--> Apapun ujiannya, asal mendapat dukungan dari laki-laki yang akan menjadi ayah dari janin yang sedang ia kandung, Tristant akan siap lewati itu. Sesedih apapun nasibnya nanti, asal bisa selalu memeluk Lukman, Tristant akan tetap bisa tersenyum.
Hening, keduanya terdiam setelah Lukman meyakinkan janjinya. Ditengah pelukan yang masih berlangsung, pikiran mereka melayang, membayangkan kehadiran calon bayinya nanti.
Beberapa saat kemudian, kening Lukman berkerut. Pelukan yang begitu erat, membuatnya merasakan seperti ada jendolan empuk dari dada Tristant yang bersentuhan dengan tubuhnya.
"Trist..." panggil Lukman memecah keheningan.
"Hem... apa?" Sahut Tristant.
"Perasaan, dada lu tambah gede ya?"
"Hah?" Tristant mengurai pelukkannya menjauhkan tubuhnya dari Lukman, lalu menatapnya dengan kening yang berkerut. "Masa sih?"
Lukman mengangguk. "He,eh. Gue ngrasain empuk."