Setelah mencium punggung tangan ayahnya, Tristant turun dari mobil lalu menutup pintunya. Ia berdiri mematung, menatap ragu pada bangunan tinggi yang mempunyai banyak lantai dan jendela di setiap sisinya.
Sebenarnya hari ini Tristant memutuskan untuk tidak sekolah lagi, dengan alasan belum sembuh dari sakit. Tapi Trsitant mencoba untuk mengikuti kata- kata dari sahabatnya-- Lexa. Life must go on. Yah, yang dikatakan sama Lexa memang benar. Hidup harus tetap berjalan, apa pun situasi nya.
Trsitant mencoba menyemangati dirinya sendiri, ia tidak mau menjadi orang bodoh, mengorbankan masa depannya hanya karena patah hati. Ia harus kuat walaupun sebenarnya ia tidak yakin pada dirinya. Apa mungkin, ia bisa sekuat ini jika bertemu dengan Lukman nanti? Entahlah.