Chereads / Golden Chapter / Chapter 37 - Days of Sorrow 2

Chapter 37 - Days of Sorrow 2

Berdiri tenang di depan pintu kamar He Xi Huan, Han Yiyue mengetuk ringan beberapa kali. Meskipun tidak mendapat jawaban selama beberapa menit, ia tidak menyerah. Mempertahankan postur yang sama dan mengulang mengetuk pintu. Terkadang memasang senyum manis setiap kali merasa bahwa pintu akan dibuka.

Han Yiyue tidak peduli jika harus berdiri selama berjam-jam, tetapi dia peduli pada apa yang dilakukan He Xi Huan sepanjang waktu itu. Jadi, dia menambah kecepatan mengetuk pintu. Ketukan demi ketukan tidak sabaran juga suara rendah yang semakin didengar semakin menyebalkan bagi He Xi Huan.

Dengan peningkatakan ketekunan tersebut, berhasil membuat He Xi Huan bergerak dari tempatnya. Melempar puntung rokok ke dalam asbak sebelum menuju pintu dan membuka sedikit celah. Tatapan mata tajam juga menyimpan emosi rumit. Melihat sosok Han Yiyue yang berdiri di depan pintu kamar dalam posisi terlihat patuh dan tidak berbahaya, dalam pelukannya terdapat sebotol anggur yang digendong seperti seorang anak, senyum tanpa rasa bersalah hingga menyentuh tahi lalat di bawah mata, juga tatapan dalam dan hangat.

Satu-satunya kelemahan He Xi Huan, terutama malam ini, adalah manik mata abu-abu itu. Mirip dengan milik ibunya.

Ingin bertanya tujuan kedatangannya dan mengusir dengan kejam, He Xi Huan keduluan berbicara. Han Yiyue sudah menerobos masuk ketika ia lengah dan berseru dengan senang, "Temani aku minum. Umurku sudah 17 tahun, sudah legal."

He Xi Huan pulih dari rasa terkejut, segera mengejar, dan menarik baju belakang Han yiyue. "Jangan bercanda. Cepat kembali ke kamarmu!"

"Aku tidak mau!" Han Yiyue melawan, berhasil melepaskan diri dari He Xi Huan dan berlari lebih ke dalam. "Sudah aku bilang, aku mau minum!"

He Xi Huan ingin menangkapnya dan memaksa keluar kamar, tetapi pihak lain sangat gesit. Bahkan tanpa rasa takut berlarian di atas tempat tidur. Beberapa bagian terlihat berantakan, kacau. Tentu saja semakin memperkeruh suasana hati He Xi Huan yang buruk. Sudah berada di ambang batas akhir kesabaran, kemarahannya menumpuk di ujung tenggorokan. Menatap penuh peringatan pada sosok yang berdiri di atas tempat tidur.

"Han Yiyue, cepat keluar!!!" Suaranya berat dan nyaring, mengalirkan kemarahan besar, juga kegelisahan. He Xi Huan bahkan tidak terlalu mengerti mengapa dia melampiaskan pada Han Yiyue. Padalah kemarahan sebenarnya ditujukan kepada sosok lain.

Meskipun terkejut oleh amarah He Xi Huan yang tidak pernah begitu keras, Han Yiyue tetap berusaha tenang. Ia menenangkan detak jantung yang semakin cepat seperti siap melompat. Tangan gemetar disembunyikan di balik punggung bersama sebotol anggor.

Melompat turun dari tempat tidur dan berjalan mendekati secara perlahan. Berhenti sekitar lima langkah di depan, ia berkata dengan suara lembut, "He Xi Huan, aku ingin menemanimu. Akan lebih baik jika dua orang melewati hari yang sulit. Kamu bisa bersandar padaku, aku akan mendengarkan keluhanmu, balas dendammu, dan semua yang ingin kamu katakan. Biarkan aku melakukannya."

Ketulusannya bisa dirasakan oleh He Xi Huan, tetapi ada keinginan egois di hati yang siap mengusir Han Yiyue pergi. Dia tertawa mengejek, sudut bibirnya naik dengan jejak hinaan. Meski begitu, tidak berani bertatapan langsung.

"Kamu ingin menemaniku, menghiburku, dan mendengar semua ceritaku? Kualifikasi apa yang kamu miliki? Alasan apa yang ingin kamu pakai?"

Han Yiyue bingung beberapa saat. Jawaban seperti apa seharusnya diberikan agar memuaskan laki-laki itu. Tidak.  Bukan hanya memuaskan, tetapi menyadarkan bahwa dia ada untuknya.

Di sisi lain, He Xi Huan juga tidak mengerti bagaimana suasana hatinya saat ini. Jawaban seperti apa yang ingin didengar dan sikap Han Yiyue yang mana yang diinginkan. Dia tidak mengerti. Mendengar bahwa pihak lain ingin bersamanya menghabiskan hari-hari menyedihkan ini berdua, sudah cukup memberi kejutan menyenangkan. Namun, tetap saja dia tidak boleh terlalu berharap kepada seseorang.

Tawa mengejek sekali lagi terdengar di ruangan itu, He Xi Huan kali ini menatap langsung ke mata Han Yiyue dan melontarkan, "Lihat. Kamu tidak bisa memberi jawaban yang pasti. Pergilah, aku tidak membutuhkan siapa pun!"

"Tidak. Aku tidak akan pergi!" Han Yiyue berbicara dengan keras kepala. "Aku akan menghiburmu, aku akan menemanimu, aku akan mendengarmu, aku akan berbagi denganmu. Apa pun akan aku lakukan bersamamu karena aku menyukaimu. Adapun apa kualifikasiku, aku rasa tidak akan ada orang lain di dunia ini yang mampu menanggung semua ini bersamamu."

Tatapan mata mereka bertemu satu sama lain dan saling mengunci, semakin dalam dan semakin banyak mendapat pemahaman. Jalas tidak ada yang berani menatap mata He Xi Huan begitu ganas selain Han Yiyue, itu saja sudah membuktikan bahwa pihak lain memang memiliki kemampuan berdiri sejajar dengannya.

"Xi Huan, kamu sangat bodoh. Memilih bersedih sendirian dan mengurung diri, membiarkan dirimu terluka tanpa ada yang tahu. Diam-diam menangis dan menyesali apa yang sudah terjadi. Kamu pikir dengan bersembunyi dari orang lain dan membohongi diri sendiri akan membuatmu menjadi kuat? Tidak. Kamu hanya akan semakin tenggelam dalam penyesalan itu dari tahun ke tahun."

Setiap kata yang dilontarkan Han Yiyue memberi tusukan satu per satu di punggungnya, seakan menghakimi dan memaksanya untuk mengakui kesalahan. Sayangnya, dia memang bersalah sehingga tidak ada satu kata pun yang mampu diucapkan untuk menyangkal. Meski begitu, ia berusaha keras mempertahankan sikap keras kepala.

"Kamu tidak tahu apa-apa, pergilah …."

"Aku tahu. Xi Huan aku melihatnya dari matamu," Han Yiyue menyela dengan berani.

He Xi Huan segera memalingkan wajah, menghindari tatapan pihak lain. Bagaimanapun, baru Han Yiyue aja yang begitu percaya diri berani mengungkapkan sesuatu yang selama ini tidak berani diakui. He Xi Huan tidak ingin mengakui bahwa  ia bersedih di malam di mana ibunya meninggal dan hari di mana ibunya dimakamkan.

Siapa tahu bahwa laki-laki pemilik mata abu-abu yang mirip dengan ibunya, benar-benar memiliki penglihatan tajam.

Melihat sikap menentang di wajah He Xi Huan, Han Yiyue menjadi kesal. Namun tidak membuatnya bertindak gegabah dan memutuskan pergi karena marah. Sebaliknya, dia melempar botol anggur ke atas tempat tidur, berlari memeluk laki-laki di depan. Melingkarkan tangan ke leher He Xi Huan dengan erat dan membenamkan wajah.

"Aku peduli padamu. Aku menyukaimu. Aku ingin selalu bersamamu. He Xi Huan, jangan tolak aku."

Kehangatan tiba-tiba memenuhi tubuhnya, aroma familier tercium, dan suara lembut menggema di telinga. He Xi Huan menegang dalam beberapa saat, tetapi perlahan menerima keberadaan asing di dekatnya. Secara naluriah mengulurkan tangan untuk balas memeluk. Menempelkan dahi di leher Han Yiyue dan menghidu aroma yang tanpa sadar memberi ketenangan.

He Xi Huan mengangkat kepalanya, saling bertemu tatap dengan Han Yiyue. Sudut mata mereka menunjukkan senyum, garis bibir bergerak sedikit. Pada akhirnya, ciuman ringan berlabuh di bibir, menyatukan mereka tanpa peduli perasaan seperti apa yang sedang memenuhi hati masing-masing.