Chereads / The Sexy Woman / Chapter 6 - Banyak Mata Memandang

Chapter 6 - Banyak Mata Memandang

Selama pelajaran, Illona tidak bisa fokus. Perutnya mulai merasa lapar padahal hari masih pagi. Sedangkan ia baru akan pulang sore hari. Gadis itu pun khawatir dirinya tidak akan bisa melalui satu hari itu dengan baik.

Setelah berhasil melewati jam pelajaran, waktu istirahat pun tiba. Illona ingin sekali melahap makanan untuk mengganjal perutnya. Namun, uang yang ia miliki kurang meski hanya untuk membeli sekotak susu. Ia sudah menghabiskan uang sakunya untuk membayar taksi yang terhitung mahal.

Gadis itu kini meletakkan kepalanya di meja. Satu tangannya memegangi perut dan tangan lainnya menutup wajahnya agar tidak ada orang lain yang melihat.

Di saat Illona tengah menahan rasa laparnya. Ia merasa ada seseorang mengetuk pelan bahunya dengan satu jari. Dengan sisa tenaganya, gadis itu lantas membuka mata untuk melihat siapa yang melakukan tindakan kekanak-kanakan itu. Karena dari suara yang ia dengar, kelas mulai sepi karena anak-anak lain pasti akan pergi ke kantin untuk makan.

"H-hugo?" ucap Illona lirih.

"Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali! Kamu sakit?" Hugo tampak dipenuhi kekhawatiran begitu menatap wajah cantik gadis di hadapannya..

Illona yang sempat mengangkat kepalanya pun kembali meletakkan kepala itu di tangan yang ia gunakan sebagai bantal. "Tidak. Aku baik-baik saja," jawab Illona.

"Kamu yakin? Kamu benar-benar terlihat tidak baik-baik saja," ucap Hugo. "Kamu tidak lapar?" Laki-laki itu kembali melontarkan pertanyaan. Sebab ia melihat Illona tidak mengeluarkan bekal ataupun pergi ke kantin.

"Lapar ... tapi uangku untuk naik taksi tadi," jawab Illona lirih.

Hugo lantas menghela napas dan tersenyum. Dia pun bergegas bangkit dari duduknya sembari mengulurkan tangan dan berkata, "Ayo ikut aku!"

Illona lantas mendongak dan membenarkan posisi duduknya. Ia menatap laki-laki itu dan bertanya, "Kemana?"

Gadis yang tengah merasa bingung, seketika terkejut karena Hugo dengan cepat menarik tangannya. Dengan tubuhnya yang lemas, Illona pun mengikuti laki-laki itu keluar dari kelasnya.

Baru saja melewati pintu, mereka berpapasan dengan Clara yang tengah berusaha menyapa Hugo. Namun, laki-laki itu mengabaikan sapaan untuknya dan terus melangkah menarik Illona dengan pelan.

Gadis yang merasa lemas sempat menoleh ke arah teman satu kelasnya. Ia mendapati Clara tengah menatapnya dengan tatapan membara. Namun, Illona tidak begitu menggubris gadis itu, sebab ia sedang berusaha menahan tatapan lain dari anak-anak yang menatap ke arah mereka.

"Hu-hugo, sebenarnya kita mau kemana? Anak-anak melihat ke arah kita," ucap Illona. Ia merasa tidak nyaman dengan semua mata yang seolah menusuk tubuhnya.

"Sudah, Illona, kamu tenang saja. Aku tidak akan menyulikmu!" jawab Hugo. Laki-laki itu sempat menoleh sejenak baru kemudian ia kembali menatap ke depan.

Arah yang tidak asing bagi Illona, membuat gadis itu dapat menebak kemana Hugo akan membawanya. Ia lantas memberitahu laki-laki yang tengah menggenggam pergelangan tangannya bahwa dirinya benar-benar tidak membawa uang cadangan. Namun, Hugo tidak menghiraukan kata-kata Illona. Ia hanya terus menerus meminta gadis itu untuk tidak memikirkannya.

Kini keduanya sudah tiba di kantin. Semua mata tertuju kepada sepasang remaja itu. Banyak yang bertanya-tanya siapa sosok gadis yang ada di samping Hugo. Banyak juga yang penasaran dengan hubungan keduanya yang tampak akrab. Terlebih lagi, laki-laki itu masih menggenggam pergelangan tangan gadis di sampingnya.

"Hugo!" teriak Andre yang berada di meja barisan tengah.

Lambaian tangan sahabatnya itu, membuat Hugo dapat menemukan Andre meski ia sebenarnya tidak mendengar teriakan laki-laki itu. Dengan segera, Hugo pun kembali menarik tangan Illona menuju meja yang dipakai oleh Andre.

Di sana Andre hanya seorang diri. Sebab sebelum pergi ke kelas Illona, Hugo berkata akan menyusul sahabatnya itu, hingga Andre pun tidak pergi makan dengan anak-anak yang lain.

"Nah, Illona, sekarang kamu duduk sini dulu. Aku akan mengambil makanan untukmu!" ucap Hugo. Laki-laki itu segera memegang bahu Illona dan memaksanya duduk.

Illona pun hanya bisa menurut. Sebab ia tidak ingin bertingkah saat semua mata tengah menatapnya. Gadis itu benar-benar merasa gugup dan tidak berani bergerak meski hanya menggeser tangannya saja.

"Hai!" sapa laki-laki yang tengah duduk di depan Illona. "Tidak usah tegang. Ini bukan ujian sekolah. Perkenalkan aku Andre, sahabat Hugo!" Sembari terkekeh, Andre mengulurkan tangannya dan menatap ke arah Illona.

Gadis cantik itu merasa gugup. Ia ingin menjabat tangan yang terulur untuknya. Namun, jantungnya yang berdebar kencang membuatnya merasa sulit bergerak.

"Jangan menggodanya!"

Suara yang tiba-tiba terdengar membuat Illona menoleh. Ia melihat Hugo sudah kembali dengan dua porsi makanan dan dua porsi minuman. Gadis itu pun merasa lebih lega karena situasi sudah teratasi dengan kedatangan laki-laki itu.

"Huh, aku kan hanya ingin berkenalan saja," gumam Andre. Laki-laki itu lantas melahap hidangan miliknya yang sejak tadi sudah bersemayam di depan tubuh kurusnya.

"Nah, Illona. Abaikan saja dia. Ayo makan dulu," ucap Hugo sembari memberikan semangkuk makanan untuk Illona.

"Te-terima kasih," sahut Illona terbata-bata sembari menundukkan kepala.

Jawaban gadis itu membuat Hugo tertawa. Meski ucapan sederhana itu sering ia dengar, tetapi laki-laki yang sudah melahap makanannya lebih dulu merasa senang jika mendengar Illona yang mengatakannya. Dia pun lantas meminta gadis di sampingnya untuk makan dengan santai dan mengabaikan lingkungan sekitar.

Di sisi lain, Andre yang duduk di hadapan Illona dan Hugo mulai tersenyum samar. Ia merasa sahabatnya seperti seseorang yang berbeda. Meski dia tahu Hugo adalah seseorang yang ramah, tetapi ia jarang, bahkan hampir tidak pernah melihat laki-laki itu bertingkah dengan sangat lembut. Karena biasanya, para gadis—lah yang mendekati sahabatnya itu, berbeda dengan saat ini, justru sahabatnya yang mendekati seorang gadis.

"Benar, Illona, makanlah dengan santai. Aku tidak akan merebutnya darimu," timpal Andre. Suara tawa pun mengiringi perkataannya.

Illona mulai tersenyum. Ia senang ada orang-orang baik yang ada di dekatnya. Kini gadis itu pun dengan segera memegang sendok yang sudah siap untuk digunakan. Ia pun akhirnya makan dengan lahap seolah melupakan perasaan tidak enak dan rasa gugupnya.

Setelah ketiga remaja itu menghabiskan makanan mereka, Hugo pun sibuk menatap Illona yang tengah minum menggunakan sedotan. Karena merasa ada mata yang tengah menatapnya, gadis itu lantas menoleh.

"A-ada apa, Hugo?" tanya Illona penasaran.

Hugo tersenyum lebar. "Tidak apa-apa. Aku senang kamu tidak lagi terlihat pucat!" jawabnya dengan santai.

Wajah Illona seketika memerah. Ia merasa malu karena dirinya tahu akibat dari wajah pucatnya karena dia merasa lapar.

"Hei! Hei! Apa kamu tidak bisa menjaga perasaan seorang gadis? Apa-apaan pertanyaanmu itu," sahut Andre sembari menggeleng.

"Eh? Apa aku mengatakan hal yang salah?" tanya Hugo. Dia segera menoleh ke arah Illona.

"Ah, ti-tidak. Tidak apa-apa!" Illona menjadi semakin salah tingkah. Gadis itu lantas melambai-lambaikan kedua tangannya sejajar dengan dada.

Wajah panik gadis itu lagi-lagi membuat Hugo tertawa. Ia merasa Illona sangat menggemaskan saat bertingkah seperti itu. Namun, berbeda dengan Hugo, wajah Illona semakin memerah karena ia merasa malu tanpa alasan yang jelas.