Hari Selasa, sebelum keberangkatan Himenachi Arisu bersama dengan para member grupnya. Hari ini adalah waktunya untuk belanja, Arisu harus segera membeli beberapa keperluan yang mungkin saja akan menjadi sangat berguna saat berada diluar negeri.
Pertama adalah mencari syal, Arisu mendapat rumor bahwa di Inggris udaranya lebih di gin daripada di Jepang. Oleh sebab itulah, sebuah syal harus menjadi barang wajib jika kau tidak ingin terserang oleh flu saat berada diluar negeri.
Apalagi, Arisu adalah seorang artis, yang artinya jika badannya merasa tidak enak meski hanya sedikit, itu akan memengaruhi penampilannya saat konser berlangsung, lagipula ini adalah pengetahuan umum tentang artis yang mungkin sudah diketahui oleh banyak orang, oleh sebab itu Arisu harus benar-benar menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan bugar.
"Hmm ... Apakah mungkin ini cocok untukku?"
Sekarang aku ... Tepatnya bersama dengan Arisu sedang berada didalam sebuah toko yang ada disebuah mall di kota Tokyo, karena Arisu adalah artis yang terkenal dan mungkin akan menjadi keributan hanya dengan kedatangannya didalam mall ini. Untuk itu ... Arisu datang dengan metode penyamaran.
Dia memakai kacamata hitam, bandana musim dingin, dan masker untuk menutupi wajahnya. Dia juga memakai jaket tebal, karena udara di Tokyo belakangan ini menjadi lebih dingin daripada biasanya. Dengan penyamaran ini, aku sedikit yakin bahwa Arisu setidaknya tidak akan dikenali oleh orang lain.
Tapi mungkin, seorang fans fanatik dapat mengetahuinya. Ya, mungkin saja.
"Merah atau biru?"
Arisu membandingkan antara syal merah dan biru yang dia pegang dikedua tangannya, syal merah akan sangat cocok digunakan oleh wanita dan pria, karena merah adalah warna yang netral. Sedangkan untuk syal biru, lebih dominan dipakai untuk dipakai para orang tua karena warnanya yang tidak terlalu mencolok.
"Kurasa aku akan pilih yang merah aja deh ..."
Arisu mengambil syal merah dan mengembalikan syal biru kembali ke tempatnya. Setelah itu dia berjalan ke kasir, guna membayar tagihannya. Aku mengikutinya dari belakang seperti yang kulakukan kepada para targetku sebelumnya.
Dan disitulah aku bertemu dengan seseorang yang familiar.
"Kau ... Kenapa bisa berada disini?"
Tiba-tiba melihatku dengan tatapan jijik, Kureno menatapku seolah-olah aku ini sampah masyarakat. Ah, jika dipikirkan ini adalah toko pakaian perempuan dan tidak seharusnya pria memasuki tempat ini, namun meski begitu aku hanya melakukan tugasku sebagai Malaikat dan tidak melakukan tindakan kriminal apapun, namun aku sama sekali tidak pernah membayangkan akan bertemu lagi dengan gadis mengerikan sepertinya ditempat seperti ini.
"Eh ... Eh ... Aku?!" Arisu merespon dengan panik.
Sepertinya Arisu salah paham bahwa dirinya yang terpanggil, dan dia panik jika penyamarannya telah terbongkar. Ini adalah situasi yang menguntungkan bagiku, sekaligus tidak menguntungkan, yang bisa melihatku hanyalah Kureno, sedangkan Arisu dan manusia lainnya tidak akan bisa melihatku. Jadi meskipun Kureno mengatakan bahwa ada orang dibelakang Arisu, tidak akan ada yang mempercayainya dan mungkin Kureno akan dicap sebagai orang aneh.
Nah, untuk situasi tidak menguntungkannya adalah ketika aku terlalu lama berdiri disini, mungkin Kureno akan segera menyadari bahwa aku bukanlah manusia, mungkin dia akan nenganggapku hantu, tapi dia bisa saja menyimpulkannya menjadi sesuatu yang lain.
Itu buruk, pada akhirnya jalan keluar satu-satunya yang bisa kupikirkan sekarang adalah segera keluar dari sini.
"A-Anu ... Sepertinya k-kau salah orang." Arius mulai tergagap-gagap.
"Ah, bukan ... Orang yang kumaksud adalah orang yang berdiri dibelakangmu it-"
"Aku masih ada urusan, sampai jumpa!!"
"Tunggu, Nona kembalianmu ketinggalan!!"
Arisu segera berlari keluar dari toko teesebut, meninggalkan Kureno yang kebingungan bersama dengan penjaga kasir yang entah kenapa memasang muka puas.
***
"Huh ... yang tadi itu hampir saja."
Setelah beberapa kali mampir ke toko lain untun belanja, pada akhirnya Arisu pulang saat malam hari. Sekarang jarum jam menunjukkan pukul 00.59 AM dan hari sudah sangat larut. Namun, karena Tokyo adalah kota besar, jadi masih banyak orang yang memadati daerah distrik perbelanjaan.
Hanya saja stasiun telah ditutup, jadi mau tidak mau Arisu harus berjalan pulang dengan cara jalan kaki.
"Ini melelahkan ..." Arisu melihat kakinya yang mulai sakit karena memakai sepatu hak tinggi. "Seharusnya aku tidak memakai sepatu ini jika tahu akan berakhir pulang larut."
Berjalan setapak demi setapak, dengan kaki yang mulai keram karena sakit, Arisu menyemangati dirinya sendiri. Dia mengingat, bahwa beberapa menit lagi hari sudah berganti, dan itu akan menjadi hari dimana impiannya akan terwujud.
"Ah, maaf ... Eh?"
Arisu tidak sengaja menabrak seseorang dan anehnya orang yang menabraknya langsung lari begitu saja tanpa alasan yang jelas. Arisu merasakan bahwa tiba-tiba saja perutnya terasa menjadi panas dan sangat panas, dan disaat dia melihatnya, kedua matanya melebar.
Ada pisau yang menancap pada perutnya. Muka Arisu menjadi sangat pucat, dan disusul dengan mulut yang mengalirkan darah segar. Arisu tumbang, dengan nafas yang terengah-engah dan pandangan yang mulai kabur.
"Ke ... napa."
Darah mulai menggenang keluar dari perutnya, membasahi trotoar disekitarnya. Tidak ada orang yang tahu karena Arisu sebelumnya melewati Taman yang sepi untuk jalan pintas.
"Ke ... napa, semua ini terjadi ... Padaku?"
Air mata mengalir keluar, seluruh tubuhnya sudah terasa mari rasa semua. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain mempertahankan kesadarannya. Tetapi, itu juga tidak bertahan lama, kedua mata Arisu mulai menutup, dan kemudian kehilangan kesadarannya bersamaan dengan air mata yang berhenti mengalir.
Aku yang sedari tadi menyaksikan kejadian itu mendekat, dan menyentuh jasadnya. Rob keluar dari tubuhnya dan terbang menembus langit.
"Semoga tenang dialam sana." Aku membuka buku kematian, dan mencoret nama Himenachi Arisu dari daftar.
***
Beberapa hari kemudian, pembunuh Arisu telah dikonfirmasi. Didalam kamar, dimana Kureno melihat televisi sambil memakan makan malamnya, terkejut dengan berita yang dia tonton.
"Pembunuh dari Idol populer Jepang yang bernama Himenachi Arisu telah dikonfirmasi, tidak lain adalah salah satu anggota membernya sendiri, yaitu Hamagawa Yurika."