"Andai saja aku tahu," sahut Delisa. "Tapi, dia selalu bilang kalau hanya ingin duduk di batu itu. Ibu tahu? Batu di mana aku bertemu dengan ayah kandungnya itu?"
"Ya, ya…" ucap Delia. "Kau tidak perlu menjelaskannya padaku. Menggelikan!"
Delisa tertawa pelan. "Lalu, bagaimana dengan Ibu sendiri?"
"Bagaimana denganku?" ulang Delia.
"Ibu tidak pernah menceritakan padaku," kata Delia. "Di mana Ibu meminta benih dari ayah kandungku yang seorang bajingan itu?"
"Itu tidak akan terjadi!"
"Ayolah, Bu!" Delisa menahan tawanya. "Aku juga berhak untuk tahu!"
"Dasar keras kepala!" Delia mendengus kencang.
"Apa karena Ibu tidak mau mengingat dia yang ternyata seorang bajingan?"
"Kalau kau sudah tahu jawabannya," Delia mendelik pada putrinya tersebut. "Kenapa masih bertanya?"
Delisa tertawa-tawa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dasar menyebalkan!"
Dan kemudian, Delia pun berlalu dari sana, kembali masuk ke dalam rumah lewat pintu depan yang terbuka lebar itu.