Chereads / Billionaires: Love and Secrets / Chapter 27 - Chapter 27

Chapter 27 - Chapter 27

Alexa langsung mengangkat sudut bibirnya. "Tidak ada yang melarang kalian pergi, silahkan." Tersenyum licik.

--

"Dasar tidak waras." Maki Flower, kemudian mengalihkan tatapannya pada Karyl sembari mengangkat sebelah alisnya seolah berkata, ayo!

Alexa semakin menyungging senyum jahat. Ia menekan tali heel Flower yang terlepas. Refleks tubuh ramping itu pun hilang keseimbangan.

"Ms. Flower, awas!" Teriak Darren. Dengan secepat kilat merengkuh tubuh ramping sehingga tidak sampai membentur dinding meja. Kini, tubuh ramping meringkuk di dalam pelukan lengan kekar. Darren mendongak ke bawah. "Anda tidak apa-apa?"

Flower menggeleng pelan.

"Apakah Anda yakin?"

"Iya."

Tidak jauh dari sana Alexa memberengut kesal. Ia pun menghentak-hentakkan kaki. "Shittt, kenapa malah jatuh ke pelukan, Mr. Gilbert. Seharusnya si Flow menyebalkan itu terjerembab ke lantai. Kakinya terkilir sehingga dia tidak bisa lagi menjalani pemotretan apalagi berjalan di atas catwalk. Dasar menyebalkan!"

Alexa semakin di buat menggeram kesal bermanjakan lengan kekar yang masih memeluk tubuh ramping. Seolah menggambarkan pelukan khas seorang lelaki kepada wanita tercinta.

"Seharusnya aku yang berada di dalam pelukan Mr. Gilbert, dan bukannya kau, Flow."

Tidak tahan di suguhi pemandangan yang mampu menusuk ke kedalaman mata. Ia langsung melenggang dari sana, tentunya berbalut gemuruh hebat hingga darahnya mendidih.

Tidak mau di tuduh mengambil kesempatan di dalam kesempitan, Darren bergegas membantu Flower berdiri. Seketika itu juga Flower merintih kesakitan. "Auch … "

Karena tidak mampu berdiri sempurna. Ia pun kembali mengalungkan kedua lengannya ke leher kekar. Darren melirik ke bawah dengan sebelah tangan merengkuh pinggang samping dengan sangat erat. "Sepertinya kaki Anda terluka."

Tanpa di sangka dan tanpa di duga langsung menggendong tubuh ramping kemudian membawa ke mobilnya. Dengan penuh kelembutan mendudukkan Flower pada sisi kursi kemudi.

Darren tampak berjongkok dengan bertumpukan pada salah satu kaki. Di raihnya kaki putih mulus dengan sangat hati-hati. Seketika itu juga Flower merintih kesakitan. "Auch, sakit … "

"Kaki Anda terkilir, Ms. Flower. Ini harus di pijat. Jika tidak, kaki Anda akan mengalami cidera dan membengkak."

Membayangkan kakinya membengkak seperti kaki Gajah membuat Flower bergidik ngeri. Ekor matanya melirik ke arah Karyl yang berdiri di belakang Darren. Tatapannya penuh dengan permohonan seolah memintanya untuk melakukan sesuatu. Karyl menyarankan bagaimana kalau memanggil Jason saja, secara Jason seorang dokter.

"Shittt, kenapa harus Jason, hah? Masih banyak dokter lain di London." Bentaknya tanpa sadar.

"Tapi, kalau tidak memanggil Jason bagaimana aku membawamu ke Rumah Sakit. Sementara kau, berdiri saja tidak bisa."

Menanggapi perdebatan kedua wanita cantik itu pun membuat Darren mengukir senyum geli. "Biar saya saja yang memijat kaki Anda, Ms. Flower."

Flower langsung menarik paksa kakinya, bersamaan dengan itu menjerit kesakitan. Di suguhi pada sikap keras kepala wanita tersebut. Darren mendesah lelah. "Kaki Anda ini cidera, Ms. Flower. Jadi, jangan di gerakkan jika tidak ingin cideranya bertambah parah. Lebih baik Anda diam, dan saya akan memberinya pijatan."

"Apakah Anda yakin bisa me-mijat?" Tanya Flower ragu-ragu. Yang di tanya mengulas senyum. "Saya bukan tukang pijat professional. Tapi setidaknya pijatan saya ini nanti bisa membuat kaki Anda kembali berjalan normal."

"Awas saja kalau sampai kau salah dalam memberi pijatan."

Darren tersenyum. "Tidak akan." Kemudian meraih kaki putih mulus tersebut ke atas pangkuan.

Tanpa dapat membantah lagi akhirnya Flower menurut. Darren mulai mengoleskan obat kemudian memberinya pijatan-pijatan lembut. Dia pun mendongak ke atas sehingga bermanjakan sepasang manik hazel yang menyilau ketakutan mendalam.

"Setelah ini rasanya akan sangat sakit. Jika Anda tidak tahan dengan rasa sakitnya. Anda boleh mencakar atau menggingit pundak saya."

Flower mengangguk cepat.

Yang Darren katakan terbukti benar. Pijatannya pun terasa sangat menyakitkan bahkan membuat sepasang manik hazel melotot seolah-olah ingin meninggalkan pemiliknya.

Tidak tahan mendengar jerit kesakitan. Darren pun memberinya sedikit tekanan supaya pijatannya cepat selesai. "Coba gerakkan!" Perintahnya.

Namun, Flower tampak ragu. Sepertinya wanita tersebut masih trauma dengan rasa sakitnya. Darren kembali meyakinkan supaya menggerakkan kakinya. "Perlahan-lahan saja, Ms. Flower."

Tanpa dapat membantah lagi, Flower mulai menggerakkan kakinya dengan kedua mata memejem rapat. Di manjakan dengan ekspresi Flower yang sangat menggemaskan telah membuat seulas senyum mengukir di bibir kokoh. Dan inilah untuk pertama kalinya seorang Darren Ewald Gilbert kembali menyungging senyum setelah pesakitan panjang yang di terimanya.

"Bagaimana, sudah tidak sakit, kan?"

Flower mengangguk. Ia pun masih menggerak-gerakkan kakinya, memastikannya sekali lagi.

"Setelah ini Anda bisa kembali berjalan normal."

Seulas senyum langsung menyungging di bibir ranum berpadukan dengan ucapan terima kasih.

"You are welcome, Ms. Flower. Be careful next time."

Flower mengangguk sembari tersipu malu. Sementara Darren masih saja menguncikan tatapannya pada wajah cantik dengan tatapan penuh damba. Entah sudah berapa lama sejoli tersebut tenggelam ke dalam siluet masing-masing, yang jelas masing-masing bagai magnet menarik dengan sangat kuat.

Tak ayal karyl semakin di buat jengah. Kehadirannya di tengah-tengah mereka hanya di anggap sebagai lalat. Ia pun berulang kali menggeram kesal hingga berdeham.

Tersentak, itulah yang di rasakan oleh keduaanya. "I'am sorry." Lirihnya, bersamaan dengan itu beranjak berdiri memberi ruang kepada Flower untuk turun mobil. "Perlu saya bantu?"

"Em, tidak. Terima kasih. Saya bisa sendiri," ucapnya dengan sangat lembut.

Karyl yang sudah tak sabaran langsung mengaitkan jemarinya di antara jemari lentik membimbingnya menuju mobil kesayangan. Sementara Darren masih saja menyandarkan tubuhnya pada badan mobil dengan menguncikan tatapannya pada punggung ringkih yang semakin lama semakin hilang dari pandangan

"Cantik, lembut, mempesona." Pujinya tanpa sadar.

"Siapa yang mempesona?"

Suara yang sudah tidak asing memaksanya menolehkan wajahnya sekilas. "Bukan urusanmu."

"Apakah kau baru saja bertemu Bidadari, huh? Secantik apa Bidadari mu itu, karena tidak ada wanita cantik di sini selain, Ms. Flower Carnabel." Ucapnya dengan penuh rasa bangga.

Darren tidak menanggapi. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil kemudian melajukan mobil kesayangan dengan kecepatan tinggi. Dia yang terbiasa beradu dengan kecepatan menambah kecepatan laju mobil hingga berulang kali terdengar bunyi decitan. Meskipun begitu sama sekali tak di hiraukan. Darren terbiasa memacu adrenalin.

Di dalam fokus tinggi seperti sekarang ini pun tiba-tiba teringat dengan perkataan Austin.

--

"Apakah kau baru saja bertemu Bidadari, huh? Secantik apa Bidadari mu itu, karena tidak ada wanita cantik di sini selain, Ms. Flower Carnabel."

--

"Shittt, memang tidak ada wanita lain yang tingkat kecantikannya mengalahkan, Ms. Flower Carnabel. Haruskah kau mengatakannya dengan penuh rasa bangga seperti itu, hah?" Memukulkan tangannya pada setir mobil.

🍁🍁🍁

Next chapter ...