Bagas yang merasa kecewa memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju ke balkon sekolah tersebut.
Dengan langkah cepat dan ekspresi wajah menahan amarah yang seakan berlipat-lipat dari sebelumnya.
Diotak sang laki-laki hanya kata mengapa mengapa yang selalu muncul ketika dirinya berjalan menuju kelantai atas gedung tersebut.
Bagas yang sudah sampai di atap sekolah tersebut hanya bisa berteriak dengan sekencang-kencangnya sambil menjambak rambutnya seraya berkata Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Seakan sudah puas berteriak Bagas pun memilih duduk dipinggir balkon yang memang hanya sebuah tembok yang dibangun agak tinggi agar melindungi seseorang yang berada di sana agar tak mudah jatuh.
Bagas yang terduduk disana pun bisa dengan jelas melihat kebawah tepatbya parkiran sekolah berlantai 3 tersebut.