Diam-diam, pak Gugun mendengarkan percakat Tasya dengan Dimas, Giska, dan bahkan saat anaknya sedang bergumam sendirian. Pintu kamar Tasya yang terbuka setengah membuat ia penasaran mengapa terdengar suara tangis dari luar kamar. Kini, semua sudah terjadi, terdengar dan terlanjur tau.
"Ng-nggak, Pak. Tasya nggak maksud kaya gitu," jawab Tasya mulai panik.
Pak Gugun terdiam menatap anak semata wayangnya. Air mata membanjiri pipinya hingga matanya memerah. Ia seakan tak bisa berkata-kata. Ia membalikkan tubuh, dan berjalan menuju kursi dengan ringkih.
"Pak, Pak, dengerin penjelasan Tasya dulu," pungkas Tasya menyusul sang ayah. Dengan pandangan kosong, pak Gugun terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan Tasya.
Beberapa saat kemudian, pak Gugun pun duduk di kursi sambil mengehela napas dalam-dalam. Masih dengan pandangannya yang kosong, ia mencoba menghapus air mata yang mengalir di pipinya.