"Apa tato macan tutul sedang populer sekarang?"
Han Yiyue berbicara tanpa sadar. Awalnya dia ingin bertanya pada diri sendiri di dalam hati, siapa tahu bahwa mulutnya sangat licin. Kalimat itu keluar begitu saja. Pasalnya, tato seperti itu agak aneh dan mengerikan bagi penderita trypophobia.
Orang-orang di sekitar melirik ke arahnya, termasuk sosok yang sedang menjadi pembicaraan dan satu orang rekan di belakangnya. Han Yiyue menghadapi tatapan itu dengan tenang dan menampilkan senyum kecil ketika membenarkan situasi. "Maaf, aku hanya asal bicara."
Tanpa diduga laki-laki bertato itu tertawa menanggapi perkataannya. Duduk dengan elegan di tempat dan berkata jujur, "Sangat menarik. Sayangnya ini bukan macan tutul."
Ekspresi wajah Han Yiyue terlihat agak terkejut juga penasaran, tetapi di dalam hati berpikir bahwa tidak peduli hewan apa itu jika orang dengan phobia tertentu melihat, tetap saja memberi bayangan menjijikkan.
Han Yiyue ingin bertanya sebagai kesopanan. Mulutnya terbuka dan siap mengeluarkan suara, tetapi terhalang oleh Jamie.
"Tuan Ignazio, tolong jangan terlalu serius dengan ucapannya. Omong-omong, ini adalah Tuan Axton. Dia yang memegang kendali Fenghuang di negara ini selama tiga tahun terakhir."
Laki-laki itu, Ignazio Macini, memalingkan wajahnya untuk berdapan langsung dengan He Xi Huan. Tidak ada ketajaman atau penindasan di manik matanya, berbanding terbalik dengan citra kejamnya dan wajah penuh galak. Hal itu karena Ignazio sudah mendengar beberapa kabar angin tentang He Xi Huan yang mampu menaklukkan kelompok-kelompok kecil di negara itu di usia muda, salah satunya adalah kelompok Pedro.
Cukup untuk diberi sedikit penghormatan. Meskipun tidak sepenuhnya dipandang oleh Ignazio. Jika masuk dalam pandangan dan dirasa layak oleh Ignazio, tidak akan ada pertemuan saat ini, lebih baik langsung membuat kesepakatan ketika Jamie memintanya berbicara beberapa pekan lalu.
"Halo, Tuan Axton. Aku sudah mendengar kehebatanmu dalam beberapa hal, termasuk memukul mundur kelompok Bloodz."
Alih-alih menunjukkan ekspresi kepuasan atau tinggi diri, He Xi Huan hanya menampilkan senyum tipis. Tatapan mata tidak lepas dari Ignazio, bahkan tampak seperti mereka sedang berlomba 'siapa berkedip duluan dia kalah'. Tidak sedikit pun merasa kalah atau gentar dihadapkan perubahan tatapan pihak lain yang semakin tajam.
Dengan suara tenang, tetapi mantap, dan tanpa tekanan ia berkata, "Tuan Ignazio, kamu terlalu melebih-lebihkan. Bukankah pemimpin yang baik harus bisa menangani masalah dalam kelompoknya dan menyerang balik mereka yang mencoba merusak. Aku melakukan tugasku."
Kata-katanya tidak terdengar merendahkan diri ataupun begitu menyanjung diri sendiri, melainkan kepercayaan diri juga … fakta. Ignazio tidak bisa membohongi diri bahwa kesannya terhadap orang itu bertambah satu poin lagi. Sekarang ia duduk lebih santai dan meninggalkan kesan begitu formal.
Meninggalkan sejenak pembicaraan mereka, Ignazio berbalik pada tangan kanannya, Othello, dan diam-diam memberi sedikit pemahaman sebelum memberi perintah, katanya, "Katakan kepada pelayan untuk membuatkan makanan. Kita harus makan malam bersama."
Othello menggangguk setuju, bangkit berdiri dengan elegan, dan berjalan keluar di bawah tatapan Ignazio. Jamie ingin menghentikan mereka dan menggantikan tugas tersebut sebagai pihak pengundang, tetapi ia dicegah oleh Othello. Ketika Ignazio bersedia makan satu meja dengan beberapa orang, itu berarti ia telah memberi penilaian baik dan cukup memberi wajah.
He Xi Huan tidak ingin terlalu berbelit-belit, lebih suka langsung pada intinya. Sehingga sesaat setelah Othello pergi, ia langsung berbicara serius.
"Tuan Ignazio, aku pikir kamu pasti sudah tahu alasan pertemuan kita. Tapi, sekali lagi akan aku katakan."
Ignazio mengangguk setuju.
"Aku ingin kamu mendukungku dalam mengambil alih Maxiverio. Tidak perlu membantu dalam menanganinya dan proses perebutanan kepemimpinan, cukup menjadi pendukung ketika aku telah berhasil menduduki kelompok itu dan menguasainya."
Ignazio agak terkejut. Bukan karena ia tidak mengetahui keinginan besar, katakan ambisi, He Xi Huan, tetapi jarang ada orang yang begitu terus terang seolah itu merupakan masalah sepele. Belum lagi, He Xi Huan hanya meminta dukungan dan pengakuan setelah dia menaklukkan kelompok tersebut.
Sebagai pemuda, wajar untuk memiliki ambisi besar, lagi pula Ignazio juga sama seperti itu ketika ia masih muda. Itu terjadi sekitar 20 tahun yang lalu, tetapi kenyataan bahwa ia tidak cukup kuat membuatnya tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Berakhir menjadi pemimpin kelompok mafia alih-alih menjadi pemilik perusahaan besar warisan sang ayah.
Dia tidak menyesal, bukan berarti tidak pernah menyesal dan terpuruk. Melihat He Xi Huan yang berambisi mengingatkannya pada masa-masa itu.
"Apa yang akan kamu lakukan untuk meyakinkanku?" Ignazio tidak peduli dengan alasan yang melatar belakangi He Xi Huan merebut Maxiverio, tetapi lebih membutuhkan keyakinan.
"Tentu saja, aku akan menunjukkan hasil yang baik. Ini jaminannya." Ekspresi He Xi Huan sangat serius, bukan hanya terdapat ambisi di matanya, tetapi juga keyakinan.
Itu saja sudah cukup untuk meyakinkan Ignazio. "Jadi, sudah berapa persen persiapanmu?"
"80 persen. Hanya tinggal langkah terakhir. Menghancurkannya dari dalam."
Tiga tahun ini, He Xi Huan sudah mengambil kepercayaan dan mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok gangster kecil di Amerika. Tidak semua merupakan kelompok ternama dan kejam, tetapi memiliki pengaruh terhadap beberapa hal. Ini juga bisa membantunya menekan kelompok Maxiverio ketika dalam guncangan saat diserang oleh He Xi Huan. Dengan Fenghuang sebagai salah satu kelompok besar, ditambah Pantera yang dipimpin Ignazio, ini akan menambah besar dukungannya.
Sekali lagi Ignazio mengangguk, melirik ke arah Othello yang sudah kembali dan meminta cerutunya. Ketika cerutu menyala sudah berada dalam genggaman, ia kembali menghadap He Xi Huan. Sambil membawa cerutu ke mulut, berkata, "Panthera akan mendukungmu. Jadi pastikan kamu berhasil."
He Xi Huan menampilkan senyum puas, tetapi tidak berlebihan. Menjabat tangan Ignazio sebagai keputusan akhir persetujuan mereka.
Pembicaraan berlanjut tanpa membahas rencana He Xi Huan, lagi pula itu bukan sesuatu yang harus dibicarakan kedua belah pihak. Sebaliknya, Ignazio berbalik kepada Han Yiyue yang sejak awal diam memperhatikan. Laki-laki itu tampak sedikit bosan, tetapi tidak menghilangkan fokus untuk mendapatkan beberapa informasi.
Ignazio tidak merasa salah atau berpikir buruk tentang keberadaannya. Namun, tidak menghilangkan keingintahuan mengenai siapa sosok itu.
Melihat tatapan bertanya Ignazio, He Xi Huan mengambil inisiatif menjelaskan. "Dia adalah kartu truf yang kugunakan. Namanya, Moore."
Han Yiyue juga menatap pada Ignazio dan memberi persetujuan dalam diam, tidak ada yang ingin dikatakan. Namun, pandangannya kembali fokus pada tato pihak lain alih-alih tatapan mata mereka.
Ekspresi wajah Ignazio terlihat lebih lembut dan membaik, ada embusan napas ringan yang mengikuti kalimat Ignazio ketika berbicara kepada Han Yiyue. Menunjuk pada tato di sisi wajah hingga leher. "Hei, Nak, ini bukan macan tutul, tapi panthera, makhluk mitologi Eropa. Setelah pulang ke rumah jangan lupa mencari tahu dan mempelajarinya."
Han Yiyue yang dipanggil 'Nak', memasang wajah datar, di dalam hati sudah terbakar perasaan kesal. Bagaimana mungkin laki-laki setinggi dia, tampan, dan dewasa, dipanggil 'Nak' dan diperlakukan seperti anak kecil? Tidak bisa diterima!