Chereads / Ex - Boss / Chapter 27 - New Boss

Chapter 27 - New Boss

"100 ribu dollar? Vivian apa kau gila?" Jane setengah teriak mendengar pengakuan Vivian saat mereka berdua tengah berada di dalam toilet wanita, Vivian duduk seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"kau apakan uang sebanyak itu?" tambah Jane.

"Kredit card milikku membengkak kala itu Jane, oh... Bagaimana ini? Ia pasti akan melaporkanku ke polisi." Vivian berjalan mondar mandir kesana-kemari seraya berpikir keras untuk melunasi janjinya kepada Mr. Skinner.

"bagaimana mungkin ia memberimu uang sebanyak itu?" tanya Jane makin penasaran.

"aku harus tidur sebanyak 100 malam dengannya..."

"what...?" Jane terlonjak.

"kau gila..." tambah Jane.

"iya, aku akui aku gila. Tapi ketika itu aku harus membiayai kuliahku sendiri Janey, aku tak menyangka ia akan menemukanku di sini." Vivian memegangi kepalanya yang mulai terserang sakit kepala.

"apa kau sudah tidur dengannya?" Vivian mengehentikan langkahnya.

"secara teknis aku hanya berhutang setengah padanya, iya aku telah tidur dengannya." Vivian tak mengelak kejadian beberapa tahun silam, saat ia berjanji kepada Mr. Skinner untuk mengembalikan sisa hutangnya.

"Apa kau melihat bagaimana cara Deborah melihat ke arahmu? Dan bagaimana semua orang di kantor melihat kalian berdua?"

"Kau telah membuat desas-desus yang menggemparkan, Vivian." Kata Jane, Vivian mengerti. Dan entah mengapa ia sama sekali tidak perduli dengan hal itu, ia hanya perduli dengan uang Mr. Skinner yang harus ia kembalikan entah bagaimana caranya. Vivian sadar ia akan menjadi bahan omongan orang lain lagi dan mungkin akan menggemparkan media.

Jika saja pria itu sama seperti pria hidung belang lainnya dengan perut buncit dan uang mereka yang banyak, mungkin Vivian akan sanggup tidur seratus malam dengannya. Tapi Mr. Skinner bukan pria seperti itu, gaya bercinta pria itu selalu menyakiti Vivian. Hingga akhirnya Vivian harus mengundurkan diri dan pergi dari hidup pria itu demi menyelamatkan hidupnya dari kekangan Mr. Skinner, tanpa Vivian sadari jika dunia ini benar-benar sempit dan berhasil mempertemukan dirinya lagi dengannya.

"Apa yang kalian berdua lakukan di sini!" Suara Deborah menggema hingga sudut ruangan, mendapati Vivian dan Jane tengah mengobrol di saat jam kerja di dalam toilet wanita.

Bukan urusanmu, tua! Ingin sekali Jane mencerca Deborah, namun melihat Vivian menggelengkan kepala menatap tajam ke arahnya, Jane akhirnya mengurungkan niat.

"Ada apa Deborah? Aku sedang tidak enak badan." Kata Vivian.

"Jane, pergilah!" Ujar Vivian, tak lama gadis itu pergi meninggalkan Vivian bersama Deborah tanpa melepaskan pandangan tajam ke arah wanita gemuk itu.

Deborah berkacak pinggang setelah Jane pergi, "Mr. Skinner ingin kau ke ruangannya!" Seru Deborah yang berhasil membuat Vivian terkejut.

"Untuk apa?" Tanyanya balik.

"Mana aku tahu, mungkin karena hutangmu. Maka dari itu, jika tidak mampu jangan berhutang!" Cecar Deborah setelah itu pergi begitu saja, Vivian tak habis pikir apa yang salah pada Deborah hingga wanita itu bersikap demikian kepadanya.

Vivian berdiri dengan debaran jantung yang tak karuan, kini masa lalu terulang kembali. Mr. Skinner menempati ruangan presiden direktur yang dulu bukanlah miliknya, namun entah bagaimana pria itu bisa memiliki segalanya, termasuk karir dan hidup Vivian.

Vivian mengetuk pintu, kejadian ini persis seperti beberapa tahun yang lalu. Ia membuka pintu, pria yang ia hindari selama beberapa tahun terakhir kini berada di sana. Duduk dengan anggun dengan gaya bossy yang selalu dapat meluluhkan hati semua wanita, dan salah satunya adalah Vivian yang pernah jatuh ke dalam rayuannya.

Vivian berdiri tepat di sebelah Mr. Skinner, tak berniat mengeluarkan suara atau bahasa formal lainnya. Ia ingin semua ini cepat berakhir, pulang ke rumah dan kembali menghilang. Mungkin kali ini Vivian telah benar-benar lelah dan kembali ke rumah pamannya di perkebunan bersama Nando.

Cukup lama ia berdiri, Mr. Skinner memang sengaja mempermainkan gadis yang juga telah mempermainkan dirinya itu. Seharusnya Vivian tak bermain dengan seekor serigala yang tengah mencari buruan dan juga anaknya, karena hal itu bisa berdampak buruk bagi Vivian terutama karir yang telah ia bangun dengan susah payah.

Brak!

Dengarn gerakan tiba-tiba, Mr. Skinner menarik lengan Vivian lalu mendudukan gadis itu dengan kasar di kursi kebesaran miliknya, mengunci tubuh Vivian agar gadis itu tak melarikan diri lagi. Sebelumnya Vivian hampir jatuh pingsan ketika Deborah menyampaikan pesan bahwa Mr. Skinner memanggil dirinya, kini ia tengah duduk di hadapan Mr. Skinner di ruangan mewah paling atas gedung perkantoran.

"maafkan aku..." senyum getir Vivian.

"maaf saja tak cukup Vey..." Mr. Skinner masih memandang Vivian lamat-lamat.

Vivian menghembuskan nafas kasar, "aku...aku tak bisa lagi." Vivian menggeleng sementara Mr. Skinner memiringkan kepalanya.

"aku tak bisa terus mengikuti permainanmu, aku tidak tahan dengan semuanya, aku sakit.... Maafkan aku..." rintih Vivian, ketika mengingat pria yang usianya terpaut jauh dengan dirinya itu melakukan seks dengan keras.

"jadi itu alasanmu pergi?" tanya Mr. Skinner tanpa ekspresi di wajahnya. Vivian akhirnya mengangguk membenarkan, sebenarnya bukan hanya itu yang menyebankan dirinya pergi, namun Mr. Skinner pasti tidak akan pernah paham apa yang Vivian rasakan.

"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, kau harus membayarnya atau aku akan membuat sebuah tuntutan." Kata Mr. Skinner menakuti Vivian, membuat wajah Vivian terukri wajah sedih.

Bagaimana mungkin aku bisa menebusnya sekarang juga?

"Jika kau tidak bisa membayarnya, maka malam ini kau harus datang ke apartemenku untuk membayarnya!" Kata Mr. Skinner, Vivian benar-benar takut sekarang. Bukan karena pria itu akan menuntuynya, namun karena ia khawatir jika Mr. Skinner akan menghancurkannya lagi.

Vivian berjalan menuju sebuah apartemen mewah milik pria itu, mengetuk pintu dan tak lama pria itu membuka pintunya. Rahang tegas dan kedua mata yang begitu tajam seolah menelanjangi dirinya, Vivian terpaksa harus memasuki kamae Mr. Skinner kembali seperti dulu demi melunasi hutangnya pada pria itu.

Vivian tidak mungkin memiliki uang sebanyak itu dan mengembalikannya kepada Mr. Skinner, pada akhirnya ia harus kembali terjerat ke dalam permainan gila yang selalu menyakiti tubuhnya. Dan berharap Mr. Skinner tidak merenggut seluruh hidupnya kali ini, Vivian tidak dapat berjalan atau berinteraksi dengan siapapun jika pria itu sudah melarang.

"aku bilang buka, Vivian..." suara serak Mr. Skinner makin membuat selangkangan Vivian terasa ngilu, pria itu kini membawa tongkat tipis berwarna hitam dengan kemeja setengah terbuka, memperlihatkan perut berotot milik Mr. Skinner.

Vivian membuka penutup tubuh terakhirnya, sangat perlahan ia menurunkan panties itu membuat jakun Mr. Skinner naik turun melihat pemandangan di hadapannya.

"telungkup!" titah mr.skinner yang akhirnya dituruti Vivian untuk telungkup di atas ranjang king size milik Mr. Skinner.

Jemari kekar Mr. Skinner kini berada di tengkuk Vivian, seolah mencengkram dengan kuat lalu turun dengan perlahan dan berhenti ke bokong bulat Vivian.

Plak!!!

Satu tamparan keras di bokong Vivian membuatnya mendesah pelan, panas dan nyeri menjadi satu membangkitkan gairahnya yang sekarang mungkin sudah sedikit basah.