--> Sedikit demi sedikit, di bawah sana, penis Pandu mulai bergerak hingga akhirnya penis itu mengacung sempurna.
"Masih sakit?" Lagi, Aden berbisik di tengah lumatan lidah yang sedang berlangsung.
"Udah enggak..." sahut Pandu.
Aden melepaskan ciumannya, ia kembali menarik, kemudian mendorong pantatnya sambil menatap wajah Pandu. "Enak...?"
"Teken yang kuat." Perintah Pandu. Ia sudah bisa merasakan nikmat pada saat benda tumpul itu secara perlahan bergerak maju mundur di dalam lubang anus nya. Rasa sakit itu sudah lenyap entah ke mana.
"Engh..." erang Aden. Ia mendorong kuat pinggulnya hingga batang penisnya masuk lebih dalam sampai pada titik prostat milik Pandu.
"Aah.... aah.... aah..." bersamaan dengan napas yang mendesah, Aden memeluk erat dada Pandu. Ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Pandu, sambil me maju mundurkan pantatnya secara berirama.