Chereads / Am I The Female Lead? [Indonesia Version] / Chapter 3 - The Owner of This Body

Chapter 3 - The Owner of This Body

Hampir saja aku melupakan acara besar yang di adakan setahun sekali di kekaisaran Areign. Sebuah acara untuk memperingati terpenggalnya kepala penghianat ketika pertempuran besar ratusan tahun lalu.

Karena itu selama tiga hari akan dilaksanakan kegiatan berburu dan di malam terakhir akan di adakan pesta dansa kerajaan.

Sejak pagi para pelayan mulai membantuku bersiap. Mengepak pakaian yang akan kukenakan tanpa perlu menunggu persetujuanku. Setidaknya aku di perbolehkan memilih satu pelayan yang akan menemaniku. Karena sisanya adalah pelayan milik Duke.

Tentu saja aku memilih Nai.

Kereta kuda milik keluarga Diaroa sudah menunggu. Kepala keluarga sekaligus ayah Eloir saat ini yaitu "Rehaunt Arillo Diaroa" sudah menunggu di dalam kereta kuda.

Seharusnya aku tidak perlu ragu membayangkan wajah tegas dan aura yang sangat berkharisma dari sosok ayah Eloir. Matanya sangat tajam dan sangat dingin. Bahkan saat mereka berada di kereta kuda berdua seperti ini pun aku bisa merasakan suasana canggung.

Sekarang aku yakin bukan karena Eloir yang pemalu untuk menyapa ayahnya sendiri. Tapi karena itu adalah tradisi. Di dalam tradisi, Eloir tidak boleh memulai percakapan lebih dulu dan membahas hal tidak penting yang tidak ada kewajibannya dalam tugas perempuan.

Arghhh!! Rasanya aku ingin menghancurkan tradisi gila ini!

Kereta kuda berhenti sebentar untuk pengecekan. Sejujurnya mereka bisa langsung melanjutkan perjalanan. Tapi karena Rehaunt sangat taat dengan aturan, dia mengabaikan perintah itu dan meminta ikut di periksa seperti yang lain.

"Jalan!" Penjaga itu berteriak setelah pengecekan selesai.

Kereta kembali bergerak karena masih ada separuh perjalanan lagi.

Hahhh.. bahkan rasanya tubuhku sudah mati rasa diam kaku tanpa percakapan seperti ini.

Rehaunt terlihat serius dengan koran di tangannya. Mataku membaca apa yang tertulis disana dengan huruf besar. Seperti trending topic yang ada saat ini.

"Pembunuh berdarah dingin 'Larzo' berhasil kabur dari tahanan sihir?" tanpa sadar mulutku bersuara membuat Rehaunt menatap tajam ke arahku.

"Mati" batinku merasakan keringat dingin di sekujur tubuhku.

"Apa kau juga di ajarkan hal ini oleh gurumu?"

"Informasi yang berada di koran?" tanyaku dengan sikap tenang. Meskipun sebenarnya aku merasa tubuhku tergantung di tiang hukuman.

Rehaunt terdiam sejenak, "...Yaa"

"Sejujurnya tidak. Aku mencari tau sendiri berita yang sedang terjadi. Karena meskipun semua mengatakan baik-baik saja, di luar kekaisaran pasti tidak seperti itu"

Rehaunt kembali terdiam. Meskipun tatapan matanya terlihat mengintimidasi, tapi aku merasa jika dia sengaja diam untuk mendengarkan Eloir berbicara.

"Meskipun aku tau itu melanggar tradisi, tapi aku ingin tau apa yang sedang terjadi di kekaisaran ini"

"Apa yang kamu ketahui tentang Larzo?" Pertanyaan Duke Rehaunt terdengar seperti guru yang mendikte muridnya di ujian lisan.

Kuingat lagi siapa Larzo di dalam novel.

"Dari rumor yang beredar di antara bangsawan, mereka mengatakan jika Larzo adalah pembunuh berdarah dingin yang senang memburu gadis-gadis muda. Tapi dari informasi yang aku dapatkan dari koran dan gosip para pelayan, Larzo tidak akan membunuh sembarangan orang. Dia akan membunuh jika di perintah dan mendapatkan upah yang sepadan"

"Jadi?" Duke Rehaunt terlihat tertarik.

"Jadi menurutku, rumor di kalangan bangsawan itu salah dan gosip para pelayan yang benar"

"Mengapa?"

"Sederhana saja. Para bangsawan menghabiskan lebih banyak waktu di dalam kastil dan pesta mewah. Sedangkan pelayan lebih sering keluar-masuk kastil dan bertemu banyak orang di luar sana."

"Rumor di kalangan bangsawan itu belum tentu benar. Tapi gosip yang di edarkan rakyat biasa cenderung lebih bisa di andalkan. Karena mereka terlibat langsung sedangkan bangsawan hanya sekedar tau"

Senyum terukir di bibir Duke Rehaunt. Beliau terlihat puas mendengar penjelasanku barusan.

Mulutku terkatup. Coba kuingat-ingat lagi apa yang biasanya Eloir lakukan ketika bersama Duke.

Hampir tidak ada?! Eloir selalu bersikap tenang dan pendiam. Dia akan membaca buku yang disediakan kepala pelayan sampai tiba di tujuan. Sementara aku sejak tadi duduk kaku dan gelisah.

"Mmmm... A-.." Tidak.. panggilan ayahanda terdengar terlalu formal, "Ayah"

Duke Rehaunt terdiam. Terlihat berpikir. Saat kulihat tidak ada reaksi, aku mencoba sekali lagi memanggil beliau.

"Ayah!" Kupegang tangan beliau dengan hangat dan tersenyum.

Duke Rehaunt yang kerap disebut dingin dan tidak punya hati di dalam novel, kini justru tersenyum dan menepuk pelan kepala Eloir.

"Sebentar lagi kita sampai. Jangan terlalu memaksakan diri. Kamu boleh beristirahat"

Sepertinya Duke Rehaunt sadar jika Eloir terlalu memaksakan diri karena terikat dengan tradisi.

Tapi jika begitu, bukankah Duke lebih tau mengenai tradisi ini?

*

Acara perburuan di lakukan di dekat benteng pertahanan pertama. Disana ada sebuah hutan lebat yang dipenuhi binatang buas dan tanaman beracun. Disana juga di bangun kastil berwarna perak yang sangat luas. Meskipun luas kastil ini kalah jauh dengan luas istana di ibu kota.

Melihatnya saja membuatku menelan ludah memikirkan luas istana di ibu kota.

Tenda-tenda milik bangsawan di bangun di setiap penjuru. Lambang bendera dari masing-masing keluarga berkibar di tiap-tiap tenda mereka.

Tenda milik keluarga Diaroa berukuran lebih besar dari milik keluarga lain. Tentu saja karena hanya ada dua Duke di kekaisaran ini.

Nai sudah membantuku berganti pakaian dan merapikan rambutku. Buku-buku yang disiapkan kepala pelayan kuminta untuk menaruhnya saja karena buku itu tidak akan kusentuh sama sekali.

Aku memilih menyusuri beberapa tempat yang tidak jauh dari sini. Daripada bergabung dengan gadis-gadis bangsawan lainnya, aku justru berbelok masuk ke dalam hutan. Tidak jauh dari tenda penginapan, ada sebuah danau yang terlihat tenang dan sejuk.

Tanpa memperhatikan etika apapun aku langsung duduk di atas rumput. Menghirup udara segar dan pemandangan indah di depan mata.

Ahhh.. nikmatnya lepas dari rumah itu meskipun hanya empat hari.

Setidaknya aku bisa bergerak bebas dan menunggu pertemuanku dengan putra mahkota. Apa aku bisa minta tolong padanya untuk lepas dari rumah itu? Sepertinya tidak mudah.

Putra mahkota kekaisaran ini. Derreck Argio Lehint, putra sulung kaisar dan ratu, tentu saja menjadi pewaris sah tahta kerajaan. Meskipun kaisar mempunyai anak laki-laki lain dari selir, posisi mereka tidak begitu penting karena kaisar sudah mendapatkan pewaris.

Tapi hal itu tidak bisa menjamin karena perebutan kekuasaan tetap terjadi disini. Mengingat Eloir sangat dekat dengan putra mahkota, Duke Diaroa pasti akan mendukung putra mahkota. Tanpa terjadi perebutan kekuasaan pun mereka sudah tau siapa yang akan menang. Karena satu lagi Duke yang ada memilih berada di pihak Netral sejak awal kekaisaran ini berdiri.

"Ahhh... Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Nona Eloir disini"

Deg! Suara itu!

Kepalaku menoleh menatap Rieca Navita yang kini tersenyum kepadaku. Tatapan matanya terlihat tenang dan bola matanya yang jernih terlihat sangat bahagia.

Lantas mengapa di novel Rieca dikatakan selalu menatap Eloir dengan tajam dan sinis?

Oke, baik, aku tidak akan percaya dengan novel itu lagi mulai sekarang.

Rieca tersenyum ke arahku. Posisinya kini berada tepat di hadapanku. Hanya saja dia tidak ikut duduk sepertiku.

"Eloir Diaroa" Nada suaranya mulai berubah, "Bagaimana kondisi jiwamu berada di rumah itu?"

Hah? Apa?!

Tubuhku tersentak, kenapa Rieca menanyakan hal itu? Apakah dia tau tentang tradisi itu?

Matanya menatapku dari atas sampai bawah, lalu tersenyum, "Sepertinya mentalmu masih baik-baik saja"

"Mengingat kamu yang sangat ingin menjadi diriku, sepertinya semua berjalan lancar"

Hahahaa.. Apakah ini hanya perasaanku saja?

"Rieca... Tidak.. Kamuu.. Eloir Diaroa?"

Rieca terdiam kaku, menatapku sejenak lalu tersenyum ceria, "Ada apa? Apa hal ini membuatmu terkejut?"

Pemilik asli tubuh ini?! Bagaimana bisa dia berada di tubuh Rieca Navita?!!