Chereads / Titip Rindu / Chapter 84 - Eps.45

Chapter 84 - Eps.45

" kapan jadwal operasi Shea? " tanya Gunawan

" dua hari lagi pa " pandangan Brian tak luput dari wajah sang putri yang tengah berbaring tidur di atas ranjang kecil rumah sakit

" semoga setelah ini, tak ada lagi kesedihan di raut wajah Shea " balas Gunawan, Brian hanya diam tak merespon ucapan sang ayah, Brian masih teringat saat Yesaya hendak pulang ia sempat berbicara dengan pemuda itu.

" Om, apa kita bisa bicara sebentar? "

" ada apa Yesaya? "

" gimana kalau kita ngobrol di taman aja Om "

tanpa menolak, Brian mengikuti langkah kaki Yesaya menuju taman rumah sakit

" kamu mau bicara apa Yesaya? " mereka duduk di salah satu bangku yang sudah di sediakan di taman itu

" tentang Shea om " pandangan mata Yesaya lurus ke depan

" bicaralah sebagai teman " Brian menepuk pundak Yesaya

" dua hari lagi, aku akan berangkat ke canada Om... aku akan melanjutkan pendidikan ku di sana memenuhi permintaan Oma dari almarhum papa " pandangan Yesaya masih lurus kedepan, sesekali ia menghela nafasnya yang terasa berat

" tapi hati ku terasa berat meninggalkan Shea dalam waktu yang lama... enam bulan saja sudah membuat ku uringan apa lagi bertahun-tahun " terlihat senyum getir dari wajah mulus Yesaya

" aku takut meninggalkan nya Om " Brian merengkuh tubuh tegap Yesaya kedalam pelukannya, tanpa ia sadari sudut matanya sudah mengeluarkan cairan bening

" lanjutkan pendidikan mu, jangan hawatir kan Shea... dia pasti baik-baik saja... kamu masih ingat janji kamu pada saya? " Yesaya melemparkan pelukannya menatap lekat manik mata Brian

" iya Om... saya ingat, saya nggak akan mengecewakan Om dan Shea " Yesaya mengucapkan nya tanpa ada rasa ragu sedikitpun.

" tapi bagaimana dengan Shea, dia belum tau sama sekali tentang keberangkatan aku Om... karena aku nggak mau mengacaukan fikiran nya, dan aku ingin dia lebih fokus pada pengobatan nya " Brian diam terpaku, memikirkan setiap inci perkataan pemuda tampan di hadapannya.

" mas.... " sentuhan lembut dari tangan Shalu menyadarkan Brian dari lamunan panjang nya

" kamu mikirin apa? " Shalu langsung duduk di sebelah nya

" tidak ada " jawabnya singkat

" jangan berbohong " tatapan Shalu penuh curiga

" hanya tentang Yesaya dan Shea " pandangan Brian lurus ke luar jendela

" ada apa Brian? " Gunawan pun nampak heran

" pemuda itu sangat tulus mencintai princess kita " Anita duduk di samping ranjang Shea sambil mengelus lembut kepala Shea yang sudah tertidur

Brian langsung beranjak keluar dari ruangan, di iringi oleh Shalu di belakangnya

" Ada apa mas? "

Brian dan Shalu sudah duduk di kursi yang sudah di sediakan di lorong koridor

" Yesaya akan pergi meninggalkan Shea " Shalu terkejut mendengar penuturan dari sang suami

" maksud mas? " raut wajah Shalu terlihat bingung

" Yesaya akan pergi ke Canada untuk melanjutkan pendidikan nya, dia akan berangkat dua hari lagi "

" apa? kenapa harus mendadak? "

" bukan mendadak, tapi rencana itu memang sudah lama, dan sayangnya Shea belum tau tentang keberangkatannya "

" dua hari lagi, itu tandanya? " Shalu menggantung pertanyaan nya

" ya... bertepatan dengan jadwal operasi Shea, aku bingung bagaimana harus menjelaskan pada Shea ketika dia bertanya keberadaan Yesaya " Brian meletakkan kepalanya di bahu Shalu mencari kenyamanan disana

" jujur, aku lelah melihat luka di mata Shea " butiran air mata kembali menetes dari pelupuk mata kaki-laki itu, tangan halus milik Shalu membelai lembut kepala Brian

" selalu ada pelangi setelah hujan... Shea itu manusia pilihan Tuhan yang sangat kuat mas... kita sebagai orang tuanya harus tetap menggenggam erat tangan nya agar terus mampu berjalan di atas takdir yang sudah di tuliskan oleh Tuhan " Brian mendongak kan kepalanya menghadap Shalu

" terimakasih " ucap Brian lirih, seutas senyum tulus dari wajah cantik Shalu.

*****

Yesaya sedang berenang di kolam belakang rumah nya, berharap mendapatkan kesegaran setelah melakukan hobby nya ini, puas dengan berenang ia merasa perutnya lapar, setelah mengering kan badan hanya dengan mengenakan boxer gambar Spongebob kesayangannya Yesaya berjalan menuju dapur mencari sesuatu yang bisa membuat cacing di perut nya berhenti bernyanyi.

" gue masak mie instan aja deh " gumam Yesaya sambil menyalakan api kompor

" Ada Tuyul.... " teriak asisten rumah membuat orang-orang isi rumah semua bangun lalu berlari ke sumber suara

" mana tuyul bik... " Morgan sudah memegang stik golf

" itu den..... " tunjuk bibik dengan ngemetar

" bik ini aku Yesa.... " tatapan mata Yesaya sangat tajam karena dirinya di anggap tuyul

" hahahahahahahah " Morgan tertawa terbahak bahak merasa puas

" tuyul nya gede banget bik " Morgan masih tertawa terbahak bahak

" maaf den, bibik kira tadi tuyul " wajah bibik masih terlihat syok

" ya ampun Yesa..... " Bella dan Antonio baru saja menghampiri mereka setelah mendengar keributan

" ada apa ini ? "

" itu loh pa, bibik ngirain kalo Yesa itu tuyul "

Morgan masih menahan tawanya

" tuyul? " ucap Bella dan Antonio serentak

" tuh ... " Morgan memberikan kode dengan menggunakan dagunya, Bella dan Antonio baru sadar bahwa penampilan Yesaya sekarang gundul dan benar-benar seperti tuyul karena hanya mengenakan boxer dan bertelanjang dada menunjukkan dada bidangnya

" Astaga Yesa ... rambut kamu kemana? "

" demi cinta pa.... " ejek Morgan, namun langsung mendapat toyoran dari sang kakak

" itu kamu juga habis ngapain? kenapa cuma pakek boxer terus nggak pakek baju " Bella geram melihat tingkah putra nya

" habis berenang " jawabnya singkat

" ini jam berapa Yesa.... " tunjuk Bella pada jam yang menempel di dinding, menunjukkan sekarang pukul dua dini hari

" gerah ma.... " balas Yesaya dengan santai, lalu melanjutkan memasak mie yang sempat tertunda gara-gara bibik yang mengira nya tuyul

" emangnya AC dikamar Lo kurang dingin "

" diem Lo kampret... " Morgan hanya berdecak menanggapi hardik sang kakak

" sudah-sudah.... bibik balik aja istirahat, dan kamu Morgan berhenti menggoda kakak kamu " lerai Antonio namun sambil menahan tawa melihat penampilan putra tiri nya.

Antonio dan Bella kembali kekamar mereka, tinggal Yesaya dan Morgan yang masih berada di dapur

" eh botak..... Lo udah bilang sama Shea " tanya Morgan, namun langsung mendapat tatapan tajam yang mematikan dari Yesaya membuat nya meringis ketakutan

" sekali lagi Lo panggil gue botak, gue abisin Lo.... " ancam Yesaya

" iye iye .... sensi amat, " Morgan memutar bola matanya malas

" jadi gimana, Lo udah bilang sama Shea besok Lo berangkat? " Yesaya hanya menggeleng

" kenapa? "

" gue takut Shea sedih " Yesaya menyantap mie instan yang baru saja ia masak

" iya juga sih, apa lagi sama keadaan nya sekarang " Morgan melipat kedua tangannya di d**a

" tapi meskipun Lo ke Canada, bukan bearti kalian putus kan? "

" ya enggak lah..... gila aja Lo " raut wajah Yesaya menunjukkan tak senang mendengar ucapan Morgan

" nyokap bilang, katanya Oma Lo yah yang maksa supaya Lo lanjutin disana? " Yesaya hanya menghela nafas kasar lalu mengangguk membenarkan pertanyaan sang adik tiri

" sebenarnya, dari dulu beliau minta gue tinggal disana tapi gue nggak mau... karena di sana bukan dunia gue... " ucap Yesaya penuh penekanan

" dunia gue disini, bersama kalian.... dan Shea tentunya " sambungnya

Morgan bisa merasakan kesedihan dari raut wajah sang kakak dan Morgan juga baru tiga kali bertemu dengan nenek dari keluarga almarhum papa Yesaya, dan Morgan juga bisa menilai kalau wanita tua itu sangat keras bisa di anggap otoriter.

" tapi ya mau gimana lagi, Oma gue udah tua apa lagi kata Tante gue yang disana beliau sekarang sering sakit-sakitan... dan buat gue nggak tega nolak permintaan nya lagi " Yesaya memaksakan untuk tersenyum, Morgan hanya mampu menepuk pundak sang kakak untuk memberikan sedikit semangat.