Chereads / Sexy Queen (She's Mine) / Chapter 20 - PART 20 - TAK PERCAYA PADA SIAPAPUN LAGI

Chapter 20 - PART 20 - TAK PERCAYA PADA SIAPAPUN LAGI

"Aku menginginkanmu," ucap Nio.

Allena mengangguk, tentu saja dia takan menolak. Namun, ketika Nio akan kembali menciumnya, terdengar dering panggilan masuk. Nio pun melihat ke ponsel Allena yang berada di meja rias. Panggilan itu berasal dari ponsel Allena.

"Siapa?" tanya Nio.

"Aku tak tahu," ucap Allena dan Nio mendekati ponsel Allena. Dahinya berkerut ketika melihat kontak bernama Mr. Albert menghubungi Allena.

'Siapa Mr. Albert?' batin Nio.

Allena mengambil ponselnya membuat Nio kembali melihat Allena.

"Oh, ini klienku. Aku memanggilnya Tuan Albert," ucap Allena dan bergegas menjauhi Nio. Allena pergi menuju balkon kamar.

Sudah sejak kemarin Allena menunggu Albert menghubunginya. Saat di Kantor Polisi kemarin, Allena tak bisa menghubungi Albert lantaran dia tak diizinkan memegang ponselnya. Ponselnya yang di dalamnya banyak sekali rahasia pekerjaan ilegalnya akhirnya diketahui oleh Polisi. Namun, Allena tak mengkhawatirkan hal itu, ada pengacara yang Allena yakini, bagaimanapun caranya, pengacaranya akan membantunya agar tak sampai masuk penjara atas kasus perdagangan hewan yang dilindungi.

Allena tak mungkin mengabaikan panggilan Albert sekarang, tapi dia juga tak mungkin bicara di dekat Nio. Banyak hal yang ingin Allena katakan pada Albert, salah satunya tentang bagaimana Polisi bisa tahu di lokasi itu ada dirinya sedangkan orang yang Allena temui dan akan membantunya dalam pekerjaan itu ternyata adalah orang Albert sendiri. Guntur mendapatkan rekomendasi dari Albert sehingga Allena pun menemui orang itu.

'Halo,' ucap Allena.

'Halo, Nona Allena. Apa Anda baik-baik saja?' tanya Albert.

'Tentu saja tidak, berjam-jam Saya di tahan di Kantor Polisi, dan Anda masih bertanya apakah Saya baik-baik saja? Di mana pikiran Anda?' ucap Allena. Allena memang takan bisa berbasa-basi. Perasaannya sangat kesal, dia tak peduli siapa Albert, bahkan meski Albert adalah ladang uang baginya, dia tetap akan memarahi Albert sekarang. Allena merasa dipermainkan. Bagaimanapun dia selalu bekerja dengan rapi selama ini. Namun, kali ini dia benar-benar sial karena sampai terlibat dengan Polisi.

'Kenapa Anda menyalahkan Saya? Itu adalah tanggung jawab Anda sebagai partner yang sudah menyetujui pekerjaan ini. Bukankah Anda yang ceroboh? Apa Anda tak menyadari, mungkin sejak lama gerak gerik Anda sudah dipantau oleh Polisi,' ucap Albert terdengar tak terima Allena menyalahkannya.

Allena mengembuskan napas kasar. Dia akan mengatakan sesuatu, tetapi Albert justru kembali bicara, membuat Allena mengurungkan niatnya untuk bicara.

'Saya hanya ingin mengingatkan Anda, bagaimanapun caranya, Anda harus bebas dari kasus ini. Anda harus menjalankan pekerjaan ini. Ingat, kita memiliki perjanjian hitam di atas putih! Saya bisa menuntut Anda jika Anda tak menjalankan pekerjaan ini!' tegas Albert.

Allena akan kembali bicara, tetapi kali ini Albert justru mengakhiri telepon. Allena meremas ponselnya.

'Bagaimana bisa dia sangat tak sopan? Aku bahkan belum selesai bicara!' gerutu Allena.

Allena berbalik, dia terkejut melihat Nio berdiri di pintu menuju balkon. Allena menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Apa Nio mendengar apa yang dia katakan pada Albert? Seharusnya Nio takan berpikir yang tidak-tidak 'kan? Dia tak mengatakan apapun secara detail 'kan? Allena menjadi khawatir sekarang.

Allena mendekati Nio, dia memeluk Nio. Dia akan mencium Nio, tetapi Nio menekan pinggang Allena membuat Allena menatap Nio dengan bingung.

"Aku lupa, aku ada jadwal meeting pagi ini. Kita lakukan lain kali," ucap Nio dan berbalik meninggalkan Allena.

"Sayang!"

Nio menghentikan langkahnya ketika Allena memanggilnya. Nio pun berbalik dan kembali melihat Allena.

"Apa kamu masih marah padaku soal kejadian semalam?" tanya Allena.

"Tidak, aku tak pernah bisa marah padamu, dan kamu tahu itu," ucap Nio kemudian tersenyum.

Melihat senyuman Nio, Allena pun menghela napas lega. Dia kembali mendekati Nio dan mengecup pipi Nio.

"Baiklah, aku akan menyiapkan sarapan untukmu," ucap Allena dan bergegas keluar dari kamar.

'Albert, ya? Bekerja di perusahaan apa dia?' batin Nio teringat pada kontak bernama Albert yang dia lihat di ponsel Allena tadi.

Nio sebenarnya tak memiliki jadwal meeting pagi ini, hanya saja moodnya menjadi terganggu ketika melihat Allena terlihat kesal saat bicara di telepon tadi. Nio juga dengan jelas mendengar apa yang Allena katakan, meski begitu Allena tetap tak mengatakan apa masalahnya, membuat Nio menjadi malas melanjutkan keinginannya.

Nio jadi sedikit curiga pada sosok bernama Albert ini, apakah sosok ini yang membuat Allena terlibat dengan Polisi? Apa Allena dijebak oleh seseorang ketika bekerja? Nio penasaran dengan itu. Nio memang seperti tak ingin membahas masalah Allena secara jauh, tetapi sejujurnya dia sangat khawatir pada Allena. Dia tak mungkin diam saja ketika melihat Allena kesulitan, tapi yang membuatnya merasa kesal, Allena tak ingin berbagi masalah dengannya. Meski itu masalah pekerjaan sekalipun, tetapi Nio tentu berharap dirinya bisa membantu Allena.

Nio bergegas menuju ruang ganti, dia memakai pakaiannya. Setelah selesai, dia menjinjing tas kerjanya dan baru saja akan keluar dari kamar, tetapi dia melihat Allena di depan pintu, Allena akan memasuki kamar.

Allena mengerutkan dahinya seraya melihat Nio yang sudah sangat rapi, Nio sudah memakai dasinya. Mengapa Nio tak menunggunya? Biasanya Nio akan menunggunya agar dirinya yang memakaikan dasi untuk Nio.

Allena mendekati Nio, dia merapikan dasi Nio sebentar dan menepuk pelan dada Nio. Dia tersenyum menatap Nio.

"Suamiku sangat tampan," ucap Allena.

Nio menghela napas, dia mengecup pipi Allena.

"Bersiaplah, kamu akan ke kantor 'kan? Aku akan mengantarmu," ucap Nio dan melewati Allena. Dia akan menjauhi Allena, tetapi ucapan Allena menahan langkah kakinya.

"Kenapa?" tanya Allena sedikit terkejut mendengar Nio akan mengantarnya. Tak seperti biasanya, biasanya Nio membiarkannya naik mobilnya sendiri. Lagi pula, dia pergi bersama supir. Jalur kantornya dan Nio pun berbeda. Bukankah Nio juga memiliki jadwal meeting pagi ini? Apa Nio tak takut terlambat? Pikir Allena.

"Kenapa apanya?" tanya Nio yang justru merasa bingung mendengar pertanyaan singkat Allena.

"Kenapa kamu ingin mengantarku? Bukankah kamu memiliki jadwal meeting? Bagaimana jika terlambat?" tanya Allena.

"Membiarkan meeting sedikit terlambat tak masalah. Aku takan membiarkan istriku pergi sendirian!" ucap Nio.

"Tapi aku sudah biasa pergi sendiri, aku khawatir kamu akan terlambat. Lagi pula, ada supir yang mengantarku," ucap Allena.

"Sayang, apa kamu tahu. Aku menyadari satu hal," ucap Nio.

"Apa itu?" tanya Allena bingung.

Nio mendekati Allena, dia menatap Allena dengan serius.

"Setelah kejadian yang menimpamu kemarin, aku menjadi merasa bersalah. Aku berpikir, aku tak menjagamu dengan baik. Karena itu, aku takan percaya pada siapapun lagi selain diriku sendiri!" ucap Nio seraya masih menatap Allena dengan tatapan yang terlihat serius.

Apa yang Nio katakan justru membuat Allena merasa tak nyaman. Apa maksud ucapan Nio? Apa maksudnya Nio berpikir tak mejaganya dengan baik? Jangan bilang Nio akan semakin mengawasinya? Jika seperti itu, Allena akan semakin kesulitan bergerak. Sebelumnya bahkan Nio sudah sangat posesif padanya. Allena justru tak suka mendengar Nio mengatakan semua itu. Allena yakin, Nio ingin menekannya.