Chereads / Cinta Yang Telah Usai / Chapter 16 - Tinggal Bersama.

Chapter 16 - Tinggal Bersama.

"Jarak rumah dokter zein ke sekolah jauh banget, kalau aku terlambat terus gimana azka?" ucap zeira dengan nada yang seperti menyesal datang ke rumah itu.

"Bangun lebih pagi, minta antar sama supirnya biar gak telat, gak mungkin aku jemput kamu yang ada nanti aku yang telat." jawab azka tak menghiraukan apa yang di katakan zeira karena terpesona dengan gaya rumah dokter zein.

"Apa gak sebaiknya kita pulang aja ya, ini kejauhan sama jarak sekolah, aku pasti bakal susah tidur, karena aku gak bisa tidur di rumah orang lain." ucap zeira to the point.

"Jangan zeira, udah kamu coba aja dulu, aku rasa tempat ini sangat aman dan nyaman buat kamu, kita kan belum lihat kamar baru kamu." jawab azka melarang zeira untuk kembali pulang.

Tiba-tiba dari kejauhan datanglah seorang wanita paruh baya yang mulai memperkenalkan dirinya, "Permisi mas-nona, perkenalan saya mbok yati, saya asisten rumah tangga di sini, saya akan antar nona sama masnya ke lantai atas untuk melihat kamar nona dan mas." ucapnya ingin membawa zeira pergi melihat kamarnya.

"Huh? saya juga dapat kamar? kan yang tinggal di sini cuma zeira aja mbok." tanya azka yang terkejut mendapatkan kamar juga.

"Lah saya kira masnya juga mau tinggal di sini, soalnya Tuan Muda nyuruh bersihin dua kamar, dan pas banget kalian berdua datang, berarti dua kamar itu masing-masing untuk kalian berdua." jawab mbok yati, membuat Azka semakin bingung karena dokter zein tidak berbicara apa pun pada azka.

"Zei, ini gimana? kok aku juga dapat kamar sih?" bisik azka pada zeira.

"Aku gak tau, coba kamu telepon dia aja tanya kebenarannya." jawab zeira untuk menyuruh menelepon dokter zein.

"Yaudah deh, aku telepon dulu." jawab azka mengambil ponselnya di saku celananya.

Saat ingin menekan tombol menelepon, tiba-tiba dokter zein sudah ada di rumah, dan dia juga mendengar pembicaraan mereka bertiga.

"Kamu mau nelepon siapa?" tanya dokter zein berjalan masuk.

"Eh, dokter udah ada di sini, tadinya saya mau nelepon dokter karena katanya mbok yati saya juga di kasih kamar di sini. Padahal, yang akan tinggal di sini kan cuma zeira aja, saya cuma nemenin sebentar." jawab azka to the point.

"Memang benar." jelas dokter zein sambil menaruh tasnya di sofa dan menggulung lengan kemejanya.

"Huh? maksudnya benar?" kaget azka.

"Iya benar, itu benar. Salah satu kamar lagi khusus buat kamu, jadi silahkan kalian lihat-lihat kamarnya dulu, dan semoga aja kalian nyaman dan betah di sini ya." jawab dokter zein tak banyak basa-basi.

"Tapi dok, saya gak bawa apa-apa, lalu besok gimana? besok kan masih sekolah, seragamnya juga berbeda?" ucap azka yang mengkhawatirkan sekolahnya.

"Mudah sekali, Kirim alamat rumah kamu ke saya." jawab dokter zein, meminta azka untuk mengirimkan alamat rumahnya.

"Buat apa dok?" tanya azka.

"Katanya kamu gak bawa apa-apa, lagian kenapa tadi gak ngambil barang-barang kamu juga?" jawab dokter zein lalu berbicara seolah dia menyuruh azka untuk mengambil barang-barangnya juga.

"Kan dokter ngajak zeira aja, ya saya gak tau kalau dokter kasih saya kamar juga. Lagian saya juga gak mungkin buat tinggal di sini, karena adik saya pasti di rumah sendirian." ucap azka to the point dan sedikit kesal dengan perintah dokter zein yang tidak melihat situasi.

"Hm, kalau gitu ajak adik kamu juga buat tinggal di sini, biar tempat ini semakin ramai. Soal kamar tidak usah khawatir, nanti saya akan menyuruh mbok yati untuk membersihkan kamar yang berada di sebelah kamar zeira." jawab dokter zein dengan mudahnya mengajak azka dan azkia ikut menginap di sana.

"Iya tuan, nanti saya siapkan kamar satu lagi." sambung mbok yati, dengan sangat sigap.

"T-tapi kan..." bingung azka terpotong pembicaraannya dengan oleh zeira.

"Udah lah azka, ikutin aja perintah dokter zein, jangan di bantah!" selak zeira ikut gembira, akhirnya dia tidak akan tinggal sendirian dengan orang yang tidak dia kenal.

"Huft..." Azka menghela nafas yang panjang, lalu pasrah dengan keadaannya, "Yaudah deh, aku tinggal di sini dan bawa azkia juga."

"Nah, lebih baik seperti itu." ucap dokter zein yang senang mendengar jawaban azka.

"Maaf dok, boleh gak kalau saya ikut pulang, supaya bisa menjelaskan ke adik saya?" tanya azka, untuk menjelaskan yang sebenarnya pada adiknya.

"Boleh, ayo kita berangkat." ucapnya lalu pergi bersama-sama.

Azka, Zeira dan Dokter Zein langsung pergi lagi, kali ini mereka akan pergi ke rumah azka untuk mengenaskan beberapa barang yang di perlukan azka, sekaligus dengan membawa azkia karena orang tua Azka dan Azkia yang belum kembali dari Batam.

Selama perjalanan, zeira merasakan keanehan pada tubuhnya, tiba-tiba dia ingin muntah di dalam mobil. Dokter zein yang sigap pun, langsung meminggirkan mobilnya, dan membantu zeira yang ingin muntah.

"Keluarin semuanya, jangan di sisakan." ucap dokter zein.

"Perut saya sakit dok, padahal tadi gak kenapa-napa." jawab zeira yang masih memuntahkan isi perutnya.

"Karena kamu kelelahan, makanya efek sampingnya seperti itu. Ayo masuk ke dalam mobil lagi, nanti kalau sudah sampai di rumah azka kamu diam di mobil aja ya, gak usah ikut masuk." ucap dokter zein memperingati zeira.

"Iya dok," jawab zeira langsung masuk ke dalam mobil lagi sambil menahan perutnya yang sakit.

"Kamu gak apa-apa? Ini minum," ucap azka lalu memberikan minum pada zeira tetapi,

"Jangan! jangan di minum!" Selak dokter zein, mengambil minuman dari azka.

"Lah kok di ambil dok, memangnya kenapa?" kaget azka.

"Dia habis muntah, jangan di berikan air putih, atau nanti perutnya semakin sakit." ucap dokter zein dengan wajah datarnya.

"Ya sudah, kamu tidur aja zei." ucap azka pada zeira dan mendorong kursi mobil sedikit kebelakang agar zeira tidur dengan nyaman.

"Hm," gumam zeira lalu menutup matanya.

Perjalanan pun dilanjutkan, tak lama pun zeira mulai tertidur walaupun belum terlalu pulas, dengan melihat zeira yang kelelahan dokter zein pun mengendarai mobil dengan kecepatan penuh agar cepat sampai ke rumah azka, agar cepat kembali ke rumah dan mengistirahatkan zeira di rumahnya.

Sesampainya di rumah azka, Azka pun membukakan gerbangnya dan membiarkan mobil masuk ke halamannya. mendengar adanya suara gerbang mobil di buka, azkia keluar rumah dan melihat siapa yang datang.

"Ayah, mamah pasti mereka udah pulang, asik!! oleh-oleh, I'm coming!!!" gumam azkia lalu berlari keluar rumah, dan melihat ternyata mobil itu bukan milik orang tuanya tetapi ada Azka di bawah, dia pun menanyakan siapa yang ada di dalam mobil itu pada azka.

Azkia menuruni tangga rumahnya dan menanyakan siapa yang ada dalam mobil tersebut, "Bang, dia siapa?". Sangat penasaran dengan orang yang di dalam mobil itu.

"Itu Dokter Zein sama Zeira." jawab azka ikut berbisik.

"Huh, dokter zein? ngapain dia ada di sini?" kaget azkia, lalu menanyakan keperluan dokter zein yang datang ke rumahnya.

"Dia, mau jemput kita dan membawa ke rumahnya, sekaligus menjaga zeira dari ancaman teman sekelasnya." jawab azka to the point.

"Maksudnya apa bang, kia gak paham?" tanya azkia sambil mengejar abangnya yang masuk ke dalam rumah.

"Nanti Abang ceritain detailnya, sekarang lebih baik kamu beres-beres baju keseharian kamu dan seragam sekolah, termasuk buku-buku pelajaran kamu, kalau kamu mau bawa peralatan melukis juga gak apa-apa bawa aja, biar kamu gak merasa bosen di sana." jawab azka lalu mengemaskan barang-barangnya.

"Maksudnya, kita harus nginap di rumah dokter zein?" tanya zeira yang sudah paham dengan perkataan azka.

"Iya, kia. Ayo, beresin barang kamu juga, jangan lama-lama karena zeira lagi sakit." jawab azka menyuruh azkia mengemasi barang-barangnya juga.

"I-iya udah aku ke atas dulu, sebentar aku beres-beres barang-barang aku." bingung zeira lalu pergi ke lantai atas.

Azkia bergegas ke lantai dua menuju ke kamarnya, dan mulai mengemasi baju-baju yang akan di pakai di sana untuk beberapa hari, dan membawa seragam sekaligus buku-buku dan peralatan melukisnya.

45 menit kemudian...

Azka dan zeira turun dengan beberapa koper miliknya, untung saja dokter zein membawa mobil yang besar agar barang-barang Azka dan Azkia masuk ke dalam bagasi mobilnya.

"Sini biar saya bantu," ucap dokter zein mengambil koper milik Azkia dan menaruhnya di bagasi mobil. Lalu bertanya dengan peralatan melukisnya Azkia, "Ini apa? kamu mau membawa ini ke rumah saya?"

"Ini alat-alat buat melukis, saya gak bisa kalau sehabis pulang dari sekolah gak melukis, saya bakal murung seharian di dalam kamar kalau gak bawa barang kesukaan saya." jawab azkia dengan raut wajah yang sedikit takut kalau tidak di perbolehkan membawa alat-alat melukis.

"Oh gitu, yaudah masukin aja, tapi hati-hati takut rusak kalau kamu taruh nya di bagasi, lebih baik kamu taruh di kursi sebelah aja." ucap dokter zein, menyuruh azkia menaruh barangnya di kursi sebelahnya.

"Oke dok, saya taruh di kursi sebelah saya aja." jawab azkia, mengikuti perintah dokter zein.

Barang-barang sudah masuk, waktunya berangkat lagi ke rumah dokter zein, hari sudah mulai gelap, ini akan memakan waktu 1 jam perjalanan jika jalanan tidak macet, karena waktunya pulang kerja. Zeira masih tertidur dengan nyaman, tak lama pun yang lain ikut tertidur, hanya dokter zein yang masih fokus menyetir, karena yang lain tidur, dia pun menurunkan kecepatannya.

Selama beberapa menit kemudian, zeira terbangun dari tidurnya dan merasakan lapar, "Ah, laper banget, ini masih lama gak ya?"

"Enggak, sebentar lagi sampai, kamu yang sabar ya dek."

"Iya kak, eh tunggu..." ucap zeira tiba-tiba merasakan keanehan dalam ucapannya. Lalu tersadar dengan ucapan dokter zein yang memanggil zeira dengan sebutan *Adik*

"Maaf dok, tadi dokter manggil saya dengan sebutan dek?" kaget zeira dengan mata yang melebar dan mengerutkan keningnya.

"Ah, ini hm... saya habis voice note ke adik saya. iya voice note." ucap dokter zein mengelak.

"Huh? memangnya dokter punya adik?" bingung zeira.

"Punya kok dia perempuan cantik, yang sama seumuran seperti kamu." jelas dokter zein.

"Dia tinggal di rumah yang sama, dan menunggu kita pulang bukan?" tanya zeira sangat penasaran dengan ucapan dokter zein.

"Hm... enggak..." jawab dokter zein sangat gugup menjawab pertanyaan zeira, lalu dokter zein mengalihkan pembicaraannya, "Eh, tadi katanya kamu lapar, mau mampir ke restoran dulu gak?" mengajak zeira ke restoran.

"Kalau sudah mau sampai, lebih baik makan di rumah saja dok, jangan menghamburkan uang." jawab zeira tidak ingin menambah dokter zein kesulitan di jalan lagi.

"Hm, yaudah deh, sebentar lagi udah mau sampai, sabar ya." ucap dokter zein menambah kecepatan.

Zeira hanya menghela nafasnya dan dokter zein yang mendengar nafas itu langsung bergegas dengan kecepatan tinggi.

Azka terbangun karena mendengar helaan nafas zeira, "Mmm... udah sampai dok?" ucap azka sambil melirik dokter zein yang masih menyetir mobil.

"Belum Azka, masih jauh. Tidur lagi saja, kalau sudah sampai nanti saya bangunkan." jawab dokter zein karena dia mengira yang lain akan tetap tidur, dia mengurangi kecepatannya.

"Hm, oke dok." ucap azka langsung merebahkan tubuhnya lagi di kursi dan mulai memejamkan matanya, tetapi...

"Azka jangan tidur dulu, temenin aku." bisik zeira yang melarang azka untuk tidur lagi sambil memegang tangan azka.

"Ugh? zeira?" kaget azka melihat zeira yang sudah terbangun, "kamu udah bangun, zei?" tanya azka.

"Iya, aku ke bangun, karena lapar. Kamu bawa cemilan gak, aku laper banget nih." jawab zeira, lalu berbisik menanyakan cemilan pada azka.

"Biasanya yang bawa cemilan buat di jalan itu kerjaannya azkia, aku gak pernah bawa cemilan di jalan." jawab azka, lalu menunjuk ke arah azkia yang sedang tertidur di kursi belakang.

"Kia lagi tidur," ucap zeira yang menengok arah azkia yang sedang tertidur, "aku gak berani bangunin dia, coba kamu bangunin." perintah zeira memaksa azka untuk membangunkan azkia.

"Yaudah tunggu sebentar, aku bangunin dia dulu," jawab azka menuruti permintaan zeira, lalu segera membangunkan tubuhnya untuk memegang tangan azkia dan membangunkan azkia.

"Dek, kia... Bangun dek," lirih azka masih setengah sadar, membangunkan azkia

"Apa bang? kita udah sampai?" kaget azkia mendengar suara azka.

"Belum masih jauh, abang bangunin kamu karena mau nanya, kamu bawa cemilan gak?" jawab azka lalu menanyakan cemilannya.

"Cemilan?" bingung azkia karena azka menanyakan cemilan padanya, "Aku gak bawa bang, kan tadi buru-buru berangkat, makanya aku tidur karena aku gak bawa cemilan." ucap azkia beralasan.

"Yah zei, kia gak bawa cemilannya gimana ini?" pasrah azka lalu memberitahu pada zeira.

"Yaudah deh gak apa-apa, aku tahan aja sampai rumah." jawab zeira akan menahan laparnya sampai rumah.

"Tenang, tuh ada yang jualan jagung bakar, kalian mau jagung bakar gak?" sambung dokter zein melihat ada penjual jagung bakar di tepi jalan.

Sontak Azka dan Azkia berteriak, menginginkan jagung bakar pinggir jalan itu, "MAU!"

"Zeira, kamu mau jagung bakar juga gak?" tanya dokter zein mengkhawatirkan keadaan zeira yang sudah kelaparan sedari tadi.

"Enggak dok, saya gak suka jagung bakar." jawab zeira to the point tidak menyukai jagung bakar.

"Hm, yaudah saya belikan buat Azka dan Azkia saja ya," pasrah dokter zein yang mengira kalau zeira menyukai jagung bakar ternyata tidak menyukai.

"Iya dok," jawab zeira dengan senyum tipis.

Dokter zein pun turun dan membelikan jagung bakar untuk Azka, Azkia dan untuk dirinya. Walaupun kelihatan tidak menyukai dengan jagung bakar, zeira masih menyukai jagung biasa, dia pun berubah pikiran dan meminta pada dokter zein agar di belikan jagung biasa untuknya.

"Dokter!" teriak zeira dari dalam mobil.

"Apa zei?" tanya dokter zein lalu menghampiri zeira lagi dan menanyakan keinginan zeira, "Kamu mau apa?" dengan nada pelan.

"Hm, aku mau jagung biasa. Ada jagung biasa kan dok?" jawab zeira menginginkan jagung biasa, dan menanyakan apakah di sediakan jagung biasa juga di sana.

"Ada kok, kamu mau berapa? nanti saya belikan." ucapnya langsung menanyakan berapa jagung yang di inginkan zeira.

"Satu aja dok, tapi yang ukuran besar ya, hehe." jawab zeira dengan malu-malu.

"Oke, saya pesenin dulu." ucap dokter zein, lalu kembali ke penjual jagung memesan jagung biasa untuk zeira.

Ucap zeira dengan berteriak, "Terima kasih dok."

Dokter zein menjawab, "Iya sama-sama, zei." dengan memberikan ibu jari seolah-olah sebagai isyarat balasan.

Dokter zein menambah pesanan jagungnya, kali ini jagung yang biasa saja atau biasa di sebut *zeira menyukai jagung manis*

Tak lama pun jagung bakar matang dan jagung manis pun sudah di kupas hanya tinggal di makan, mereka melakukan perjalanan sambil memakan jagung itu, sesekali dokter zein memakannya lalu fokus menyetir kembali.

Dokter zein mulai meminta maaf pada zeira, karena dia melihat azka, azkia, dan zeira tertidur sangat pulas dokter Zein mengurangi kecepatannya.

"Saya minta maaf ya sama kalian," ucap dokter zein yang meminta maaf dengan malu-malu.

"Minta maaf apa dok?" jawab zeira dengan cepatnya.

"Tadi seharusnya saya membawa mobil dengan cepat tetapi karena saya melihat kalian tertidur pulas, saya mulai mengurangi kecepatan mobil agar kalian tidak kaget sewaktu-waktu ada polisi tidur." ucap dokter zein.

"Oh, gak apa-apa dok. yang penting dokter seperti itu karena tidak ingin kita kenapa-napa." jawab zeira dengan wajah yang tersenyum lebar.

Melihat wajah zeira yang tersenyum lebar dari kaca spion pun membuat hati zein bahagia sekali, seolah-olah kebahagiaan yang selama ini hilang akhirnya kembali lagi dengan senyuman zeira yang sangat tulus.

Sesampainya di rumah, zeira merasakan sakit lagi di bagian punggungnya, layaknya seperti patah tulang, tidak! ini berbeda, bukan patah tulang hanya saja kelelahan. Kelelahan karena duduk diam selama perjalanan, di pikir-pikir sangat melelahkan jika setiap hari bersekolah lalu di pulang ke rumah dokter zein, sangat banyak memakan waktu.

Zeira mulai merebahkan tubuhnya di kasur, setelah selesai membersihkan badannya, benar-benar ini perjalanan yang sangat melelahkan, zeira yakin kalau azka dan azkia juga mengalami kelelahan yang sama persis dengannya.

Dia tidak ingin memikirkan yang tidak perlu, dia pun menarik selimutnya dan mulai mematikan lampu kamarnya, benar apa yang di katakan azka, dia akan merasa nyaman dengan kamar ini, kamar yang tidak terlalu besar tetapi sangat bersih ini membuat zeira sangat nyaman dan ingin segera memejamkan matanya dengan kelelahan dengan peristiwa di sekolah dan di perjalanan.