Killing Me Inside
Saat berjalan menuju altar pelaminan bersama Chan, Raya dan yang lain pun melihat pada Nara. Mereka sangat sangat tak mengira Olivia sangat mirip Nara, apa lagi saat dia memakai Gaun pesta putih yang anggun dan elegan dengan bermake up Anggunnya tidak hanya Raya dan keluarga nya yang tercengang tapi teman temannya di kepolisian yang ada disitu pun terkesan,karena biasanya Olivia tidak pernah terlihat feminim. Raya tak sedikit pun berkedip, dia terus melihat pada Nara yang perlahan mendekati nya bersama Chan.
" Ayah... ini Kapten Olivia datang... " ucap Chan
" Dia cantik kan....tak kalah cantik dengan bunda Silvia" sambung nya menggoda Olivia,
Nara/ Olivia pun segera memeluk Silvia dan mengucapkan selamat berbahagia, semoga selalu akur, rukun, dan cepat diberi momongan, adik bagi Chan.
" Selamat ya.... semoga selalu berbahagia... awet sampai tua dan sampai ajal memisahkan kalian... cepet punya dede bayi biar Chan punya teman... semoga jadi keluarga yang selalu bahagia " ucap Olivia pada Silvia sambil memeluknya.
" terimakasih... Olivia... ini terwujud karena mu juga dan atas kehendak Tuhan... semoga kamu pun segera menyusul ya... jangan bertugas terus donk...
" iya terimakasih.... jika aku menikah... waktu ku terbagi bagi... bahkan mungkin akan banyak tersita di luar sana... kayaknya kasihan pasangan ku jika aku menikah sambil mengerjakan tugas sebagai polisi, ya mudah mudahan saja. terimakasih doa nya... Silvia. " ucap Olivia sambil tersenyum
Hingga pada saat Olivia, berhadapan dengan Raya, Raya masih menatap Olivia tanpa sedikit pun berucap, hingga. Olivia memulai nya.
" Selamat ya, Raya.... semoga kali ini, adalah pernikahan terakhir mu, semoga kalian berbahagia selalu. dan cepat dikaruniai anak agar chan punya teman, adik yang bisa dia lindungi... " ucap Olivia sambil tersenyum.
" iya... terimakasih... Olivia.. " ucap Raya dengan sedikit ragu. Lalu Olivia itu pun pergi menuju teman teman nya yang lain yang sedang berkumpul, Raya sesekali memperhatikan nya, dan dia melihat Olivia sedang berbincang berdua dengan Gerard, dipojokan memisahkan diri dari teman yang lain.
" Gw ga percaya, Gw mengulangi masa lalu seperti ini...! " ucap Nara pelan pada Gerard
"Maksud lu? " tanya Gerard
" ya dulu gw pun pernah menyaksikan dia menikah dengan perempuan pilihan orang tuanya, bedanya kali ini Raya memilih nya sendiri dan mungkin kali ini Raya memiliki rasa cinta pada Silvia, tidak seperti pada Lusy.... saat itu gw tengah mengandung Chan sekitar 2 minggu .... " kenang Nara.
"lu hamil olehnya tapi dia menikah dengan perempuan lain,dan lu menyaksikan nya sendiri...itu memang tak mudah Olivia, gw ikut prihatin dengan apa yang dulu lu alami, dan kali ini pun... " ucap Gerard.
Lalu Olivia membelakangi arah pelaminan, dan cepat cepat dia menghapus air matanya yang tidak bisa dia hentikan berlinang di pipinya.
" Gw hanya ... kenapa gw jadi ingat hari itu... harusnya gw ga ingat hari itu... harusnya gw ga perlu menangis , karena gw yakin gw sudah tidak ada perasaan apapun dengan laki-laki di atas pelaminan itu.... gw ga ada hati dengan laki-laki itu, gw ga kenal sebelum nya, dan gw pasti bisa bersikap wajar... " ucap Nara dgn segera menghapus air matanya, dia menarik nafas panjang.
" iya lu pasti bisa lalui semua ini Olivia.... " ucap Gerard.
" harus nya lu bisa lewati hari ini tanpa menangis jika lu benar-benar tidak lagi memiliki rasa terhadap Raya... " ucap Gerard dalam hati, dan memeluk Olivia berusaha menguatkan nya.
Raya yg memperhatikan Nara dari kejauhan merasa ada hal yang salah dengan Nara, tapi dia tidak bisa berbuat banyak selain diam dan melihatnya dari kejauhan.
" nara....maafkan aku... " ucap Raya dalam hati
Tak lama Nara pun pergi izin pulang duluan pada Gerard dia beralasan sedang tak enak badan dan Gerard pun kembali ke kumpulan bawahan nya, dan kembali duduk di meja istri dan anak nya dia pun hendak pamit setelah yang lain selesai makan jamuan,dan beberapa menit kemudian mereka pun pamit pulang, hanya saja Gerard langsung pulang ke rumah mertua nya untuk sekedar berkunjung bersama keluarga kecilnya, walaupun dia tau Olivia sekarang dalam keadaan yang kurang baik, tapi dia percaya Olivia akan baik baik saja setelah ini.
Setelah keluar dari ruangan itu Nara pun pergi keluar, dia meras hanya ingin sendiri, didepan ruang aula sana , dia tak sengaja beradu bahu dengan seseorang diantara kumpulan laki-laki yang berjalan berhadapan dengan nya,
" Bruk... " tapi dengan wajah datar nya sedikit pun dia tak menghiraukan nya, Nara terus berjalan menuju toilet,untuk sekedar menenangkan diri dan membetulkan riasaannya karena air matanya sesekali masih membasahi pipinya . Hingga laki-laki yang dia tubruk melihat padanya, dan dia sangat terkejut begitu melihat wajah itu.
" Na... na... Nara?!! " ucapnya pelan tak percaya,sejenak Bily terdiam dan menghentikan langkah nya, ingin sekali dia memastikan nya tapi rekannya yang lain, meneggurnya.
" Tuan Billy. ...!! Mari lewat sini... ! Rapat kita di lantai 3 kita bicarakan hal hal menarik lainnya setelah itu" ucap nya ramah
" oh... iya... iya baik. terimakasih telah mengingatkan.. _" ucap Billy sambil tersenyum dan melihat kepada Nara yang berlalu.
Sementara itu Raya merasa tidak enak hati, dia sekarang berada dalam keraguan, tak lama dia pun izin ke belakang, karena Silvia sedang ganti Baju kostum ke 2.
Dengan segera Raya mencari keberadaan Nara, dia mencari nya kemana-mana, hingga keluar gedung , hingga dia pun melihat nya dari kejauhan, Nara sedang membuka pintu mobilnya dan hendak masuk, dan segera berlalu dengan mobil nya, tanpa pikir panjang Raya pun segera berlari menuju parkiran, dan masuk mobil teman nya yang kebetulan ada disitu dan hendak pulang.
" Raya... lo kok, ke sini... " ucap Timi
" maaf , Tim. gw ga bisa jelasin sama loe sekarang. biar gw yang setir... " ucap Raya.
dengan penuh konsentrasi Raya berusaha menyusul mobil Nara yang ada didepan sana yang terharalang beberapa mobil, hingga di persimpangan jalan.
" Sorry Tim, Gw pinjem dulu mobil Lu... nanti gw jelaskan, nanti gw balikin. lu ga usah banyak omongan dulu, oke" Ucap Raya sambil menurunkan teman satu kantor nya di persimpangan jalan dan segera meninggal kannya begitu saja.
" bener bener udah gila, dia. nekat pergi di resepsi pernikahan nya sendiri yang tengah berlangsung. .... apa yang membuat nya begitu nekat,,, siapa pula yang dia kejar.... semoga saja setelah ini dia tidak menyesal dan segera sadar tindakan gila nya.. Raya... Raya... " ucap Timi sambil kemudian masuk ke dalam taksi menuju pulang.
Setelah 30 menit , setelah susah payah mencari keberadaan Nara. Raya pun memarkirkan mobil nya ditepian jalan, dia menghampiri Nara yang terduduk sendiri sambil menghisap dalam roko yang ada di tangan nya, dan sesekali minum kopi di cafe pinggiran jalan itu. tanpa basa basi, Raya langsung duduk dihadapan Nara. Nara pun Melihat pada Raya dengan pandangan heran.
"Raya. . .?! apa yang membuat mu ke mari?? bagaimana dengan pesta pernikahan mu??
bagaimana dengan Silvia...!?! " ucap Nara dengan sedikit khawatir.
" Nara... aku tak perduli semua itu!!! Nara... kau Nara kan?! "
" Nara??? siapa yang Anda maksud??? aku tidak mengerti??!!! "
" jangan pura-pura lagi, sejak pertama melihat mu, aku sudah merasakan nya bahwa kau adalah Nara!!! "
"Raya aku tidak mengerti? !! "
" Sudah... jangan pura-pura lagi dihadapan ku... aku sudah tau kau Nara... istri ku...!! " ucap Raya sambil berteriak, Nara pun terdiam.
" mengapa harus berpura-pura...?! mengapa selama ini kau pura-pura jadi orang lain??? mengapa kau tidak menemui ku dan chan ?! , apa kau benar-benar ingin jadi orang lain? mengapa kau tega sekali Nara,? " ucap Raya pandangannya sangat tajam , Nara hanya membuang muka dan sesekali menghisap rokok ditangannya dengan santai.
" Kau sudah tidak menganggap ku dan chan, kau nyaman dengan Dirimu sebagai Kapten Olivia??? sekarang kau haus pangkat dan kesuksesan setelah haus akan heroine, !!!"
Seketika itu Nara berdiri dan segera menampar pipi Raya dengan keras.
" Plaaaaaak!!!"
Nara memandang tajam pada Raya .
" Apa yang kau tau...? Apa yang sudah kau tau haaa? apa yang kau tau tentang diriku? jawab aku??? ( Raya hanya diam) ... apa aku tak boleh menjalani hidup ku dengan tenang dan normal?! apakah aku tidak bisa menjadi seseorang yang lebih baik?! " ucap Nara setengah teriak. Raya hanya terduduk dan menunduk.
" Apa yang aku dapat dari menjalani hidup ku jadi seorang Nara?? apa? apa kau tau Raya haa??? hanya penderitaan?! hidupku hancur jauh sebelum aku mengenal mu...!!! hidupku hancur jauh sebelum aku menikah dengan mu...!!! tidak kah aku bisa hidup bahagia??? ya Aku Nara?! aku Nara, Raya... !!! lalu kau mau apa? kau mau aku kembali menjadi seorang Nara yang bermasalah? kau mau aku menjadi seorang Nara yang selalu jadi budak sex nya Billy? kau mau aku menjadi Nara yang jadi pecandu heroine? kau mau aku jadi Nara yang hanya seorang PSK? kau mau aku jadi Nara yang mana Raya? atau kau mau aku jadi Nara yang pernah membunuh? tidak ada kebaikan yang bisa aku banggakan, atau kau banggakan, atau keluarga ku banggakan, atau keluarga mu banggakan, atau semua orang banggakan,atau semua manusia didunia ini banggakan dari ku, tidak... tidak ada sedikit pun kebahagiaan yang bisa aku timbul kan dari jadi seorang Nara, entah itu untuk diriku sendiri atau untuk mu, untuk chan, dean atau siapapun.... Tolong mengerti aku, aku hanya ingin hidup lebih baik, dan hidupku lebih baik adalah tanpa ada di kehidupan kalian." Ucap Nara sambil menangis. " Maafkan aku Nara ..." Ucap Raya sambil memeluk Nara yang menangis sejadi jadinya, susah payah dia menahan agar tidak menangis, akhirnya pecah juga. " Maafkan aku... harusnya aku waktu itu tidak terhasut hasutan Billy brengsek itu, harusnya aku percaya padamu harusnya semua bukti bukti sialan itu tidak membuat ku percaya, harusnya cincin pernikahan yang Billy ambil itu tidak membuat hati ku goyah terhadap mu... harusnya malam itu aku tidak membawa Chan dan meninggalkan mu, harusnya aku tidak pernah pergi meninggalkan mu..." ucap Raya sambil menangis menyesal . Sementara itu di sebrang jalan sana tanpa mereka sadari dari kejauhan Billy mengintai mereka .
"Ternyata benar , mereka..." Ucap Billy sambil tersenyum sinis di dalam mobilnya. Setelah beberapa kali memotret Nara dan Raya dari kejauhan ,segera Billy pun pergi dari parkiran.
" Tak bisa ku percaya kalian masih saja bersama, tidak akan pernah ku biarkan kalian bahagia, tidak akan pernah." Ucap Billy sambil tenang menyetir mobilnya.
Kembali pada Nara dan Raya. Setelah pertemuan mengharukan itu , Raya seolah tidak ingin melepaskan pelukannya pada Nara, hingga handphone disaku nya pun terus berdering berkali kali.
" Raya..." Ucap Nara sementara Raya masih terjaga dalam pelukan.
"Raya....! Sudah lepaskan! " Ucap Nara dengan sedikit berteriak.dan Raya pun tersadar.
"Telepon... Angkat..." Ucap Nara
" Aku tidak mau ,aku hanya ingin bersama mu Nara, aku sangat merindukan mu selama ini" ucap Raya
" Hentikan omong kosong mu...kita sudah berakhir.... Aku bukan Nara lagi, aku hanya seorang Olivia... Sadarlah jangan mengorbankan kebahagiaan banyak orang untuk dirimu sendiri, pikiran Chan... Pikiran Silvia... Pikiran keluarga mu ... Pikiran keluarga Silvia... Kita harus dewasa... Aku adalah masalalu mu ,dan kau akan melupakan ku , seperti ucapan mu pada Chan... Saat kau mabuk , ku mohon buang foto itu, jangan sakiti Silvia,dia adalah istri mu, jaga dia... " Ucap Nara menasehati Raya.
" Tapi aku tidak mencintainya...." Ucap Raya
"Apa maksudmu mu?" Tanya Nara
"Aku tidak mencintai Silvia, aku hanya respek atas kebaikan dan ketulusan nya pada ku dan pada Chan... Aku hanya mencintaimu Nara dari dulu hingga sekarang,aku mencintaimu..." Ucap Raya sedih.
" Kau harus bisa melupakan ku... Kau tidak bisa seperti ini, jika kau terus egois dgn perasaan mu berarti kau rela menghancurkan kebahagiaan banyak orang hanya untuk dirimu sendiri.... Belajarlah menjadi diriku... Yang bisa berkorban demi kebahagiaan banyak orang² yang ku cintai...jangan jadi pecundang Raya... Walau bagaimana pun aku tidak akan pernah kembali kepada mu ... Aku tidak mau... Aku bukan lagi seorang Nara, aku adalah Olivia.." ucap Nara dengan tegas, walaupun dihatinya merasa sakit.
Raya menangis ,dia sangat menyesalin apa yg pernah dia lakukan dulu, tapi dia pun mencerna baik baik ucapan Nara, dia berusaha tegar dan menerima takdir.
"Berjanjilah kau bisa membahagiakan Silvia dan Chan... Untuk Nara yg kau cintai."
Perlahan Raya pun mengangguk.
"Baiklah aku mengerti... " Ucap Raya pelan
Berulang kali handphone pun berdering lagi dan lagi.
"Angkat telepon nya..." Ucap Nara pada Raya.
Raya pun menghapus air mata nya, menarik nafas panjang, dan mulai mengangkat telpon dari Silvia.
"Haloo...." Ucap Raya
"Oh syukurlah Tuhan, Raya sayang kamu dimna...? Kamu baik baik saja kan...?" Tanya Silvia.
" Ia, aku baik baik saja, maaf aku sedang diluar ini, tadi tiba² saja aku dapat telpon dari kantor ini darurat jadi aku ga bisa nolak..." Ucap Raya sambil memandang Nara, Nara pun melihat pada Raya dan mengangguk.
" Cepat kembali ya , ini tamu pada nanya dimna kamu, mama papa juga Chan nanyain ..." Ucap Silvia.
"Ia... Ia aku segera kembali... Aku tutup telepon nya ya, bilang sama yang lain aku baik baik saja,tunggu sebentar aku menuju ke sana.!maaf sudah membuat mu dan yang lainnya kahwatir " Ucap Raya sambil menutup handphone nya.
"Baiklah Nara aku akan kembali ke gedung resepsi pernikahan, jaga dirimu baik baik..." Ucap Raya sambil sekali lagi memeluk Nara dengan erat, dan terakhir dia mencium bibir Nara untuk terakhir kalinya, dan setelah itu dia pergi bersama mobilnya meninggalkan Nara, yg kembali terduduk lemas atas kejadian yang sangat tak terduga itu .
Setelah merasa cukup , dan tenang tanpa rasa emosional ,Nara pun pulang menuju rumah nya, beristirahat walaupun terkadang air mata terkadang tergenang dimata nya.
" Ini adalah yang terbaik untuk ku dan untuk mereka yang ku cintai.... Ini keputusan terbaik dan tidak mungkin aku akan menyesali nya." Ucap Nara sambil terbaring di tempat tidur.
" Kapten polisi? Haaa...dunia ini memang sudah gila, bagaimana seorang pecandu heroin, seorang PSK dan pembunuh bisa menjadi polisi.... Hemmmm Nara,kau tidak pernah bisa mengelabuhi ku,sekali pun kau menjadi malaikat atau iblis sekali pun..." Ucap Billy sambil rebahan , sesekali menghisap roko dan memandangi foto Nara yang bersama Raya tadi di cafe dan foto Nara yg menjadi seorang Olivia berseragam polisi.
Sementara itu, Billy pun segera mencari cari tahu tentang Raya kembali dan dengan membayar orang² yang kompeten di bidang I.T membuat nya dengan cepat dan mudah mendapatkan data seorang Olivia. Begitu tau seorang Olivia salah satu kapten polisi di kota itu, Billy tertawa terbahak-bahak.