Shea masih duduk di atas kursi rodanya menatap lurus keluar jendela ruang rawat nya, menikmati hujan yang masih mengguyuri ibukota sejak semalam, sekilas Shea mengalihkan pandangannya pada cermin di atas nakas dengan jelas dapat melihat pantulan dirinya dan refleks jemari mungil nya meraba rambut panjang hitam dan lebat yang dulu ia miliki, kini sudah semakin menipis bahkan kulit kepala nya sudah terlihat dengan jelas membuat butiran kristal keluar dari sudut matanya.
" Shea... " Shalu mengusap pundaknya dengan lembut namun sorot matanya penuh keraguan
" nggak apa-apa kok tante, aku siap " Shea mencoba untuk sekuat mungkin agar tidak terlihat hancur
Shalu memalingkan wajahnya menatap suaminya dan kedua mertuanya yang duduk di sofa, sesekali ia meminta bantuan pada Brian untuk kembali meminta kepastian Shea, dan Brian hanya memberikan kode agar Shalu melakukan apa yang di pinta Shea.
Merasa tak ada respon dari Shalu, Shea menoleh ke arah Shalu yang berada di belakang nya lalu memberikan senyum manis di balik wajah pucat nya.
Anita hanya memejamkan matanya, saat benda di tangan Shalu itu menyentuh rambut Shea, sesekali Shalu menarik nafasnya menahan tangis.
Brian langsung menghampiri Shea, setelah Shalu melakukan permintaan Shea yang menurut nya sangat menyakitkan.
" aku jelek ya Pi? "
" enggak sayang.... kamu akan selalu terlihat cantik " Shea langsung memeluk Brian menumpahkan segala tangisnya.
******
" Lo mau ke rumah sakit lagi? " Morgan menghampiri Yesaya yang baru saja keluar dari Walk in closet
" iya... kenapa Lo mau ikut? "
" boleh... " Yesaya langsung menyambar kunci mobilnya di atas nakas Lalu beranjak pergi diiringi oleh Morgan di belakangnya.
Baru saja keluar dari pintu, Yesaya melihat para sahabatnya baru saja tiba di halaman rumah nya
" mau besuk Shea kan? " tanya Nabila
" kita semua ikut ya " sambung Niko.
Tanpa berfikir panjang merekapun langsung menuju rumah sakit tempat Shea di rawat.
" Lo udah ngomong sama Shea soal keberangkatan Lo ke Canada? " tanya Morgan saat mereka masih dalam perjalanan
" belum... gue nggak mau dia kepikiran, gue mau di fokus sama pengobatan nya dulu "
" cinta rumit yah..... banyak banget hati yang harus di jaga " Morgan menghela nafas panjang
" mangkanya Lo buruan punya pacar... biar tau rasanya berjuang " Morgan hanya berdecak lalu membuang pandangannya ke luar jendela tak mempedulikan perkataan Yesaya.
Hampir 20 menit menempuh perjalanan menuju rumah sakit mereka pun sampai, merekapun bertemu dengan Ajeng yang kebetulan juga baru sampai
" Ajeng " teriak Janet
Plakk!!!!!
" Daniel..... sakit..... " Janet mengelus kepalanya
" ini rumah sakit... bukan hutan "
" tapi nggak perlu geplak juga "
Ajeng menghampiri mereka semua, sambil menenteng beberapa kantong makanan
" sini gue bantuin " Samudera mengambil salah satu kantong di tangan Ajeng
" makasih kak " ucapnya sopan, Samudera hanya mengangguk
" ciye.... " goda teman-temannya
" ehemmm "
" kayaknya bakalan tumbuh benih cinta ni "
" apaan sih " Samudera merasa gugup
" Sam, Lo nggak ngerasa ada sesuatu gitu di hati Lo " tanya Ragil dengan senyum evil nya
" rasa apa? "
" aduh..... Samudera nggak peka ni "
" apaan sih Lo nggak jelas " sungut Samudera kemudian mengiringi Ajeng yang sudah lebih dulu berjalan meninggalkan mereka semua karena wajah nya sudah memerah karena malu di goda teman-teman Yesaya, apalagi di sana ada Morgan, pria yang diam-diam ia kagumi saat kejadian di taman .
Mereka semua sudah sampai di depan pintu ruang VVIP tempat Shea di rawat.
" selamat sore " sapa mereka semua dengan tersenyum khas mereka masing-masing
Brian menyambut kedatangan mereka dengan hangat, dan langsung mempersilahkan mereka semua untuk masuk
" ini buk pesanan nya " Ajeng mengulurkan kantong di tangan nya di iringi oleh Samudera.
" terimakasih ya " Shalu meletakkan di atas nakas
Kini pandangan mereka semua tertuju pada Shea yang duduk di kursi rodanya, tak ada satupun yang mengeluarkan suara, membuat mereka semua bungkam, sorot mata sendu milik Shea memperhatikan mereka satu persatu lalu tersenyum.
" kenapa? " tanya Shea " kaget ya? " sambung nya lagi, membuat mereka semua tersenyum canggung.
Janet sudah dari tadi menahan air matanya, langsung berlari keluar tidak tahan melihat keadaan Shea sekarang, ia menangis sejadi-jadinya di luar.
" Janet kenapa? " tanya Shea
" nggak apa-apa kok, biar gue susulin " Daniel langsung menghampiri sang adik
" Jan..... " tau sang kakak menghampiri nya, Janet langsung memeluk Daniel menangis sesenggukan
" kasian Shea.... dia harus kehilangan rambutnya " ucap Janet di sela isak tangis nya
" kita semua harus kasih kekuatan buat Shea... " Daniel membelai lembut sang adik
Melihat keadaan masih canggung, Shalu langsung meminta mereka untuk duduk lalu mengeluarkan makanan yang baru saja di bawa oleh Ajeng tadi.
" aku aneh ya? " Shea berusaha untuk tersenyum sedangkan matanya sudah berkaca-kaca
" enggak kok She..... kita cuma kaget aja " ucap Ragil, membuat Shea tertunduk malu
" Ragil.... Lo apaan sih, liat tuh karena ucapan Lo Shea jadi sedih " bisik Cheryl dengan kesal
" Lo sih.... " tambah Vino sambil menyikut nya
" gue belom selesai ngomong panjol... " bantah Ragil
Melihat Shea yang sudah tertunduk malu, Yesaya menghampirinya berjongkok mensejajarkan tubuh nya pada Shea, meraih dagu Shea, terlihat sudut mata Shea yang sudah mengeluarkan butiran air mata
" maksud gue She..... kita kaget kenapa Tuhan menciptakan wanita secantik Lo... " wajah Ragil terlihat sangat tulus saat mengucapkan
" yang di bilang Ragil bener She... gue aja sampe pangling... Lo cantik pakek double banget " sambung Samudera
Mereka semua tersenyum, Yesaya menghapus air mata Shea yang kembali menetes saat mendengar perkataan teman-teman nya
" She... " panggil Janet yang berdiri di ambang pintu, Shea langsung membentang kan kedua tangannya agar Janet masuk kedalam pelukannya.
Brian, Shalu, beserta Anita dan Gunawan terharu melihat sikap dari teman-teman putri nya yang menyayangi nya.
Yesaya mengambil sebuah benda terletak di atas nakas lalu memberikan nya pada Daniel
" buat apaan? " Daniel dan yang lainnya pun merasa heran
" Yes... Lo mau ngapain? " tanya Nabila yang sedikit hawatir karena jujur ia masih menyimpan rasa sayang pada Yesaya
" buat gue seperti Shea " pinta Yesaya
Mata teman-temannya terbelalak seakan ingin melompat keluar mendengar permintaan Yesaya, sedangkan Brian terlihat sangat bangga pada kekasih putri nya, begitupun Morgan yang bangga memiliki seorang kakak seperti Yesaya
" Yes.... Lo serius? " tanya Daniel sekali lagi
" iya " jawabnya singkat tanpa keraguan, Yesaya menatap lekat manik mata hitam pekat milik Shea
" crazy..... gue belum tentu berani ngelakuin itu demi cewek " gumam Samudera
" sama gue juga " sambung Vino
" gue mau dong.... satu, cowok kayak Yesaya " gumam Cheryl yang dapat di dengar oleh Ragil
" kalo Lo mau, gue bersedia kok " ucap Ragil dengan senyum manisnya pada Cheryl, namun hanya mendapatkan plototan dari Cheryl sampai membuat Samudera, Vino, dan Nabila tertawa.
Mereka semua menyaksikan bagaimana helai demi helai rambut hitam pekat milik Yesaya jatuh kelantai, namun mata Yesaya terus memandangi wajah Shea tanpa berkedip sekalipun.
" Yesaya cinta banget sama Lo " bisik Janet
" ma syaa Allah, kak Yesaya bebesar hati banget " ucap Ajeng.
" seharusnya kamu nggak perlu kayak gini " batin Shea.
Setelah selesai, Yesaya melempar senyuman pada Daniel pertanda ucapan terimakasih nya lalu beralih kearah sang adik, Morgan mengacungkan kedua jempol nya kepada Yesaya, Shea mengarah kan kursi roda nya kehadapan Yesaya lalu membersihkan sedikit sisa rambut pada wajah Yesaya.
" sekarang penampilan kita sama, kamu nggak sendirian " ucap Yesaya di sela Shea membersihkan wajahnya
" kamu nggak harus ngelakuin ini semua buat aku... udah kamu cintai saja itu sudah cukup buat aku " Isak tangis Shea kembali terdengar, membuat Brian ikut menghampiri mereka.
" Om bangga sama kamu " Brian menepuk pundak Yesaya, lalu beralih mencium pipi Shea .
Samudera berinisiatif melepaskan kupluk yang ia pakai, lalu melirik Yesaya meminta persetujuan Yesaya sebelum memberikan nya pada Shea, Yesaya hanya tersenyum lalu mengangguk pertanda setuju. Samudera memakai kannya langsung kepada Shea
" gue ngerti bro, walau bagaimanapun Lo masih suka sama Shea dan dengan keadaan seperti ini gue nggak bisa egois, semua orang berhak memberikan perhatian kepada Shea " batin Yesaya
" sorry bro... tapi gue nggak bisa bohongi perasaan gue, meskipun cinta Lo begitu besar buat Shea di bandingkan cinta gue ke Shea, gue sendiri mungkin belum tentu sanggup ngelakuin apa yang udah Lo lakuin sekarang " batin Samudera
Mata Yesaya dan Samudera saling beradu namun bukan pandangan permusuhan melainkan pandangan takjub.