Sesampainya di ruang keluarga, Tristant dan Lukman berdiri mematung, menatap ragu kepada pak Ajie dan ibu Nely yang sedang duduk berdampingan di sofa.
Melihat wajah kedua orang tua Tristant yang gelisah, sepertinya mereka sedang kebingunan memikirkan sesuatu.
Tristant menghela napas panjang, sebelum akhirnya ia membuka suara.
"Pah... mah..."
Pak Ajie dan ibu Nely secara bersamaan menoleh ke arah dua remaja yang sedang memasang wajah datar. Setelah menatap mereka sekilas, keduanya lalu memalingkan wajahnya kemana saja.
Merasa seperti sedang diabaikan, Lukman dan Tristant hanya saling berpandangan. Namun karena tadi mereka sudah sepakat ingin mengobrol, jadi keduanya tetap memberanikan diri, melangkah maju mendekati sofa, lalu duduk berdampingan disana.
"Mah..." panggil Tristant kembali.
Kali ini kedua orang tuanya mulai fokus memperhatikan mereka.
"Ada apa, Trist?" Sahut ibu Nely.