Chereads / Titip Rindu / Chapter 98 - Eps.59

Chapter 98 - Eps.59

Ponsel Brian berdering, dilayar ponselnya sudah tertera nama Shalu yang memanggil nya, tanpa berfikir panjang Brian langsung menggeser tombol hijau

" hallo "

*****

" apa? "

*****

" huh.... syukur lah, mas pulang sekarang "

Brian mengakhiri panggilan nya, lalu mengusap wajahnya dengan lembut, ada kelegaan sendiri saat ia mendapat kabar dari Shalu

" Shea sudah ada dirumah " ucap Brian

" huh..... syukur lah " Daniel dan ketiga temannya juga ikut merasa lega

" kalau begitu Om pulang dulu, maaf sudah mengganggu kalian " ucap Brian sembari menepuk pundak Daniel dengan lembut

" nggak apa-apa Om... hati-hati dijalan Om, dan kita titip salam buat Shea ya Om " ucap Daniel, Brian tersenyum lalu mengangguk.

****

Shea sudah berada dikamar dan terbaring di atas ranjangnya yang berukuran king size, tubuh mungil nya masih dibalut mantel tebal milik Alvarez. Sebelum keluar dari kamar Shea, Alvarez sempat melirik sedikit pada bunga mawar putih yang tersusun cantik di dalam vas kaca di atas nakas, ia sedikit mengangkat sudut bibirnya.

Baru hendak menaiki tangga, Brian melihat Alvarez keluar dari kamar Shea, dan kini mereka sudah berada di halaman depan.

" terimakasih banyak sudah membawa Shea pulang " ucap Brian

" sama-sama Pak " balas Alvarez

" kita sedang tidak berada di kantor ataupun di ruang meeting Alvarez... jadi bersikap lah seperti biasa " Brian menepuk pundak Alvarez

" baik Om... " Alvarez tersenyum

" bagaimana kamu bisa bersama Shea ? "

" tadi nggak sengaja ketemu di jalan om waktu aku pulang dari kantor, jadi sekalian aja aku antar pulang karena bahaya kalau Shea pulang sendiri apa lagi sudah larut malam kayak gini " ucap Alvarez, Brian mengangguk

" udah larut malam Om, aku pulang dulu " ujar Alvarez berpamitan pulang

" Sekali lagi terimakasih banyak Alvarez dan salam untuk papa kamu, dan Om berhutang Budi sama kamu "

" sama-sama Om, nanti aku sampaikan salam dari Om buat papa, dan ini bukan hutang budi Om, " Alvarez pun berlalu pergi.

Brian sudah berada di kamar Shea, di pandang nya wajah cantik putri nya yang sudah tertidur pulas ada rasa menyesal dalam hati nya karena tidak memberi tahu lebih awal.

Menjelang pagi, Shea terbangun dari tidurnya ia mengedarkan matanya mengelilingi setiap sudut ruangan

" kok gue bisa ada disini ya? " batin Shea

Ia mengingat kembali kejadian semalam, dimana ia bertemu dengan Alvarez lalu menumpahkan segala kekecewaan nya.

*****

Shea membuka matanya, lalu mengedarkan pandangannya, ia membuka pintu mobil lalu menghampiri Alvarez yang berdiri di dekat pagar kayu yang sudah sedikit lapuk membatasi antara bukit dan jurang di depannya terhampar kelap kelip lampu ibukota, dan dari bukit ini Shea dapat melihat keindahan malam ibukota

" kita dimana? " tanya Shea dengan sedikit menguap membuyarkan lamunan Alvarez

" tempat yang Lo minta " jawab Alvarez tanpa menoleh sedikit pun,

Pandangan nya lurus pada pemandangan indah di hadapannya lengan kemeja nya ia gulung sebatas siku, sebelah tangannya ia masuk kan kedalam saku celananya dan yang satunya lagi sedang memegang sebatang rokok.

" Lo udah sering kesini? " tanya Shea

Alvarez sedikit melirik Shea, lalu kembali menatap kembali kedepan sembari mengisap rokoknya sebelum ia menjawab pertanyaan Shea

" baru dua kali " jawabnya singkat " dan ini yang ke tiga " sambung nya kemudian kembali mengisap rokoknya

" ngerokok itu, nggak baik buat kesehatan " ucap Shea

" gimana? perasaan Lo udah tenang? " alih-alih tak membalas ucapan Shea, Alvarez justru memberi nya pertanyaan.

Shea mengangkat kedua bahunya nya, lalu menggeleng, ia melipat kedua tangannya di d**a karena angin malam menyapu tubuhnya dan itu membuat nya merasa kedinginan.

Alvarez yang peka akan hal itu, tiba-tiba langsung membuang rokoknya lalu mengambil mantelnya di dalam mobil lalu menyelimuti tubuh mungil Shea agar Shea merasa hangat

" makasih ya " ucap Shea menatap nanar kedua bola mata laki-laki tampan di hadapannya, Alvarez tak bergeming

" apa Lo pernah jatuh cinta sama seseorang? " tanya Shea, pandangan nya lurus kedepan

" belom " jawabnya singkat

" kalo naksir sama cewek? " Shea memiringkan kepalanya menghadap Alvarez.

" Awwwwww..... Alvarez " pekik Shea kesal, karena Alvarez baru saja menepuk kening Shea

" sakit tauk!!!!! " ucapnya kesal

Entah mengapa, Alvarez merasa membuat Shea kesal dan marah jauh lebih baik di bandingkan melihat nya menangis

" nggak usah nanya masalah pribadi gue " ucapnya dengan dingin,

Shea memutar bola matanya malas lalu berjalan sambil menghentakkan kakinya, dan memilih untuk duduk di bangku yang terbuat dari kayu di bawah pohon beringin yang juga di hiasi lampu warna-warni, Alvarez tersenyum samar saat melihat raut wajah Shea yang kesal, ia pun menghampiri Shea dan ikut duduk di sebelah nya

Beberapa saat kemudian, Alvarez kembali mendengar isakan tangis seseorang dan itu membuat nya merinding, saat ia menoleh kesamping nya ternyata Shea yang kembali menangis. Alvarez menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu menghela nafas lelah

" kenapa sih, cewek kalo ada masalah selalu nangis " ucap Alvarez

" kkyyaaaaahhhhhhh " tangis Shea semakin pecah saat mendengar ucapan Alvarez, membuat Alvarez dengan spontan menutup kedua telinganya

" Lo kayak anak kecil yang ngamuk gara-gara nggak di beliin balon sama Mak nya tau nggak!!! " ucap Alvarez dengan kesal, dan itu berhasil membuat Shea terdiam

" gue emang nggak pernah di beliin balon sama nyokap gue, karena dari gue lahir nyokap gue udah meninggal dan gue cuma tinggal sama bokap " ucap Shea lirih

Kini Alvarez yang terdiam, bagaimana dia bisa lupa bahwa memang dari kecil Shea sudah tak ber-Ibu karena ibunya sudah meninggal, Alvarez sedikit menyesal dengan ucapannya karena itu membuat luka lama Shea terungkit kembali

" maaf gue nggak bermaksud- "

" udahlah nggak apa-apa, mungkin emang udah nasib gue yang selalu di tinggal sama orang-orang yang gue sayang " air mata Shea kembali membasahi pipinya

" kalo Lo butuh bahu untuk bersandar, Lo bisa bersandar di bahu gue " ucap Alvarez sembari menepuk bahu nya sendiri

Mata Shea menatap jauh menjelajah untuk mencari batas yang tak kunjung ia temui

" gue patah hati... " ucapnya lirih

" ternyata gini rasanya, melihat orang yang kita cintai akan bersanding sama orang lain. Orang yang selama ini gue percaya dan gue tunggu ternyata udah ngecewain gue " ucapnya lagi

" nggak semua hal yang kita inginkan bisa terwujud, karena sejatinya sekuat apapun kita menahan seseorang yang kita sayang kalau dia bukan milik kita pasti akan menjauh juga, hanya saja waktu dan caranya yang berbeda " ucap Alvarez

" mungkin gue emang nggak tau apa itu cinta, dan gimana rasanya jatuh cinta tapi gue tau rasanya gimana harus melepaskan seseorang yang bukan di ciptakan buat kita " ujar Alvarez

Tanpa Shea sadar, ia sudah merebahkan kepalanya di pundak Alvarez, menangis meratapi kisah cinta nya yang di jaganya sepenuh hati akhirnya kandas juga, semua janji dan semua harapan kini sudah hancur dan sirna.

" Lo bener... tapi gue nggak tau, apa gue akan bisa percaya dan jatuh cinta lagi sama seseorang di masa depan "

Alvarez merasa hatinya tercubit, ia berfikir dengan keras apa benar yang selama ini ia rasakan adalah cinta dan jika benar maka bagaimana ia akan membuat wanita yang menangis di samping nya ini percaya, bahwa masih ada cinta lain yang menanti nya,

" Lo pasti dapetin orang yang bener-bener di ciptakan untuk Lo miliki meskipun bukan sekarang, tapi percayalah di masa depan kalian pasti bertemu " gumam Alvarez

Merasa tak mendapat kan respon dari Shea, ia sedikit menunduk kan kepalanya untuk melihat wajah Shea, Alvarez tersenyum saat melihat Shea yang sudah terlelap di bahu nya, ia mengelus lembut puncak kepala Shea

****

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, membuyarkan semua lamunan Alvarez

" masuk.... " pinta Alvarez lalu kembali menatap layar laptop nya

" maaf pak, ada tamu yang ingin menemui bapak " ucap Dian setelah ia membuka pintu ruang kerja Bos nya itu

" siapa? " tanyanya tanpa menoleh, jari jemari indah nya masih menari-nari pada keyboard laptop nya

" namanya nona Shea, dia sedang menunggu anda di lobby " jawab Dian, Alvarez langsung menghentikan aktivitas menatap tajam kearah Dian yang masih berdiri di depan pintu

Dian, masih berdiam diri tak bergerak bahkan dengan susah payah ia meneguk Saliva nya, karena mendapat tatapan tajam dari Bos nya bahkan ia seperti merasa akan di makan hidup-hidup oleh Bosnya yang berparas dingin itu dengan langkah cepat Alvarez keluar dari ruangan nya tanpa mempedulikan Dian yang masih terlonjak kaget.

" Astaga..... ya ampun Bos, ganteng-ganteng kok dingin amat kaya vampir " gumam Dian sembari menutup pintu ruangan Bos nya dan kembali pada ruang kerjanya

Alvarez turun melalui lift pribadinya, dimana lift itu disediakan khusus dan digunakan hanya untuk dirinya, Haidar sang ayah, dan Gilang sahabat sekaligus asisten pribadi nya.

Sesampainya di lobby, Alvarez melihat Shea sedang berdiri melihat-lihat Kaligrafi yang terpajang di dinding bahkan sesekali ia tersenyum melihat beberapa lukisan indah yang ikut terpajang di sepanjang koridor kantor.

" ehemmm " deheman itu membuat Shea terkejut lalu menoleh ke sumber suara.

" hai.... " Shea tersenyum sembari melambaikan tangan nya pada Alvarez

" tau dari mana kalo gue disini? " tanya Alvarez dengan menaikkan satu alisnya

" rahasia " balas Shea dengan tersenyum

" ngapain kesini? " tanya nya tanpa basa-basi

" nih.... " Shea menyodorkan rantang makanan berwarna biru muda pada Alvarez

" ini apa? "

" itu bom!!! ya rantang makanan lah "

" iya gue tau ini rantang makanan, tapi ini maksud nya apa??? "

" Lo bilang di dunia ini nggak ada yang gratis, jadi gue masakin Lo makanan untuk sarapan ya anggap aja itu bayaran gue buat Lo karena semalem udah ngajak gue ketempat yang indah terus nganter gue pulang dalam keadaan gue udah tidur " cerocos Shea dengan tingkah seperti anak kecil

Alvarez tak bergeming, mimpi apa dia semalam melihat Shea pagi-pagi sudah berada di kantor nya dan membawakan sarapan untuk nya.

" kok diem sih... bilang makasih kek, apa kek malah bengong " ujar Shea kesal

" iya makasih " ucapnya singkat

" dasar cowok pelit... ngomong aja irit banget " batin Shea

" apa Lo bilang????? " sontak pertanyaan Alvarez membuat nya terperanjat kaget ia lupa bahwa Alvarez bisa membaca fikiran nya

" nggak gue nggak bilang apa-apa " Shea menggeleng dengan cepat

" ya udah, gue pergi dulu bye.... dan jangan lupa sarapan nya di habisin " ucap Shea kemudian cepat pergi karena ia tak ingin berlama-lama berhadapan dengan Alvarez yang bermuka datar seperti tembok tapi untung ganteng menurut nya