Chereads / Titip Rindu / Chapter 81 - Eps.42

Chapter 81 - Eps.42

Sesuai dengan janjinya, setelah drama panjang menghabiskan satu mangkuk bubur akhirnya Shea sudah berada di taman rumah sakit rasanya sudah lama sekali Shea tidak menghirup udara segar ini karena berhari-hari Shea hanya berada di kamar rawat nya.

" dokter nggak sibuk? " benar saja, Abimana kini sedang menemaninya di taman

" nggak.... " jawabnya singkat matanya fokus pada ponselnya

" oh ya, boleh nanya sesuatu nggak? "

" apa? " Abimana mengalihkan pandangannya menatap wajah sayup Shea

" gimana keadaan Kaira sekarang, soalnya udah lama aku nggak liat dia? "

Abimana terdiam mendengar pertanyaan Shea

" kenapa diam? "

" Kaira sudah meninggal, dua Minggu yang lalu... " dengan berat hati Abimana menjawab

Detak jantung Shea berdetak dengan cepat, mendengar jawaban yang tak ia harapkan

" Kaira tidak mendapatkan pendonor tulang sumsum belakang dengan cepat... " Abimana menunduk kan kepalanya menyembunyikan kesedihannya

Tanpa ia sadar, air mata Shea sudah membasahi pipinya

" apa aku juga akan bernasib sama? " gumam Shea namun terdengar jelas di telinga Abimana

Abimana menyeka air mata Shea dengan ibu jarinya

" kamu masih memiliki banyak waktu... dan gunakan kesempatan itu dengan sebaiknya... banyak orang yang menyayangi kamu dan itu juga menjadi dasar kekuatan kamu untuk sembuh " entah kenapa Abimana menggenggam erat jari-jemari Shea

" terimakasih Dok sudah memberikan saya kekuatan "

" itu karena saya menyayangi kamu " entah mengapa Abimana mengatakan itu sontak membuat Shea terkejut

" maksud dokter? " Abimana memejamkan matanya karena secara tak langsung ia mengatakan perasaannya

" em..... maksud saya, menyayangi kamu sebagai pasien saya sama seperti Kaira " Dokter Abimana terlihat gugup, sedang kan Shea mengangguk paham dan tak ingin memperpanjang perkataan Abimana.

Shea sudah kembali kekamarnya karena cuaca di luar sedang hujan, membuat Shea teringat saat ia berada di tepi pantai bersama Yesaya, setiap ucapannya masih terasa menggema di telinga nya.

Enam bulan sudah Shea lewat, Shea sedang duduk di kursi roda nya menatap lurus keluar jendela, tubuhnya semakin hari bertambah kurus, ia baru saja mengganti pakaian nya.

" kamu mikirin apa sayang " Brian mengecup puncak kepala Shea

" nggak ada kok Pi "

" jangan bohong " Shea tersenyum kecut

" aku kangen suasana sekolah pi, aku kangen temen-temen di sekolah " mata Shea sudah berkaca-kaca

" bahkan aku juga kangen Yesaya " gumam Shea

" kamu sabar ya sayang.... papi yakin kamu pasti sembuh " Brian merengkuh tubuh mungil putri nya

" sekarang sekolah baru aja selesai UN, Yesaya pasti sibuk cari universitas terbaik untuk melanjutkan kuliah nya, dia pasti nggak ada waktu untuk mikirin aku lagi, apa lagi gosip kalau aku pindah sekolah " batin Shea

*******

Yesaya sedang duduk termenung di pinggir jendela kamarnya sambil memegang brosur universitas yang di berikan oleh ibunya, karena sekolah nya sudah melaksanakan UN dan kini tinggal menunggu pengumuman saja

Bella meminta Yesaya untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri, sedangkan hatinya kini di buat tak karuan karena hingga saat ini ia masih belum mendapatkan kabar tentang Shea bahkan ia hanya mendengar bahwa Shea sudah pindah sekolah itu pun tak jelas karena Ajeng juga tidak mengatakan apapun dengan alasan " saya hanya pembantu. "

" woy.... jangan ngelamun kesambet setan siang bolong baru tau rasa Lo.... " Morgan masuk kekamar Yesaya tanpa permisi

" iya... dan Lo setan nya " balas Yesaya dengan wajah dingin

" masih belom ada kabar dari Shea? "

" pertanyaan macam apa itu???? kalo gue udah tau kabar Shea di mana sekarang gue nggak akan kayak gini tau nggak Lo..... " Yesaya melempar pulpen yang di pegang nya kearah Morgan dan tepat mengenai kepalanya

" sakit..... bucin..... " ujar Morgan, namun tak di hiraukan oleh Yesaya

" terus, apa Lo bakalan terima tawaran nyokap untuk lanjut kuliah di Canada? tanya Morgan dey raut wajah serius

" gue belum tau.... yang ada di pikiran gue sekarang itu keberadaan Shea dan gimana kabarnya.... dia pergi begitu aja tanpa ninggalin satu katapun ke gue " raut wajah Yesaya sangat frustasi

" Lo cinta banget sama dia " tanya Morgan dengan menyunggingkan sudut bibirnya

" SANGAT!!!! " jawab Yesaya dengan tegas, membuat Morgan tak ingin berkata lagi.

" Yesa.... mama minta tolong, temenin mama kerumah sakit ya " tanpa mengetuk pintu terdahulu Bella langsung masuk kedalam kamar putra nya

" lah kenapa? mama sakit? " Morgan langsung menyentuh kening sang ibu dengan telapak tangan nya

" enggak... mama nggak sakit, mama mau besuk teman mama " jawab Bella

" males ah..... tuh mama minta temenin anak kesayangan mama aja " Yesaya bersikap acuh tak acuh

" eh nyokap minta Lo yang nemenin bukan gue... " timpal Morgan " lagian meskipun mama minta gue yang nemenin, gue nggak bisa sore ini ada balap " sambung

" Morgan... kamu masih ikut balap liar " bola mata Bella terbelalak , sedangkan yang bersangkutan hanya cengengesan

" Bener-bener kamu ya... susah banget di bilangin " Bella mencubit pinggang Morgan

" aduh sakit ma.... " pekik Morgan

Seakan tak melihat Bella memarahi Morgan, Yesaya kembali menatap lurus keluar jendela kamarnya, melihat kemurungan di raut wajah Yesaya, akhirnya Bella melepaskan Morgan dan beralih menghampiri Yesaya.

" kamu kenapa? " melihat ibunya yang sudah lengah, Morgan menggunakan kesempatan untuk melarikan diri dari amukan sang ibu

" nggak apa-apa ma.... "

" soal Shea? " namun Yesaya tak menggubris ucapan ibunya

" kalau jodoh nggak akan kemana " timpal Bella lagi

" tapi masalah nya, kita itu nggak ada masalah apa-apa ma.... itu yang buat aku bingung " Yesaya mengusap wajahnya dengan frustasi

" udah enam bulan Shea ngilang nggak ada kabar ma... bahkan gosip di sekolah bilang kalo Shea pindah sekolah "

" kamu sudah kerumahnya? "

" udah sering malah.... tapi tetep aja nggak ada jawaban apa-apa ma " Yesaya merebahkan tubuhnya di atas kasur yang berukuran besar itu.

" ya udah, dari pada kamu uring-uringan nggak jelas di rumah, mendingan kamu temenin mama jenguk temen mama di rumah sakit siapa tau kan kamu menemukan jawaban " usul Bella

" ya udah deh, aku nganterin mama aja, tapi aku nggak mau ikut masuk, ngapain lama-lama nungguin mak-mak di kamar inap pasien paling juga mama ngerumpi di sana " ucap Yesaya kemudian berlalu menuju Walk in closet

Mobil sport milik Yesaya sudah terparkir di halaman rumah sakit

" kamu yakin nggak mau ikut masuk? " tanya Bella

" nggak, aku nunggu di sini aja "

" nanti kamu bosen Loh "

" paling juga ke cafe depan ma "

" ya udah mama masuk dulu " tanpa menunggu jawaban dari putra nya Bella sudah keluar dari mobil

Yesaya menyenderkan tubuhnya di kursi pengemudi, pikiran nya masih fokus tentang wanita yang ia rindukan.

" kamu dimana Shea..... kenapa kamu sama sekali nggak ngehubungin aku... bahkan kamu menghilang begitu saja " batin Yesaya dengan memandang foto gadis cantik di layar ponselnya

Yesaya mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil, dan tanpa sengaja ia melihat sosok wanita yang ia kenal berjalan memasuki area rumah sakit

" kok dia ada disini, siapa yang sakit yah " gumam Yesaya

Yesaya masih memperhatikan wanita itu yang berjalan menuju lobby, bahkan ia sengaja mengiringi wanita itu untuk menghilangkan rasa penasaran nya.

" Lo ngapain disini? " Yesaya sudah berdiri di belakang wanita itu

" kamu... " wanita itu tak kalah terkejut melihat laki-laki yang sudah ia hindari selama enam bulan terakhir ini

******

Shalu baru saja selesai membersihkan bekas muntahan Shea untuk yang kesekian kalinya efek dari kemoterapi yang baru saja selesai ia jalani, entah ini sudah yang keberapa kalinya, sedangkan Brian terus mengelus kepala putri kesayangannya yang sudah kembali terlelap bahkan efek dari kemoterapi pun menyebabkan kerontokan pada rambutnya hingga kulit kepala Shea sudah hampir terlihat.

Brian sudah menggenggam gumpalan rambut Shea yang rontok, dan meminta Shalu untuk segera membuangnya agar tidak terlihat oleh Shea. Karena bagaimana tidak, Shea sangat mencintai rambut panjangnya tapi sekarang Shea harus kehilangan mahkota nya sebagai wanita sedikit demi sedikit.

" bagaimana hasil nya? " tanya Gunawan yang sedari tadi duduk di sofa bersama Anita

" masih menunggu pa " jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya pada putri kesayangannya

" semoga saja hasil cocok " Anita menaruh harapan penuh pada hasil tes tulang sumsum belakang milik Brian.

Anita memperhatikan Shalu yang sudah terlihat sangat lelah, bahkan wajahnya pun juga sudah sedikit pucat

" Shalu... sebaiknya kamu istirahat saja dulu, lagian Shea juga sudah tertidur " pinta Anita

Mendengar penuturan Anita, Brian pun beralih memandang wajah Shalu yang berdiri di samping nya.

" maafkan aku, karena kurang memperhatikan kamu " Brian menggenggam tangan Shalu

" nggak apa-apa mas, yang terpenting sekarang adalah keadaan Shea " balas Shalu dengan tulus.

Brian sangat bersyukur memiliki istri seperti Shalu yang selalu pengertian atas situasi yang berat seperti saat ini.