Waktu berlalu, Allena sudah selesai mandi dan naik ke tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya di sana.
Dia melihat langit-langit kamar, dan teringat kembali pada apa yang Nio katakan sebelumnya. Selama ini Nio selalu memujinya, dia tak pernah menyinggung Allena melalui tubuh Allena. Meski itu mungkin hanya hal kecil bagi orang lain, tetapi tidak bagi Allena. Allena merasa terganggu dengan itu.
Allena menoleh dan melihat Nio yang sudah memejamkan matanya. Allena memandangi wajah Nio, terpikir akan masalah akhir-akhir ini yang entah mengapa membuat Allena justru merasa hubungannya sedikit merenggang dengan Nio.
Tiba-tiba Nio membuka matanya, Allena sontak terkejut karena Nio ternyata masih bangun.
Nio lantas menoleh dan pandangannya bertemu dengan pandangan Allena.
"Kenapa kamu belum tidur?" tanya Allena.
"Aku tak bisa tidur," ucap Nio.
"Kenapa?" tanya Allena.
Nio menyandarkan kepalanya di sandaran tempat tidur, dia menatap Allena yang sedang menatapnya tanpa merubah posisinya.
"Apa kamu bisa tidur nyenyak di tengah masalah yang kamu hadapi saat ini?" tanya Nio.
Allena terdiam.
"Aku tak bisa tidur tenang akhir-akhir ini," ucap Nio kemudian mengembuskan napas sedikit kasar.
"Maaf," ucap Allena dan duduk bersandar di tempat tidur.
"Apa kamu masih tak ingin menceritakan masalahmu padaku?" tanya Nio.
Allena memalingkan wajahnya dan mengganti lampu ruangan itu dengan lampu tidur yang lebih redup.
"Aku lelah sekali, aku tak ingin membahas apapun sekarang," ucap Allena dan akan kembali merebahkan tubuhnya. Namun, Nio meraih lengan Allena membuat Allena kembali melihat Nio.
Sedetik kemudian Allena terkejut ketika Nio tiba-tiba saja menarik tubuhnya membuat terjatuh ke tubuh Nio.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Allena. Nio hanya diam menatap Allena, tatapannya terlihat aneh. Seakan ada kemarahan yang sedang coba Nio pendam.
"Setelah semua ini selesai, bisakah kamu berhenti bekerja?" tanya Nio.
Allena mengerutkan dahinya. Kenapa Nio tiba-tiba mengatakan itu? Pikirnya.
"Aku tak bisa tenang setelah apa yang menimpamu, jadi aku ingin kamu tak lagi bekerja, dan diamlah di rumah. Kamu bisa melakukan banyak hal yang kamu inginkan di rumah ini, kamu juga bisa melakukan hobi menembakmu dengan tenang di rumah ini," ucap Nio.
"Aku tak bisa," ucap Allena.
"Bagaimana jika aku memaksamu untuk tetap berhenti?" ucap Nio seraya menatap Allena dengan serius.
"Bukankah kita sudah membahas ini? Sejak awal kamu setuju aku mengambil alih perusahaan Papi, kenapa sekarang kamu berubah pikiran?" tanya Allena.
"Karena aku tak ingin terjadi sesuatu denganmu," ucap Nio.
"Aku tak bisa!" ucap Allena penuh penekanan.
Nio perlahan melepaskan lengan Allena. Namun, tatapannya tak beralih sedikitpun dari Allena. Setelah itu, dia benar-benar tak lagi memegang lengan Allena. Dia melihat ke depannya.
"Bisakah kamu tak menuntut ini dariku? Kamu tahu aku tak mungkin berhenti bekerja. Siapa yang akan mengelola bisnis Papi jika aku berhenti bekerja? Aku satu-satunya yang bisa menangani bisnis Papi, karena akulah satu-satunya keluarga Papi. Kamu juga tahu kesehatan Papi tak memungkinkan untuk Papi kembali bekerja," ucap Allena, sontak Nio menoleh.
"Siapa bilang aku memintamu berhenti mengelola perusahaan Papi?" tanya Nio. Allena mengerutkan dahinya.
Nio mendekatkan wajahnya ke wajah Allena. Dia menatap Allena dengan serius. Ingin sekali dia mengatakan bahwa dia hanya meminta Allena untuk berhenti mengerjakan bisnis ilegal itu dan bekerjalah dengan baik mengurus perusahaan papinya. Namun, Nio tak bisa melakukannya sekarang. Dia harus bersabar dan mengikuti permainan Allena, karena dia tahu Allena takan pernah mengatakan yang sebenarnya padanya.
"Allena, aku bisa memberikan apapun padamu, dan aku sudah mengatakan itu berulang kali padamu. Jika kamu meminta seluru harta bagianku, aku akan memberikannya malam ini juga untukmu, dengan begitu kamu takan merasa kekurangan uang," ucap Nio.
"Apa selama ini aku haus akan uang?" tanya Allena seraya menatap Nio sedikit terkejut. Dia tak percaya Nio bisa berpikir begitu.
Nio terdiam.
"Ya, aku akui aku menikmati hidupku. Aku merasa jauh dari pada cukup hidup denganmu, tapi aku tak ingin semua harta bagianmu!" tegas Allena.
Entah apa yang Nio pikirkan, bisa-bisanya Nio mengatakan semua itu. Allena jelas merasa tersinggung, apa dia terlihat seperti wanita yang haus akan harta? Jika dia menikahi Nio hanya untuk harta, sudah sejak lama dia menghabiskan harta Nio atau merebut harta Nio menjadi miliknya. Tapi tidak, Allena sama sekali tak pernah melakukan itu, dia bahkan tak pernah mengusik harta pribadi yang Nio hasilkan sebelum dirinya menikah dengan Nio.
Nio tak lagi bicara, dia justru beranjak dari tempat tidur dan pergi Nio menuju ruang ganti. Tak lama Nio kembali menghampiri Allena.
Allena melihat Nio memegang sesuatu di tangannya dan Allena tahu itu adalah lingerie yang Nio belikan saat Nio pergi ke Berlyn beberapa waktu lalu. Akan Nio apakan lingerie itu? Pikir Allena.
"Pakai itu!" ucap Nio membuat Allena menaikan satu alisnya. Apa Nio ingin bercinta dengannya? Kenapa Nio ingin dia memakai lingerie itu? Dia pikir Nio akan mengerti ketika sebelumnya dia mengatakan merasa lelah, dia hanya ingin tidur sekarang.