Besar sebuah harapan bagi Bening untuk dapat bersama sama dengan Tirta, dia yang juga melihat dengan mata kepalanya sendiri jika orang dicintai maupun dipercayai justru terlibat berduaan di rumah sakit.
Rasa kecewanya sama dengan harapan tidak jauh berbeda, namun perginya Bening sama sekali tidak tahu bahwa semua yang di depannya maupun di belakang mengarah rasa campur aduk juga.
Meninggalkan temannya maupun Tirta di ruangan itu tentu membuat Bening sekarang pergi meninggalkan rumah sakit.
Terlihat tidak jauh dari rumah sakit terdapat cafe yang bisa membuat dia merasa cukup tenang.
Hatinya cukup tersiksa dengan penindasan perasan yang tak ada kata habis untuk menyudahi sendiri.
"Pesan creamy latte satu, sekalian juga chess potato dua. Ruangan VVIP ada?"
"Baik mbak, ruangan VVIP ada di bagian lantai tiga."
"Oke, terima kasih."
