Seminggu kemudian ...
Perasaan Agnes semakin tak menentu, teror yang masih berdatangan dan kembali mengganggu kehidupan dan pikirannya. Usahanya untuk mencari tahu siapa dalang sebenarnya pun belum membuahkan hasil.
Kini, di dalam ruangan serba putih dan khas dengan aroma obat-obatan itu Agnes kembali merenung untuk keputusan yang sempat terpikirkan olehnya beberapa minggu yang lalu.
Pergi ke London! Menjauh dari semua orang seperti kemauan sang peneror.
"Apa setelah aku pergi teror ini akan berhenti mengganggu? Atau sama saja?" monolog Agnes bertanya-tanya. "Kalau dengan kepergiannku teror ini akan selesai dan tidak ada yang mengganggu semua orang. Apa sebaiknya aku pergi saja?"
Suasana hening di ruangan Agnes menjadi semakin hening ketika wanita itu melamun. Pikirannya terlalu menyiksa untuk dia tetap di dunia nyata. Karena kadang, apa yang ia lamunan akan lebih indah dibanding dengan kenyataan yang harus ia hadapi.
***
Ceklek!
