Ambulan dan polisi mulai berdatangan, begitupun dengan pemadam kebakaran untuk mengevakuasi jasad Sachi yang tertimpa reruntuhan besi. Polisi menjaga agar TKP tetap stabil dan tidak ada satupun orang yang mendekat, sedangkan Tim medis dari ambulance langsung melakukan proses jenazah yang baru saja dikeluarkan oleh pemadam kebakaran.
Meskipun langit sedang malam, langit mendung, dan mulai turun salju. Ini adalah bulan Desember dan musim dingin, sudah satu bulan lamanya aku menjadi seorang Malaikat hitam, namun aku masih mencapai target nomor delapan pada buku kematian.
Aku berpikir, butuh berapa lama hingga aku dapat menyelesaikan tugas ini dengan cepat. Yah lagipula ini adalah tugas yang setimpal dengan bayarannya, yaitu surga, aku memiliki keistimewaan untuk tidak merasakan neraka, jadi bertahan beberapa tahun menjadi Malaikat Hitam sebenarnya bukan sesuatu yang benar-benar buruk.
Selain itu yang membuatku heran adalah, kenapa harus aku orangnya?
Kenapa harus aku yang dipilih untuk menjadi Malaikat Hitam? Apakah aku memiliki kemampuan khusus? Jawabannya adalah tidak. Aku adalah orang yang putus asa dihidupku sebelumnya, daripada orang menyedihkan sepertiku ini, kurasa akan lebih tepat jika orang dengan pahala yang sangat banyak yang mendapatkan keistimewaan seperti ini.
Aku memang tidak mengetahui rahasia Tuhan, tapi aku akan tetap berusaha sebaik mungkin saat menjalankan tugas ini.
"Apakah kamu tidak sedih?"
Aku mendapat suara seseorang, itu berasal dari sisi kiriku. Saat aku menoleh, aku terkejut, disana terdapat Yamazaki Kureno, yang sepertinya baru pulang dari minirmarket dengan tas belanjaan ditangan kanannya. Dia sepertinya kebetulan melihat tentang insiden kematian Sachi, tapi seperti biasa dia sama sekali tidak menampilkan ekspresi apapun.
Aku heran siapa yang dia ajak berbicara, tapi yang pasti itu bukan aku karena aku tidak dapat dilihat oleh makhluk hidup lain. Keberadaanku adalah ghaib, selain para Malaikat dan Tuhan, seharusnya tidak ada makhluk hidup lain yang mampu melihatku.
Yah, mungkin itu hanya perasaanku saja bahwa aku merasa bahwa Kureno mengajakku berbicara. Dia pasti sedang berbicara dengan orang lain, ya itu pasti.
"Hei, apakah kamu tidak sedih?"
Kali ini Kureno menatapku secara langsung, aku heran. Sangat heran, disisi kananku tidak ada orang lain, jadi tidak mungkin dia mengajak bicara angin. Untuk memastikan, aku menunjuk diriku sendiri, dan Kureno menanggapinya dengan mengangguk.
Aku terkejut, dia bisa melihatku. Dia bisa melihatku yang ghaib ini, apa ini artinya? Apakah dia juga salah satu dari utusan Tuhan? Sepertinya bukan, jika dia salah satu utusan Tuhan sepertiku, dia tidak akan menjalani kehidupan manusia dan tidak akan ada yang bisa melihat wujudnya. Lalu siapa Kureno ini sebenarnya?
"Kau bisa melihatku?" tanyaku untuk memastikan.
"Apa yang kau bicarakan, tentu saja aku bisa melihatmu bukan?" Jawabnya.
Nah, Kureno merespon apanyabg kukatakan, yang artinya selain dia bisa melihatku, dia bisa mendengar suaraku dengan jelas. Lalu, bukankah selama ini dia melihatku saat bersama Sachi? Aku tidak menyadarinya karena dia selalu acuh tak acuh kepada orang lain disekitarnya.
Untuk sekarang ini, kurasa aku akan merahasiakan identitasku sebagai seorang Malaikat Hitam. Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi jika ada seorang manusia yang melihatku, apakah Tuhan akan langsung mengirim hukuman ilahi kepadaku, jika benar maka tamat sudah.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Hmm... Kamu pacarnya Sachi bukan?"
Aku terdiam, sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Kureno. Yah jika dilihat dari manapun, semua orang akan berpikiran seperti itu karena aku terus menerus mengikuti Sachi setiap hari, dan karena Kureno bisa melihatku (entah kenapa) menyimpulkan hubungan kami seperti itu bukanlah hal yang aneh.
"Tidak, hubungan kami tidak seperti itu."
"Lalu, apa hubungan kalian berdua?"
Gadis ini, bahkan dia tidak memperhatikan orang-orang disekitarnya yang melihatnya dengan aneh. Dimata orang lain, Kureno saat ini seperti sedang mengobrol dengan udara. Aku harus memikirkan sebuah cara untuk kabur dari situasi ini, tapi tidak peduli seberapa keras aku berpikir, aku tidak bisa menemukan jalan keluarnya.
"Ah ... Sudah jam segini."
Melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 20.30 PM. Kureno meninggalkanku tanpa meninggalkan salam perpisahan apapun, aku selamat ... Dia manusia yang misterius, aku berharap tidak akan bertemu maupun terlibat dengannya lagi dimasa depan nanti.
Membuka buku kematian, aku melihat siapa targetku selanjutnya. Dan nama yang tertera pada urutan ke sembilan adalah ...
"Himenachi Arisu ..."
***
Himenachi Arisu, aku sudah mencari informasi tentangnya. Dia adalah seorang Idol paling terkenal di Jepang, popularitasnya melejit saat dia membintangi acara 'Ajang pencari bakat' untuk para penyanyi diseluruh Jepang. Semenjak dia memenangkan juara pertama pada acara tersebut, banyak produser musik yang mencarinya dan merekurtnya, dan sekarang Arius bernyanyi dengan membentuk sebuah grup yang beranggotakan lima orang, tentu saja dia yang menjadi pemimpinnya.
Grup yang dia pimpin bernama 'Candy sugar' dan selalu membawakan lagu-lagu yang mampu membuat hati orang-orang menjadi semanis gula. Yah, dikehidupanku sebagai manusia dulu aku juga pernah sesekali melihatnya di televisi rumah, tapi karena aku tidak terlalu tertarik dengan apa yang dinamakan 'Musik Idol' jadi aku tidak banyak tahu tentang Idol yang sedang tenar tersebut.
Dan disinilah aku, berada diantara penonton. Melihat Arisu dan kelompoknya yang sedang menyanyi diatas panggung, memberikan kebahagiaan, dengan menari dan memberi pose super imut yang membuat hati para lelaki menjerit.
Sementara aku menonton dengan bosan dan datar, aku sekali lagi melihat kedalam buku kematian. Hanya untuk mematikan kapan tanggal kematiannya, serta apa penyebab artis terkenal sepertinya meninggal.
Setelah mengecek, waktu kematiannya terjadi pada dua hari mulai dari sekarang, tepatnya pada saat dini hari pukul 01.02 AM. Namun, saat aku membaca penyebab kematianku, kedua mataku melebar karena terkejut.