Gadis itu marah, beberap perabot yang ada di rumah terlihat pecah dan berserakan di lantai.
Dia memang gadis Tempramen saat suatu keinginannya tidak terpenuhi maka dia akan marah dan melampiaskan nya ke sekelilingnya.
Ayahnya terlihat datang dan meredam emosinya, bertanya apa hal yang sangat di inginkannya.
Setelah sedikit berunding senyum gadis itu kembali merekah di wajah cantiknya.
Tok tok tok..
Pintu itu berbunyi saat seorang mengetuknya perlahan.
"Masuk"
"Pagi Lea"
"Pagi silahkan duduk, ada apa pagi-pagi ke sini?" Lea bertanya pada Sea yang datang ke kantornya.
"Aku baru saja dapat Email dari Vincent Fashion"
"Email apa, kenapa tidak kirim ke aku?"
"Jadi tadi pagi aku juga di telepon oleh pak Vincentnya langsung"
"Mm ada hal penting apa?"
"Begini jadi isi email itu merubah sedikit isi kontrak nya, jadi pak Vincent ingin kalau beberapa Costum di foto di ruang terbuka dan mereka memilih daerah perkebunan Teh" jelas Sea.
"Baiklah, apa mereka sudah mendapat Lokasinya?"
"Mereka menyuruh anggota dan model untuk pergi pemotretan ke daerah Bogor"
"Apa??" Lea sedikit tidak setuju.
"Begitulah permintaan pak Vincent, beliau berkata bahwa konsep nya lebih cocok jika di ambil langsung di sana"
"Waduh, kenapa seenaknya mengganti kontrak" Lea sedikit kesal dan berpikir.
"Begitulah" Sea juga tidak paham akan hal itu.
"Baiklah sehabis makan siang kita rapat untuk membahas hal ini"
Sea keluar dari ruangan itu, mempersiapkan rapat.
Lea yang bigung kenapa begitu mendadak mencoba menelepon Jovanka dan bertanya langsung.
"Hallo"
"Hai Lea, pasti kamu mau tau tentang pemindahan pengambilan gambar kan" Jovanka seolah tau hal yang akan di bahas Lea.
"Ia, kenapa kontrak yang sudah kita bahas tiba-tiba berubah" Lea terdengar kesal akan hal itu.
"Kami sudah membuat keputusan baru jadi semua biaya dan tempat sudah di atur oleh perusahaan kami, jadi kalian tidak perlu keluarkan biaya apapun"
Jelas gadis itu.
"Bukan biaya yang saya permasalahkan, tapi ini sudah melanggar aturan kontrak yang sudah kalian tanda tangani sendiri, keselamatan Anggota saya harus di pertimbangkan juga," Lea menjelaskan hal tersebut pada Jovanka.
"Saya mengerti, saya sudah siapkan tempat yang aman di sana, tempat, fasilitas juga penjaga ke amanan" Jovanka bersikeras.
"Saya harus diskusikan hal ini kembali ke pada anggota saya, tidak semua hal bisa di atur seenaknya, semua sudah di persiapkan jauh-jauh hari" Lea mematikan handphonenya kesal.
Setelah makan siang selesai, terlihat beberapa orang memasuki ruang rapat.
Wajah mereka bigung kenapa ada rapat mendadak di siang hari.
"Siang" Lea menyapa mereka.
"Siang Lea"
"Langsung saja ke topik pembicaraan, jadi pagi ini kita mendapat Email dari Vincent Fashion, bahwa pemotretan di ubah tempatnya mereka mau pemotretan di ruang terbuka dan mereka memilih Bogor dengan perkebunan Tehnya."
"Jadi kita harus pergi ke Bogor untuk pemotretan?" Tanya Fio.
"Betul, mereka akan menyiapkan tempat tinggal dan fasilitas di sana, bagaimana menurut kalian?" lea bertanya.
"Saya setuju," Criss terlihat suka dengan usulan tersebut.
"Aku juga" Dea juga terlihat bahagia.
"Yang lain??"
"Kami ikut saja, kalau semua sudah di atur" Neo juga terlihat setuju.
"Baiklah sepertinya tidak ada yang keberatan" Lea sedikit lega dengan hal itu.
"Berapa lama pemotretan ini?" Fio bertanya.
"Tidak ada waktu pastinya, semakin cepat pemotretan semakin cepat selesai" ucap Lea.
"Lalu bagaimana dengan mu, apa kamu akan ikut dengan kami ke sana?" Fio bertanya.
"Ahhh...mungkin aku akan menyusul ke sana"
"Baiklah"
"Aku pikir akan sulit membujuk kalian ternyata tidak, anggap saja kerja sambil liburan" Lea tersenyum ke arah anggotanya yang sebagian terlihat murung karna akan jauh dari rumah.
Perjalanan ke Bogor dengan Bus yang sudah di siapkan Jovanka, terlihat ada 2 bus dengan Jovanka yang memimpin jalan.
Sedangkan Lea masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor, dia memutuskan untuk pergi menyusul 2 hari lagi sambil melihat keadaan di sana.
Sore itu langkah Lea perlahan, melihat kiri kanan rumah yang pernah di tempatinya dan Bi. Sudah lebih 1 bulan lebih rumah itu kosong hanya pembatu yang menjaga dan membersihkan.
Kamar-kamar di sana di masuki Lea, di lihat ya beberapa Foto yang masih tergantung di dinding rumah, sesak di dadanya masih terasa saat foto pernikahan dan foto bulan madu di lihatnya.
"Haaa kenapa kenangan itu begitu indah" ucapanya dalam hati.
Di usapnya wajah dalam foto itu, tak terasa air matanya jatuh membasahi pipi.
"Lea, mau makan malam di sini?" Bibik bertanya pada Lea.
"Gak usah Bik, Lea langsung pulang aja" Lea buru-buru menghapus air matanya.
"Bibik gak apa-kan jaga rumah ini sama mamang?" Tanya Lea.
"Gak apa-apa namanya kerja, asal di beri upah saja" senyum Bibik.
"Makasih Bik"
Tidak lama Lea di rumah kenangan itu, dia segera pulang karna tidak ingin larut dalam sedih. Sudah 2 bulan lebih kepergian Bi masih sangat sulit untuk lupa masa-masa indah itu.
**
Fio terlihat duduk dengan Criss melihat pemandangan indah di teras kamarnya yang menghadap ke perkebunan teh walaupun sudah mulai gelap.
"Wahh indah banget ya" Criss bergumam pelan.
"Ia, cuaca di sini juga bagus" Fio tersenyum sambil mengangkat gelas kopinya.
"Lea gak datang ke sini?" Tanya Criss.
"Entah lah"
"Apa dia gak suka kalau pemotretannya di sini?" Tanya Criss lagi.
"Kalau dia gak suka, gak mungkin kita di izinkan ke sini"
"Yah demi menyelesaikan kontrak bisa saja dia terpaksa, apa lagi sebelum ke sini Sea bercerita bahwa Lea sedikit marah karna Vincent Fashion seenaknya mengganti isi kontrak" jelas Criss
"Haa..bisa jadi" Fio berkata singkat.
"Jadi besok pagi pemotretan pertama?" Tanya Criss.
"Mm..kita harus cepat menyelesaikan kontrak ini" Jelas Fio.
"Kenapa apa kau tidak suka"
"Bukan begitu, hanya saja aku tidak bekerja dengan leluasa"
"Yahh..bayaran besar tidak selalu membahagiakan" Ucap Criss.
Meja makan terlihat penuh malam itu
Beberapa anggota yang di kirim dari LnFashion duduk di satu meja sedangkan Dari Vincent Fashion duduk di meja lain.
Ruang makan itu terlihat penuh dengan para pekerja yang sudah terlihat lapar.
"Boleh aku duduk di sini?" Jovanka menggeser Dea yang duduk di sebelah Fio.
"Ahh..sepertinya penuh" Dea sedikit menolak untuk pindah.
"Bisa tolong ambilkan kursi itu untuk ku?" Jovanka sedikit memerintah Dea yang dengan wajah tidak terima.
"Ini" Dea meletakkan kursi yang di ambilnya di sebelah Fio, walaupun terlihat berdesakan Jovanka seolah tak perduli asal duduk di sebelah Fio.
"Kenapa kamu gak duduk di sana?" Tanya Fio sedikit kesal.
"Kenapa aku gak boleh duduk di sini?" tanya gadis itu.
"Bukan begitu, di sini sudah penuh dan sempit, sedangkan di sana sangat longgar" Fio menjelsakan dengan nada kesal.
"Aku mau duduk di sebalah mu" Jovanka tersenyum pada Fio yang jutek.
Beberapa orang di meja memandang aneh ke arah Jovanka yang tidak perduli.
Sesekali gadis itu bertanya pada Fio yang cuek kadang tidak menjawab pertanyaan Gadis itu.
"Kasihan banget tu cewek" Dea menatap ke arah Jovanka yang masih duduk di sebelah Fio.
"Haha, usaha nya luar biasa" ucap Sisi.
"Kasihan, dia cuma buang-buang waktu untuk dekat dengan Fio" tawa Dea pada Sisi yang mencuci piringnya.
Dua gadis itu kemudian pergi masuk ke dalam ke kamarnya dari pada melihat Jovanka yang terus berusaha mendekati Fio.
Ruangan itu sudah sepi, Fio melangkahkan kakinya menuju wastafel untuk mencuci piringnya, karna pembantu di Villa itu sudah cukup sibuk dengan menyiapkan makanan saja.
"Fio, kenapa kamau selalu cuek sama aku?"
"Aku gak cuek ke kamu aja, aku memang begini" jelas Fio.
"Banyak laki-laki di luar sana yang mengejar aku, aku cantik dan juga kaya raya tapi kenapa kamu beda?"
"Aku hanya tidak tertarik saja" Fio mencoba pergi setelah mencuci piringnya.
"Tungg Fio!!" teriak Jovanka.
"Apa lebihnya Lea dari pada aku? Dia cuma janda yang baru di tinggal suaminya sedangkan aku cantik dan masih single"
"Apa maksud mu membawa nama Lea?" Fio mendekat ke arah gadis yang terlihat kesal itu.
"Aku tau hubungan mu dengan Lea, itu sudah lama berakhir kenapa kamu belum bisa lupa, aku di sini apa kamu ga bisa suka ke aku aja?" Jovanka sedikit emosi.
"Jangan pernah bandingkan diri mu dan Lea" jelas Fio dengan wajah serius.
"Kenapa benar dia cuma janda yang di tinggal suaminya" wajah Gadis itu seolah mengejek.
"Sudahlah.. kamu tidak ada apa-apanya di banding Lea, kamu cuma gadis manja yang apa-apa minta ke papa dan merengek" Fio tertawa lalu meninggalkan gadis itu dengan wajahnya yang memerah.
Fio masuk ke kamarnya terlihat Criss sudah duduk di kursi sambil melihat keluar kamar.
"Kenapa lama?" Tanya Criss.
"Gara-gara gadis gilak itu" Fio sedikit kesal.
"Jovanka??" Tanya Criss.
"Ia, dia memaksa agar aku menyukai dia, dan menjelekkan Lea."
"Apa salah Lea?" Criss bertanya.
"Entahlah, dia juga tau soal hubungan ku dulu dengan Lea"
"Ahh..soal itu aku yang kasihtau dia, sorry" Criss terlihat tidak enak pada Fio.
"Kenapa kau beritahu dia?"
"Waktu kami makan siang itu, kami tidak sengaja melihat kau memegang tangan Lea di cafetaria padahal waktu itu kau bilang ada janji" Criss menjelaskan.
"Ohh jadi dia bertanya" senyum Fio dengan sebatang rokok di jari tangannya.
"Ia, dia juga merasa kalau kau suka pada Lea" Criss menatap Fio dengan serius.
"Mm baguslah kalau dia tau" Fio tersenyum.
"Apa kau masih suka Lea?"
"Aku tidak tau perasaan ku"
Malam itu Criss dan Fio bercerita panjang Lebar, rasa lelah itu tidak terasa, begitu pula kantuk.
Pukul 2 Wib, barulah kamar itu sepi tak ada tawa atau cerita lagi.
Mereka terlihat tidur dengan mimpi masing-masing.
Aku akan selalu menendang semua perhatian yang datang pada ku, dan akan selalu menunggu kapan waktu dimana perhatian mu akan ada untuk ku.