Chereads / Golden Chapter / Chapter 16 - White Lie

Chapter 16 - White Lie

BAGIAN 015 Liar

Helaan napas panjang terdengar dari He Xi Huan, kelopak matanya memejam dalam beberapa detik. Sungguh melelahkan sepanjang hari ini, bahkan hingga menjelang pagi lagi keesokan harinya, ditambah Han Yiyue yang bertingkah agak kekanakan.

Meskipun mengerti ketakutan Han Yiyue, tetapi kondisinya yang tidak kalah buruk membuat dia kehilangan kesabaran. Mencengkeram dagu bocah itu dan mengangkat kepalanya agar melihat ke arahnya, tatapan mata mereka bertemu, mengalirkan gelombang perasaan yang bertolak belakang. Satu sisi tampak ketakutan sampai berkaca-kaca, sisi lain berusaha keras menekan suasana hati yang buruk agar tidak sampai lepas kendali dan berakhir membanting pihak lain.

Dengan rahang mengeras dan gigi mengatup, He Xi Huan berkata,"Jangan aneh-aneh! Kembali ke kamarmu dan tidur. Kamu akan sering menghadapi situasi seperti ini."

Setelah mengatakan kalimat itu, He Xi Huan secara paksa melepaskan genggaman tangan Han Yiyue di bajunya dan melenggangkan langkah menuju ke kamar. 

Menyaksikan punggung yang menjauh sedikit demi sedikit sebelum menghilang di balik pintu, Han Yiyue sama sekali tidak bergeming dalam waktu lama. Tatapan mata kosong, tetapi tangannya gemetaran tanpa henti. Sekuat apa pun ia berusaha menahan rasa takutnya dan mencoba mengalihkan pikiran ke hal-hal lain, tetap tidak bisa menekan bayangan-bayangan mengerikan yang dialami. 

Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju kamar He Xi Huan, mengetuk beberapa kali sembari memanggil-manggil dengan putus asa. 

Di detik berikut, pintu ditarik terbuka. Wajah gelap He Xi Huan muncul dan siap melayangkan kemarahan, tetapi kata-katanya kembali ditelan ketika melihat wajah pucat Han Yiyue yang dipenuhi air mata. Hanya dengan pemandangan begitu saja sudah meyakikannya tentang ketakutan bocah itu.

Dengan enggan ia membukakan pintu kamar selebar mungkin, membiarkan Han Yiyue masuk. 

Setelah memasuki ruangan itu, Han Yiyue segera menjatuhkan diri di atas tempat tidur. mungkin ia takut akan diusir lagi karena laki-laki yang lebih tua merubah pikiran. 

Meskipun tindakan itu tampak menyebalkan, ditambah fakta bahwa Han Yiyue tidak mengganti pakaian atau membersihkan diri sebelum tidur, He Xi Huan tidak memiliki keinginan mengganggunya. Alih-alih memarahi, dia dengan tenang memasuki kamar mandi dan mengurus diri sendiri.

Karena efek obat yang diberikan Nike dan rekannya, juga perasaan tenang, Han Yiyue terlelap dengan cepat. Meringkuk di tempat tidur dalam gulungan selimut. Sayang, posisi yang terlihat tenang itu tidak sesuai dengan kerutan di dahi, keringat membasahi tepian rambut, dan bibir mengerut. 

He Xi Huan tahu jika Han Yiyue belum benar-benar pulih dari bayangan buruk tadi. Namun, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menyaksikan acuh tak acuh seolah tanpa simpati bahkan empati. Nyatanya, dia juga pernah berada di posisi Han Yiyue. Ketakutan tanpa akhir di sepanjang malam.

Keesokan hari, sudah hampir tengah hari ketika Han Yiyue bangun. Ada kejutan ringan di manik matanya ketika mendapati diri berada dalam ruangan asing, tetapi segera ingat kejadian di mana dia meminta tidur bersama He Xi Huan.

Berjalan keluar kamar dan perlahan-lahan mencari keberadaan He Xi Huan, tetapi tidak ada satu pun makhluk hidup yang menyapa penglihatannya. Di dapur hanya ada koki sementara ruangan lain kosong. Pada akhirnya, ia memutuskan berjalan ke kamarnya untuk memberishkan diri. Namun, tidak membiarkan pintu kamar terbuka lebar.

Setelah selesai, ia kembali berjalan keluar dan berencana mengisi perut yang sudah kosong sejak pagi. Duduk di kursi dengan sepiring makanan yang telah disiapkan koki. Suara langkah kaki terdengar mendekat diikuti keluhan-keluhan seseorang.

Itu adalah Feng Ruo yang tidak berhenti mengatakan betapa lelah dan laparnya dia kepada Xiao Bao. Dua orang itu segera bergabung di meja makan, meminta hidangan disiapkan juga untuk mereka.

Feng Ruo menatap Han yiyue yang duduk dengan tenang, meski tidak terlihat memiliki perubahan, bahu bocah itu sedikit turun dengan lengan menempel ke tubuh. Tentu saja, Feng Ruo sudah mengetahui tentang kejadian yang menimpa Han Yiyue dan merasa sedikit kasihan.

"Apa tidurmu nyenyak? Kudengar kamu tidur di tempat Huan Ge," katanya dengan nada suara seperti biasa.

Han Yiyue mengangkat wajah dan menatap ke arah Feng Ruo, menganggukkan kepala ringan, tidak mengatakan sepatah kata pun. Sangat berbeda seperti biasanya. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi tidak pendiam dan tingkahnya agak nakal, bukan terkesan penakut.

Baik Xiao Bao maupun Feng Ruo mengerti perasaan terbayang-bayang kejadian buruk yang dialami Han Yiyue, terlebih di usianya yang masih sangat muda, akan sulit untuk melupakan pengalaman tersebut. Mereka diam-diam menghela napas panjang, kembali mencari topik pembicaraan yang sekiranya dapat mencairkan suasana.

Namun, Han Yiyue lebih dulu buka suara. Dia bertanya dengan suara rendah, "Di mana He Xi Huan?"

Xiao Bao meliriknya sekilas sebelum menjawab, "Bekerja. Beberapa bulan ini dia akan sangat sibuk."

Han Yiyue mengangguk lagi.

"Apa kamu membutuhkan sesuatu atau butuh bantuan? Jika benar kamu bisa mengatakannya kepada kami," Feng Ruo menibrung. Pikirnya pasti ada alasan Han Yiyue bertanya tentang He Xi Huan.

Kali ini Han Yiyue menggelengkan kepala, tetapi tidak bisa menyembunyikan keinginan terbesarnya. "Aku hanya ingin bertanya kapan aku bisa pulang."

Mendengar itu, Feng Ruo dan Xiao Bao serentak mengeluarkan suara, "Ah."

Han Yiyue ingin kembali, bertemu ibunya, dan tinggal sedekat mungkin. Baginya, bersama sang ibu merupakan hal teraman. Tidak peduli bagaimana dia harus bertindak seperti anak baik, melapisi kulitnya dengan arang, dan menahan diri di rumah kecil mereka. Setidaknya, dia tidak perlu bertemu dengan orang-orang jahat, mengalami perasaan menakutkan seolah di detik berikut nyawanya akan melayang.

Terdengar helaan napas Feng Ruo, tatapan matanya dalam dan serius, berbeda dengan gambaran diri seorang remaja seperti biasa. Suaranya agak berat ketika melayangkan sebuah pertanyaan, "Apa kamu yakin akan pulang?"

Keinginan terbesar Han Yiyue saat ini adalah menganggukkan kepala dan memantapkan jawabannya, tetapi entah mengapa gerakannya tiba-tiba kaku setelah melihat Feng Ruo yang benar-benar berbeda dari biasanya.

"Yiyue, kamu harus tahu bagaimana Pedro dan kelompoknya dalam menangani masalah, mereka sangat kejam. Kamu bisa merasakannya, bukan?" Feng Ruo membuat suaranya semeyakinkan mungkin, sangat serius dan menakut-nakuti. 

Selama perkenalan mereka dalam beberapa hari ke belakang, Han Yiyue sedikit tahu bahwa Feng Ruo tidak pernah begitu serius. Baik dari tindakan, kata-kata, dan pola pikir yang ditunjukkan di depan orang lain. Semua itu kekanakan dan mencerminkan pemikiran seorang remaja biasa terlepas dari statusnya sebagai anak kedua seorang pemimpin mafia. Jadi, melihatnya begitu serius sampai titik keluar dari karakter asli, membuat Han Yiyue terbawa suasana. Diam-diam dia merasa merinding, belum lagi tanpa sadar membayangkan adegan-adegan kejam.

Melihat Han Yiyue mulai terbawa alur, dia melanjurkan, "Kejadian kemarin sudah melukai salah satu anak buahnya. Menurutmu apa yang akan dia lakukan? Tentu saja balas dendam. Dan Huan Ge saat ini sedang menangani masalah dengan Pedro. Meski begitu, apa kamu pikir dia akan membebaskan seseorang yang menjadi penyebab masalah. Tentu saja, orang itu adalah kamu."