"Em, ini aku Tha," suaraku sedikit bergetar.
"Tha?," serunya terkejut, "Benarkah ini kau?." dia memastikan lagi.
"Benar," jawabku mantap, "Maaf, ponselku hilang, jadi aku pakai telepon umum," ucapku sedih, "Aku padahal menabung uang gajian untuk yang lain, tapi malah ponselku hilang," aku ingin sedikit menggodanya dengan menangis dibuat-buat.
"Anak bodoh!," umpatan Emma membuatku tersenyum, dia pasti sangat mengkhawatirkan aku, "Kau menghilang kemana saja selama ini? Kami panik mencari keberadaanmu. Aku bahkan mengajukan ke kantor polisi untuk pencarian orang hilang, menghubungi semua temanmu, dan sekarang kau muncul dengan mengeluh ponselmu menghilang? Astaga, Tha! Apakah kau ini alien?. Apa kau tidak memikirkan aku? Minimal memberiku kabar satu kali, tapi ya—sudahlah! Mustahil bagimu berperilaku normal," wanita itu berbicara panjang lebar, mengomel seperti seorang kakak yang marah karena mempunyai adik dengan berbagai sifat uniknya.