Moving On... Asking Alexandria
Siang itu Raya dan Silvia turun dari mobil yang terparkir di pinggiran kota dekat sebuah toko perhiasan, mereka berencana membeli sepasang cincin kawin diToko mas itu
Pierce Gold and jewellery.
"Selamat siang selamat datang.... di Pierce Gold and Jewellery, ada yang bisa kami bantu Tuan dan nyonya...?! " sambut salah satu pelayan.
" Kami cari cincin kawin untuk kami pakai... " ucap Silvia dengan wajah yang tampak gembira dan berseri seri.
" Baik Silahkan sebelah sini tuan, nyonya.... " ucap nya lagi sambil membawa Raya dan Silvia menuju meja etalase khusus perhiasan Cincin.
" Lin... layanin mereka ya. aku istirahat dulu... " bisik nya pada rekannya, yang tak lain dia adalah Linda teman dari Nara yang dulu sependeritaan di tempat penyekapan.
" baik.... Mari Silahkan tuan dan nyonya, ... disini banyak cincin kawin yang cantik dan bagus, yang pastinya mewah dan cocok untuk kalian kenakan di hari spesial nanti" ucap Linda
Raya dan Silvia pun tersenyum, dan Silvia mulai antusias untuk melihat lihat dan memilih beberapa cincin yang menurutnya bagus dan cocok dengan seleranya. Beberapa menit berlalu Silvia merasa bingung karena cincin nya bagus bagus dan dia ingin memiliki semuanya.
" Sayang g apa apa kan aku coba beberapa cincin lagi, biar aku ga salah pilih... " ucap Silvia pada Raya.
" Ya tentu saja... ga papa, aku tungguin kok. apa pun yang kamu pilih aku suka... " ucap Raya sambil tersenyum, Silvia pun sangat senang dengan pengertian yang diberikan Raya, Raya pun kembali menunggu di sofa sambil sesekali minum kopi di tangannya, pikirannya melayang ke masa lalu, dia terdiam dan didepannya dia melihat Nara yang waktu itu memilih cincin kawin bersamanya.
" Bagaimana kalo yang ini yank?! " ucap Raya
" iya... aku suka, bagus sekali... " ucap Nara senang
" ini Cantik dan sederhana seperti lu Nara... " ucap Raya sambil mencoba memasangkannya di jari manis Nara.
" Gw suka apa pun yang lu pilihkan untuk Gw... " ucap Nara sambil tersenyum pada Raya, Raya masih memperhatikan cincin yang dia pakaikan dijari manis Nara.
" setelah Hari pernikahan kita nanti, gw mau lu jaga cincin ini, jangan pernah lu lepas, karena ini lambang cinta kita yang tidak akan pernah memudar seperti kilauan emas yang tidak pernah luntur termakan zaman.... " ucap Raya
"iya Raya...!!! " ucap Nara
" tapi lu bohong Nara... lu ga bisa tepati janji lu... kenapa Cincin kawin lu ada pada Billy.... dan susah payah pada akhirnya Cincin ini kembali pada gw ... sampai saat ini pun gw ga ngerti apa yang ada dipikiran lu... begitu mudah nya lu berkhianat... begitu mudah nya lu serahkan satu satunya amanat yang sangat berarti bagi gw pada orang yang sangat gw benci....!!! " ucap Raya dalam hati sambil menenggam cincin pernikahan Nara yang dia gantungkan dikalung yang dia pakai dibalik bajunya.
sambil melayani Silvia, sesekali Linda melihat pada Raya yang terlihat melamun sendiri dengan wajah yang terkadang terlihat serius.
" Seperti nya Gw pernah melihat wajah laki laki itu... tapi dimana ya?! seperti tidak asing... " ucap Linda dalam hati.
( hingga beberapa menit kemudian Silvia selesai memilih cincin kawinnya, Giliran Raya membayar nya dikasir, Linda yang masih mengingat ingat, terus melihat wajah Raya dari kejauhan. Hingga dia pun ingat pada Nara)
" ini foto keluarga ku..., ini foto suami dan anak ku... aku ingin sekali bertemu dengan mereka.... bisa kau membantu ku, menyatukan kembali serpihan robekan poto yang telah usang ini.... karena ini sangat berarti bagi ku, hanya foto-foto ini yang bisa mengobati rasa rinduku pada mereka... bantu aku mengingat wajah mereka dipikiran mu...agar suatu hari nanti jika kau beruntung bisa keluar dari sini dan bertemu dengan mereka... tolong...tolong katakan pada mereka bahwa aku disini....sangat sangat merindukan mereka... betapa mereka berarti bagi hidupku....!!!" ucap Nara samar samar dalam ingatan Linda hari itu. Linda pun mengambil nafas panjang dan dia terharu sekarang dia ingat siapa laki-laki yang beberapa menit yang lalu ada dihadapan nya.
" Nara... Nara.... ya... aku mengingatnya... tentu aku mengingat nya... laki laki itu... dia Suami Nara... " ucap Linda sambil terus menatap keluar karena beberapa menit yang lalu Raya dan Silvia pergi meninggalkan toko, Linda pun segera beranjak dan pergi keluar toko, melihat2 sekitar, tapi mereka sudah tidak ada.
Dan dengan segera dia mehampiri petugas kasir, izin melihat lihat, alamat dan nomer telepon pasangan yang barusan membeli cincin emas permata untuk menikah.
" atas nama Tuan Rayasa dan Silvia, ....!! " ucap Linda. dengan segera Linda memfoto kwitansi itu, dia pun segera mendapatkan no tlp dan alamat Raya karena yang membayar semua itu Raya.
Beberapa hari kemudian.
Linda menemui Nara yang tiada lain Olivia.
Mandy Cafe n Resto
" aku sudah tidak mau berurusan lagi dengan masa lalu....! jika mereka akan menikah biarkan mereka menikah dan hidup dengan bahagia... " ucap Nara dengan nada Datar.
" lu yakin dengan apa yang lu ucapkan??? lu benar benar tidak menginginkan hidup lu yang dulu...? "
" Tidak Linda.... aku sudah tidak sanggup lagi menjadi seorang Nara... dengan segudang masalah hidup yang dia bawa... orang orang yang dia sayang lebih bahagia hidup tanpa nya.... dan aku senang tak ada satupun orang yang mengingat dan mencarinya.... karena aku sudah tak ingin kembali... aku tidak ingin kembali dikenal sebagai Nara... aku tak ingin ditemukan, aku tak mau dicari... biarkan hidupku yang sekarang Linda... lu ga usah memberi tau siapapun bahwa Nara masih hidup... katakan pada dunia Linda, bahwa Nara sudah mati... dan dia tidak ingin ditemukan....!!! "
" tapi dulu, lu sendiri yang bilang, agar gw mengingat mereka dan memberi tau mereka bahwa lu sangat sayang dan rindu pada mereka... lu bilang mereka lah alasan lu hidup.... mereka.. yang ingin lu temui...!!! "
" Tidak...!!! sudah cukup Linda... aku tidak mau mengingat semua... !!! " ucap Nara sambil beranjak dan pergi meninggalkan Linda, lalu tak lama Gerard pun datang, bahkan berpapasan dengan Nara di restoran, tapi Nara hanya menatap Gerard, begitu pun Gerard dia menatap Nara dengan kuwatir, tapi tanpa kata Nara pergi meninggalkan restoran.
" Olivia...!! " ucap Gerard. tapi Olivia segera berlalu dengan mobilnya. Gerard pun segera menemui Linda, dan tampak Gerard sedikit marah pada Linda.
" Tidak ada lagi yang perlu lu omongin apapun tentang masa lalu Olivia, jangan temui lagi Olivia jika lu hanya akan membicarakan hal hal yang tidak penting bagi nya, terutama tentang suami dan anaknya... biarkan dia hidup
sebagai Olivia!!! " ucap Gerard sedikit keras pada Linda.
" Sekalipun lu pakaikan pakaian Olivia dan lu dandani Nara layaknya Olivia, tapi dia bukan Olivia, dia Nara... dan kehidupan seseorang tidak begitu saja bisa lu renggut dan lu lupakan... karena setiap manusia mempunyai ingatan dan memori sekali pun ingatan itu buruk dan perih... tetapi tetap itu adalah ingatan yang menjadikan manusia itu sendiri tau dan sadar siapakah dia sebenarnya... itulah jati dirinya sebenarnya . . .!!! " ucap Linda sambil berlalu meninggal Gerard, yang terlihat gusar cemas dan ketakutan Olivia kembali menjadi Nara. Gerard takut kehilangan Olivia atau Nara.
Sore itu,
Nara termenung sendiri beristirahat di balik meja kerjanya. Tiba-tiba seseorang mengetuk mejanya, dia pun tersadar dari lamunan nya yang entah melayang kemana.
"Tok... tok... tok... "
"Selamat sore nona Olivia... apa yang sedang anda lakukan?! " ucap nya.
suara itu tentu sangat mengagetkan Lamunan nya, karena suara itu suara Chan. dengan segera Nara menyambut Chan dengan wajah yang ceria.
" Hai... Chan, kamu ada disini...!!! ada apa? apa ada hal yang penting sampai sampai kamu harus datang kemari? " tanya Nara.
" iya... tentu saja ada hal yang sangat penting yang ingin ku sampaikan.... ini (sambil memberikan sebuah undangan pernikahan ayah nya dan Silvia)... ku harap nona Olivia mau datang di acara pernikahan Ayah dan tante Silvia...!! " pinta Chan
Nara tersenyum dan mengambil Undang itu, membuka sampul plastiknya dan mulai membuka undangan mewah dan harum itu.
" Ya... tentu saja.... aku akan datang Chan... semoga saat hari dimana ayah mu menikah, aku tidak ada kerjaan ya Chan.... " ucap Nara
tampak Chan cemberut.
" aku tidak ingin jawaban itu nona Olivia... aku ingin kau datang dengan pasti.... aku adalah penggemar mu dan kau adalah idola ku... aku meminta mu dengan sangat agar kau mau hadir ya nona Olivia... kumohon... kumohon.... " ucap Chan memohon pada Olivia, Nara tersenyum.
" Baiklah... aku tidak bisa menolak permintaan anak sebaik dan semanis dirimu Chan... tapi dengan 1 syarat...
(tampak wajah Chan gembira)
" Apa itu nona Olivia?! "
" Chan harus mau, aku bawa ke taman bermain ya, kita jalan jalan dan bermain ke taman bermain...
" emmm ya... asalkan anda minta izin dulu sama ayah ku...! "
" Ya tentu saja....!! "
(karena Silvia sedang sibuk dan sulit dihubungi, begitu juga Raya yang sedang sibuk sulit dihubungi, lewat handphone Chan. Nara pun hanya meninggalkan pesan pada kedua nya, meminta izin untuk membawa Chan jalan jalan di sore hari itu. agar Silvia atau pun Raya tidak khawatir.
Sore itu Nara membawa Chan jalan jalan ke taman bermain, menaiki beberapa permainan bersama, makan bersama, Nara mengambil beberapa poto dan vidio kebersamaan nya bersama Chan, membelikan apapun yan Chan minati, walaupun Chan tidak meminta tuk dibelikan. Nara sangat sangat bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama dengan Chan anak kandung nya yang bertahun-tahun lamanya tidak bertemu. dalam hati dia merasa bersyukur karena hari ini dia masih hidup dan masih di izinkan bertemu salah satu anaknya, dia pun mengingat Dean, dia ingat Dean waktu kecil, dia menatap pada Chan yang sedang ada dihadapannya yg sedang makan es krim, Tiba-tiba mata Nara berkaca kaca, dan segera menghapus air mata yg belum sempat dia teteskan di pipinya, dia tidak mau Chan melihat nya.
jam 8.00 malam
" Nona Olivia, seperti nya ini sudah malam, dan ayah ku bilang dia akan menjemput ku pulang sekarang... "
" oh iya tentu saja Chan kita pulang sekarang, biar aku yang antar, bilang sama ayah mu, aku akan mengantar mu sekarang, tidak usah dijemput. aku yang mengajak mu, aku pun yang akan mengantar mu pulang... "
" Siiiap... kapten.... " teriak Chan
Nara pun tersenyum, dan dengan segera mereka pun beranjak pulang.
20 menit kemudian
Nara dan Can pun tiba di halaman rumah Raya, Raya pun sudah berdiri di depan pagar.
Chan keluar mobil, Raya menghampiri Chan.
" Ayah....aku pulang!! "
" Hai... sayang, ayah sempet kuatir kamu belum pulang tadi, ayah baru buka pesan nya setelah ayah pulang kerja.. "
" Ayah ga usah kuatir, aku jalan jalan sama nona Olivia, salah satu polisi terbaik di kota ini... "
" aaah, Chan kamu bisa aja... " ucap Nara sambil tertawa.
" terimakasih sudah membawa Chan jalan jalan, belakang aku dan Silvia sibuk dengan acara yang akan kami gelar juga pekerjaan kami... "
" oh iya, tidak apa apa, pak... saya senang bawa Chan jalan jalan, dia anak baik, sama sekali tidak merepotkan saya... "
" Oh iya... mau mampir dulu? "
" Terimakasih pak, tapi Saya mau langsung pulang saja, ada tugas dari atasan... Chan baik baik ya...Terimakasih juga atas undangan nya, jika tidak ada tugas,saya pasti datang, salam sama Silvia ya pak. baiklah pak saya permisi pulang dulu ya, selamat malam" ucap Nara , dan kembali masuk dalam mobil nya.
Setelah itu Nara pun berlalu , dengan mobil nya. Raya masih melihat mobil Nara dari kejauhan, hingga Chan menyadarkan nya.
" Ayah, ayo masuk.... " teriak Chan
" oh... hahaha... iya Chan... "
" lihat nih... aku banyak dibeliin mainan sama nona Olivia... "
" Waah iya banyak bgt, mobil mobilan, boneka tedy bear, dan yang lain juga, makanan juga... hemmm ga boleh minta minta ya... jelek loh... nanti ga boleh ikut jalan jalan lagi loh sama nona Olivia.... "
" Aku ga minta kok... bener sumpah, tapi nona Olivia yang beliin... aku ga bohong... tanya aja sama nona Olivia.... " ucap Chan sambil cemberut.
" Heem... iya... iya deh, Ayah percaya Chan ga gitu... ya udah, ganti baju dan mandi ya, pake air hangat.. jangan lama lama nanti sakit.... "
" oke... siap...!! "
Chan pun pergi ke kamar mandi, sedang Raya melihat pada semua mainan dan makanan yang dibelikan Olivia pada Chan.
" ini terlalu berlebihan... " gumannya.
20 menit kemudian Olivia tiba di halaman rumah, dan dia melihat mobil Gerard terparkir, dan begitu melihat teras rumah, sudah tampak Gerard duduk menunggu di kursi teras rumah.
" Sudah lama? " tanya Nara, sambil duduk di kursi
" lumayan lah... mungkin ada 15 menitan." ucap Gerard sambil meminum minuman kaleng di tangan nya.
Nara pun membuka 1 minuman kaleng yang ada di meja, yang dibawa Gerard, dan langsung meminum nya.
" By the way... lu dari mana?? ada yang bilang lu pergi sama Chan sejak pulang tadi.. " tanya Gerard
" ya benar gw tadi ngajak Chan jalan jalan... gw seneng bisa bawa dia jalan jalan, dulu hari terakhir gw bertemu sama dia, dia masih balita, berjalan pun belum bisa. Dia saat itu lagi tidur pulas pulas nya, tapi Messy , kakak ipar gw membawanya pergi atas perintah Raya. Sejak malam itu , gw tidak pernah berjumpa lagi dengan nya, tapi sekarang dia sudah besar, sebentar lagi masuk SD mau 7 tahun. walaupun dia tidak mengenal ku sebagai ibu nya, tapi tak apa aku bahagia dia tumbuh dengan bahagia dan baik baik saja bersama Ayah nya, dan sebentar lagi dia punya ibu tiri... kuharap dia bisa menyayangi Chan, dan bisa benar benar mengurus dan mendidik nya seperti anaknya sendiri.. " ucap Nara sambil senyum tipis.
" jadi Apa yang membuat Chan menemui mu ke kantor?! " tanya Gerard lagi.
" dia mengantarkan ini... ( sambil mengeluarkan undangan pernikahan dari saku jaket nya, Gerard pun segera mengambil dan membuka nya, perlahan membaca isinya)
" Jadi apa yang akan lu lakukan dengan semua ini??? jangan Gila Olivia... "
Olivia melihat pada Gerard
" Ada apa?? lu seperti yang ketakutan?? apa yang membuat lu ketakutan??? "
" Gw harap lu ga mengacaukan hidup lu yang baru dengan mengungkapkan pada mereka tentang siapa sebenarnya diri lu... bukan kah lu udah nyaman dengan hidup lu sebagai Olivia... ini pergilah berlibur atau lu mau terusin kuliah dan off sementara dari kepolisian gw akan segera membuatkan lu surat surat izin dan surat keberangkatan lu" ucap Gerard sambil mengeluarkan tiket pesawat, tiket hotel juga pasport pada Olivia, sejenak Olivia menatap Gerard dengan Serius, lalu dia tertawa kecil, dan meminum dengan santai minuman kaleng ditangannya.
" ya tentu saja... gw lebih baik dengan hidup gw sekarang. dan gw senang mereka hidup lebih baik dengan tidak adanya gw... jangan terlalu ketakutan seperti itu Gee, sedikitpun gw tidak ada minat untuk menjadi diri gw yang dulu.... nara sudah benar-benar mati bagi gw...!! sedikit pun gw tak perduli dengan pernikahan Raya... jika itu bisa membuat nya bahagia,gw rela...bukankah hal terburuk yang pernah menimpa gw, tidak lebih baik dengan keadaan gw yang sekarang?! pernikahan itu sama sekali tidak membuat gw sakit...tidak ada sakit sama sekali. ...!!! " ucap Nara lalu dia bangkit dan membuka pintu rumah nya yang masih kunci .
" lu jangan khawatirkan apapun terhadap diri gw... Gee... gw ga perduli Raya atau siapa pun... ha ha ha... " ucap Nara sambil tertawa lepas.
" Baiklah kalo lu baik baik saja,,, ok gw pulang dulu, gw tau lu mau istirahat, jika lu mau hadiri undangan pernikahan itu, biar gw anter nanti. Gw ga akan biarin lu pergi sendiri..." ucap gerard sambil memasukan tiket pesawat dan vocer hotel pada saku jaket Nara.
" ya udah gw balik!! "ucap Gerard sambil berjalan menuju mobilnya, Nara tersenyum, dan Gerard pun berlalu, dia pun tidak merasa kuwatir lagi pada Nara. Setelah Gerard pergi, Nara pun masuk Rumah dan dia pun langsung saja menangis, dia luapkan malam itu rasa sedih itu, dia tak kuat tuk berpura-pura bahwa kabar pernikahan itu tidak membuatnya sedih, tapi dia pun tak mau membuat Gerard yang memberikan nya kehidupan ke 2 kecewa, karena Gerard sudah sangat baik padanya.
" Gw... ga pernah layak untuk bahagia... dengan apapun dan dengan siapa pun... !! " ucap nya sambil menangis tersedu sendiri.