"Ayo masuk mobil saya! Tidak akan ada bus disana. 10 menit lagi kelas ada dimulai. Kau akan terlambat!" Ujar Dosen Jay.
Rose menggeleng. Dia akan tetap pada pilihannya! Dia akan menunggu disini sampai kapan pun itu. Dia akan tetap pada pendiriannya yang saat ini. Rose diam sejenak dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Haruskah dia mengorbankan reputasinya? Tapi... tak ada salahnya juga duduk di kursi mobil itu. Tidak ada virus juga.
Hingga akhirnya Rose segera duduk disana tanpa banyak cercaan lagi. Dia merasa sangat bersyukur saja. Rose duduk dengan menatap wajah Dosen Jay lebih dulu. Dia lebih terlihat tampan sekali dari sebelum nya. Kenapa dia tampak bersih sekali saat ini? Sungguh mencurigakan sekali....
Apakah dia melakukan operasi plastik? Lihatlah dia bahkan memiliki kulit yang glowing sekali. Apa yang terjadi dengan dosen nya ini? Dia sekilas tampak seperti uke-uke di cerita boylovers. Rose bahkan yang pertama kali melihat nya sempat jijik. Tapi setelah mendekatinya... Dia tidak seperti itu. Malahan dia terlihat sangat macho sekali. Tubuh nya lumayan kekar dan tidak terlalu kurus juga.
"Pak... Kau rajin olahraga?" Tanya Rose dengan menatap otot dosen Jay yang sangat kencang sekali.
"Tentu. Aku sering sekali angkat besi." Jawabnya.
"Satu lagi. Kau sudah punya pacar?" Tanya Rose dengan menatap dan menyaksikan wajah salting tingkat dewa itu. Sungguh pertanyaan akan hal itu akan sulit sekali untuk jujur. Jujur akan perasaan.
Rose diam sejenak. Dia tidak seharusnya menanyakan hal ini sih... Ah tapi sudah terlanjur. Tidak ada yang bisa dia elak juga. Dia menatap beberapa orang yang ada di depan jalanan. Mengalihkan pandangan nya pada kesibukan semua orang yang ada di trotoar jalan dengan menyalakan layar ponsel mereka. Sibuk dengan urusan masing masing. Tidak tau dan tidak muda. Semuanya sama sama suka main hp.
"Aku... Jomblo juga sih. Baru putus." Ujar Dosen Jay.
"Oh... Oke. Jadi kamu jadi dosen karena ditolak oleh pacarnya?" Tanya Rose dengan tidak percaya sekali.
Dosen Jay mengangguk. Benar sekali kata Rose. Karena cinta nya di tolak dia menjadi seorang dosen. Menggapai mimpi nya dengan sebuah ambisi yang telah dia tanamkan sejak dini. Rose duduk dengan canggung bahkan dia berkali-kali merosot dari kursi ini karena dia deg deg an di sebelah orang tampan seperti Dosen Jay.
Dia menghela napas. Fyuh... Apakah jalanan macet seperti ini bisa di tembus dengan sebuah tameng transparan? Seperti yang ada di film film fantasi. Rose mengetahui jika dia sedang ada di sebuah jalan yang kurang 500 meter lagi Mereka sampai di kampus. Tapi apalah daya. Dia tidak bisa bergerak kemana mana.
"Aku akan menelepon dosen ku dan---"
"Aku kan salah satu dosen mu disana. Jangan khawatir aku telah ijin pada mereka semua. Jadi jangan panik yah!"
Rose hanya mengangguk saja. Apa yang dikatakan oleh dosen ini benar. Kan dia seorang dosen... Kenapa harus repot-repot bikin dosen lainnya? Bila dia bisa mengatasnamakan namanya Pak Eid.
"Mmm Pak Jay. Apakah audisi itu dimenangkannya olehnya?" Tanya Rose dengan mengingat ada Wendy yang selalu mengganggu hidup nya ini.
Dia bahkan bagaikan sebuah tom and Jerry selama bertengkar. Sungguh dahsyat sekali amukan dan tangisan mereka bila bertemu secara bersamaan.
"Dia kalah di babak terakhir. Ah... Lelah sekali audisi kemarin. Hampir saja sia diterima di agensi besar." Jawab Dosen Jay.
'Ahahaha... Sudah kuduga. Mm... Syukurlah bukan aku yang dikirim disana. Setidaknya aku tidak pernah mengecewakan kampus.' Batin Rose dalam hatinya.
Rose yang berada di sebelahnya Dosen Jay ini jika di lihat-lihat... Mereka lumayan cocok juga. Lihatlah mereka seperti sepasang kekasih walaupun usia mereka berjarak 6 tahun. Tapi lihatlah... Wajah nya Jay bahkan terlihat seperti masih berusia 20 tahun an.
Jadinya sia cocok bila disandingkan dengan wanita imut dan cantik seperti Rose.
Rose mengulum permen, mm... Sour candy. Dia suka sekali permen masam yang ada rasa-rasa jeruk nya. Itu terasa menyegarkan sekali, apalagi di gabung dengan daun mint didalamnya.
"Rose ya... Kau harus menjadi kontestan selanjutnya. Ada perlombaan sebulan kedepan. Kau harus ikut. Oke?" Tanya Dosen Jay sesekali membujuk Rose.
"Tergantung. Tergantung bagaimana audisinya... Aku sedikit malas juga untuk bersaing dengan semua kontestan. Lagipula---"
"Ssst! Kau tidak bisa tahu jika tidak mencobanya. Iya kan?" Sahut Dosen Jay.
Rose mengangguk dengan mengerucutkan mulutnya. Dia sebenarnya agak takut juga untuk audisi. Bagaimana bila dia gagal? Pasti... Dia akan menjadi sebuah bahan cemoohan kan?
Rose menghela napasnya dan lebih memilih untuk bermain ponsel.
"Btw... Kenapa mama mu ngira kita pacaran?" Tanya Dosen Jay.
Kenapa dia menanyakan hal seperti itu?! Bikin tidak nyaman aja di jawabnya.
"Ka-karena... Cuma... Pak Dosen aja yang pernah aku bawa ke rumah. Aku ga pernah bawa cowok lagi." Jawab Rose dengan menganggukkan kepala nya. Berusaha mengusir rasa malunya.
"Ahahaha. Lucu sekali mama mu. Pasti hubungan kalian dekat kan yah? Lihatlah mama mu sudah seperti teman mu tadi." Ujar Dosen Jay.
Rose menyengir. Dari mana kata itu muncul? Sungguh omong kosong yang ada tidak ada artinya. Darimana mereka dekat? Apakah itu datang dari mimpi masa depan? Ahahaha...
---***---
Jam 9 pagi, kampusnya menjadi sebuah pasar yang sangat ramai sekali. Ada festival kampus yang akan diadakan sekitar 2 Minggu lagi. Dan itu akan sangat meriah sekali karena bertepatan dengan ulang tahun pemilik kampus ini. Yah, rektor mereka akan berulang tahun.
Usianya sudah mencapai 57 tahun dan sebentar lagi dia akan segera pensiun. Mungkin akan memakan waktu lebih cepat dari masa pensiun nya, karena dia sudah sakit-sakitan. Dan kabarnya dia akan digantikan oleh anaknya sendiri. Banyak kabar beredar bila anaknya sangatlah tampan sekali, sungguh tidak terkendali ketampanan nya itu.
Berdarah keturunan China dan Korea. Dia tidak bisa membayangkan saat dia memanggilnya dengan sebutan 'Kokoh' wah... Itu akan jadi garis keturunan yang baru.
'Jangan halu Rose.'
Tak lama setelah dia melamun. Seseorang datang dengan melemparkannya sebuah coklat cair dan membuat rambutnya jadi full coklat.
"Shit. Siapa kau hah?!" Bentak Rose dengan bertanya siapa orang yang melemparinya.
"Ups. Sorry... Ga sengaja... Mmm... Btw warna rambut lu jadi bagus kok. Ada coklat coklat nya gitu. Mmm... Sweet..." Ucap Wendy dengan menggoda Rose.
Rose menarik napasnya, bersiap-siap untuk teriak.
"Ya!! Awas saja kau!! Wendy!!" Teriaknya yang membuat satu kampus tertuju pada pertengkaran Tom dan Jerry.
Jerry yakni Rose berlari dengan sangat cepat seperti tikus, untuk mengejar kucing nakal nan jahil seperti Wendy. Awas saja jika dia menangkapnya, akan jadi bubur cincang!