Tristant merunduk, ia tidak berani menatap wajah laki-laki yang kini sudah duduk di depannya, dengan jarak yang sangat dekat. Melihat wajah itu, akan membuat hatinya semakin nelangsa.
Mengabil garpu plastik yang sudah disiapkan oleh Anis di dalam tupperwer, untuk kemudian Lukman menusuk satu butir cilok, lalu ia dekatkan di depan mulut imut milik Tristant.
"Trist..." lirih Lukman. Laki- laki mengangguk, mengisyaratkan supaya Tristant membuka mulutnya.
Tristant terdiam, mata bulatnya menatap lekat pada sebutir cilok, yang hampir menyentuh bibirnya. Setelah sekian detik berpikir, akhirnya demi lidah yang terus mengeluarkan air liur, Tristant terpaksa membuka mulut imutnya.
"Enak?" Lukman tersenyum tipis, setelah sebutir cilok sudah berada di dalam mulut Tristant. Bola matanya tidak berkedip, melihat bibir imut yang entah sudah berapa kali ia lumat, bergerak-gerak, nampak sedang mengunyah. "Lagi..."