang." jawab Melinda sambil mengusap rambut Daniel.
"Terima kasih tante, tapi itu kan hanya merepotkan Tante saja." ucap Daniel yang merasa tidak enak pada Melinda.
Melinda menutup kedua mulut Daniel denga telunjuknya.
"Sayang, kita sekarang adalah sebuah keluarga. Jadi wajarlah sekarang Tante melakukan ini." jelas Melinda yang kini sangat perhatian kepada Daniel.
Daniel tersenyum dengan hati penuh rasa bersyukur.
"Iya, Tante. Daniel lupa." jawab Daniel.
Dengan tanpa malu lagi, kini Melinda menggandeng tangan Daniel yang kini sudah di anggap sebagai putra lelakinya. Dan memang tidak di pungkiri, jauh di lubuk hati Melinda. Melinda sangat berharap memiliki anak laki laki.
Kehidupan rumah tangganya bersama William, Melinda di karuniai 2 orang putri. Yang pertama bernama Ann dan yang kedua bernama Rhonda.
Sebenarnya William dan Melinda sudah berusaha keras untuk mendapatkan keturunan lagi, Namun hingga sampai di usianya ke 38, Melinda mengalami kekosongan rahim.
Daniel bersama Melinda lebih memilih jalan pintas menuju rumahnya, kini mereka melewati tempat yang agak sepi dan jauh dari keramaian, dan beberapa warga pernah mengatakan bahwa tempat itu memang rawan dengan pembegalan, malah si pelaku kadang kadang tak segan menghabisi nyawa korbanya.
"Daniel, ayo lari." ajak Melinda yang sudah merasakan hujan mulai turun menerpa badanya.
Suasana gelap bercampur hujan yang tiba tiba turun lebat, membuat Daniel tak jelas dalam melihat, karena pada dasarnya Daniel sudah mengalami minus pada kedua matanya yang mengharuskan ia menggunakan sebuah kacamata.
Melinda yang mengetahui hal itu, dirinya segera menarik tangan Daniel agar segera berlari ke sebuah gubuk untuk berteduh.
"Daniel, hujannya sangat menakutkan. Untuk sementara, lebih baik kita berteduh disini." ucap Melinda yang di balas anggukan oleh Daniel.
Daniel yang merasa kedinginan, dirinya memilih melepas baju untuk memerasnya. Dan sesaat Melinda terpukau melihat roti sobek pada bagian perut Daniel.
Dalam diam Melinda terus memperhatikan bentuk tubuh Daniel yang sangat macho dan maskulin.
"Tante, kenapa kau terus melihatku seperti itu?" tanya Daniel yang baru sadar bahwa Melinda terus menatapnya.
Melinda tersadar dari lamunanya, dan langsung memalingkan wajahnya.
"Maafkan aku Tante," ucap Daniel yang kini melepas celana jeans nya untuk di peras dan keringkan.
Dan kini hanya Boxer sajalah yang menutupi tubuh Daniel.
Sementara Melinda masih terlihat menggigil kedinginan dengan pakaian yang serba basah kuyup.
Daniel yang mengetahui hal itu, segera mengumpulkan beberapa kertas dari dalam tasnya yang masih kering untuk sekedar membuat api penghangat.
Daniel juga mengumpulkan beberapa jerami yang terlihat sudah lawas berada di gubuk tersebut.
"Terima kasih Daniel," ucap Melinda seraya merapat ke dekat api yang telah di buat Daniel.
Sambil menunggu hujan reda, Daniel mengeluarkan beberapa makanan kecil dari dalam tas, dan memberikanya pada Melinda.
"Tante, makanlah ini." Daniel menyodorkan makanan tersebut.
"Lalu, kau?" Melinda tak tega memakan makanan yang memang tinggal sedikit itu.
"Sudahlah, kesehatan Tante nomer satu bagiku." jawab Daniel yang membuat Melinda terharu.
Tak sengaja pandangan Daniel melihat sebuah selimut usam, dirinya bangun dan segera mengambilnya.
"Lumayan," ucap Daniel sambil menarik selimut usam tersebut.
"Untuk apa itu Daniel?" tanya Melinda.
"Ya untuk Tante, biar Tante tidak kedinginan." Daniel tersenyum memandang ke arah Melinda.
Lamanya waktu malah membuat hujan semakin lebat bercampur petir. Namun Daniel tidak berputus asa.
Daniel segera menata tumpukan jerami menjadi sebuah alas untuk tempat tidur. Dan menyuruh Melinda agar segera merebahkan tubuhnya.
"Daniel, bisakah kau menghadap ke arah sana?" pinta Melinda yang malu kalau nanti Daniel melihat dirinya melepas semua bajunya yang telah basah.
Daniel mengangguk dan kini membelakangi Melinda sambil mengotak ngatik apinya agar stabil dan tidak padam.
Melinda telah selesai merebahkan tubuhnya di atas jerami tanpa helai benang pun di tubuhnya.
Sementara Daniel masih terlihat memeluk lutut sambil menggigil.
"Daniel," panggil Melinda.
"I ya, Tante." jawab Daniel.
"Kemarilah, rebahkan tubuhmu di sampingku." ucap Melinda yang membuat wajah Daniel memerah.
"Tapi ...tapi Tante," ucap Daniel.
"Sudahlah, tak perlu memiliki pemikiran aneh dan macam macam, kita keluarga sekarang Daniel." jawab Melinda yang membuat Daniel kini bangun dan melangkah menghampiri Melinda.
Melinda melihat boxer Daniel yang masih basah dan segera menyuruhnya melepaskanya agar cepat kering.
Daniel mengangguk dan kini tanpa ragu lagi melepas boxer yang menutupi area kejantananya di depan Melinda.
Melinda sontak kaget melihat timun Daniel yang memiliki ukuran ketimun big size lebih dari yang di miliki Williams suaminya.
Setelah memeras dan menggantung boxernya, kini Daniel berbaring di samping Melinda yang kini berbaring dengan posisi miring.
"Tante, bolehkah aku meminta sedikit selimutnya." tanya Daniel yang takut membuat Melinda marah.
Namun tak di sangka, Melinda malah mengangguk dan tak segan berbagi selimut usamnya dengan Daniel.
Api unggun yang di buat Daniel kini telah padam, dan membuat suasana semakin gelap mencekam.
"Daniel," panggil Melinda dengan lirih.
"I ya, Tante." jawab Daniel.
"Tante kedinginan, tolong peluk Tante." pinta Melinda dengan suara gemetaran karena menggigil.
Daniel berperang melawana pikiranya, Namun demi membalas jasa yang pernah di lakukan Melinda padanya, akhirnya Daniel memberanikan diri untuk langsung memeluk Melinda dan mendekapnya.
Tak berselang lama, Melinda kini kembali meracau. Dan itu membuat Daniel sedikit ketakutan.
"Tante kau demam." Daniel menempelkan punggung tangan pada dahi Melinda.
"Aku kedinginan Daniel." ucap Melinda.
Terlintas niat jahat di benak Daniel untuk sekedar menghangatkan tubuh Melinda.
"Maafkan aku tante, aku terpaksa melakukan ini." ucap Daniel yang terlihat menyingkap selimut usam yang menutupi tubuh Melinda.
Dengan perlahan Daniel melahap kedua bukit Melinda dan menyesapnya. Dia berharap suasana ini akan menciptakan rasa hangat di tubuh Melinda.
Namun tak di sangka, Melinda mengangap kehangatan itu datang dari Williams dan langsung membalas semua perlakuan Daniel.
Mereka berdua bergulat layaknya sepasang suami istri yang mencari kehangatan abadi. Dan Daniel yang merasa terlanjur dan tidak tahan lagi. Kini dirinya menenggelamkan timun pusakanya pada Melinda.
Perlahan Melinda merintih dan kini sadar dengan membuka kedua matanya.
Kenikmatan malam itu membuat Melinda hanya bisa bungkam menerima hentakan demi hentakan yang di lakukan Daniel dengan timun pusakanya.
2 jam berlalu tanpa henti, akhirnya tubuh Daniel bergetar hebat. Begitu Melinda, area kewanitaanya masih terasa shock mendapat serangan timun yang sangat besar dari biasanya.
Tanpa berpikir panjang lagi, akhirnya Daniel menyemburkan cream Vanila ke dalam rahim Melinda.
"Maafkan aku Tante." Daniel terkapar di atas tubuh Melinda.
Sementara Melinda, hanya bisa terdiam dan tidak menyesali apa yang telah di perbuatnya bersama anak angkatya.