"Kaka?!" panggil Karin dengan nada yang bergetar menahan tangis.
"Rinrin?!" Laskar juga ikut memanggil Karin dengan panggilan mereka semasa kecil. Masa di mana semuanya belum sesulit ini.
"Kamu mau lihat pohon itu?" Tawaran yang diberikan oleh Laskar ditolak tanpa pikir panjang oleh Karin. Dan jelas saja hal itu membuat Laskara kini harus berjuang mencari alasan dari penolakan itu?
"Kenapa?" Laskar sejatinya adalah orang yang sangat tidak bisa untuk menyia-nyiakan waktu, jadi pada masalah ini Laskar akan langsung mempertanyakannya tanpa memendam tanya itu untuk waktu yang lebih lama.
"Apalagi yang harus aku buktikan kalau orang yang selalu aku rindukan kini ada di hadapan aku?" Bukannya menjawab apa menjadi pertanyaan Laskar, Karin justru balik bertanya dengan air mata yang saat ini telah tergeng di kedua pelupuk matanya dan hanya membutuhkan satu kedipan saja untuk itu luruh membasahi pipinya.
