--> "Kak," tegur Tristant dengan suara berbisik.
Namun Jonathan seperti pura- pura tidak mendengar. Cowok remaja itu semakin memangkas jarak bibirnya dengan bibir Tristant, hingga deru napasnya dapat terdengar dan dirasakan dengan jelas oleh Tristant. Jarak itu semakin terpangkas hingga akhirnya-
"Kak... udah sore lu nggak pulang?"
Tristant harus buru- buru beranjak dari duduknya sebelum mulut Jonathan berhasil mendarat di bibirnya. "Ntar lu kemaleman." Ucapnya setelah ia berdiri dari duduknya. Ia bisa meraskan detak jantungnya masih belum stabil. Tapi ia merasa bersyukur, lantaran tidak terbuai dengan bibir manis Jonathan. Tidak bisa ia bayangkan jika ciuman itu benar-benar terjadi. Mungkin ia tidak akan sanggup menatap hari esok.
Memang benar, Tristant sedang membutuhkan sandaran. Tapi bukan berarti ia harus larut kemudian tenggelam oleh suasana yang mendukung, kan?