Rose yang baru saja masuk ke dalam rumah itu rasanya seperti masuk ke dalam sebuah perpustakaan umum. Lihatlah dimana sofa, meja, dan lemari di atur dengan rapi sekali. Dari karpet, dan gorden di jendela yang menarik perhatian. Sungguh desain yang sangat Bagus sekali.
Dia curiga jika selain menjadi pemusik dan guru musik, Dosen Jay adalah seorang arsitek. Dia bahkan mengukir tiap celah rumah nya. Dia bilang sendiri. Dan tentu saja itu menarik perhatian bagi Rose sendiri.
Dia bahkan sempat memotret beberapa lukisan yang dibeli oleh Dosen Jay. Rasanya ingin sekali membawanya satu ke rumah nya. Sedangkan dosen Jay masih tergeletak di karpet rumah nya begitu saja.
"Gue ogah banget kalau harus di suruh ngangkat dia!" Kata Rose dengan tertawa lebar. Dia merasa sangat lelah sekali dengan pria itu dan tidak akan dekat dekat dengan nya lagi.
Rose bahkan telah mengambil tas nya untuk kembali pulang. Akan tetapi... Seketika itu juga dia baru saja sadar jika lingkungan perumahan ini tidak baik untuk nya. Apalagi dia adalah seorang cewek yang ga seharusnya dia pergi sendirian. Udah jam berapa ini? Astaga... Sudah jam setengah 11 malam.
"Pak! Pak! Anterin Rose pulang dong.... Pak!! Bangun dong!" Teriak Rose dengan menggoyangkan tubuh dosen nya yang super duper males ini. Tapi tidak ada sahutan sama sekali.
"Rose... Jangan pulang dulu....." Ucap sang dosen dengan sangat lemas sekali dirinya bicara. Karena tidak tega melihat bekas luka dan memar yang membuat mulutnya berdarah itu, Rose mengangkat tubuh Dosen Jay dengan penuh perjuangan.
"Argh!!"
Rose berhasil mengangkat nya dan menuntun nya berjalan secara perlahan-lahan.
"Ah! Berapa banyak yang kau minum sih?! Sampe kayak gini hah?! Bikin susah aja...." Ketus Rose dengan semakin berat di membopong pria ini. Ah... Apa dia adalah seorang pemabuk berat? Tapi emang cocok sih dengan wajah nya yang cool dan suaranya yang agak berat tapi merdu.
Rose segera menyelimuti tubuh nya Dosen Jay. Tapi entah kenapa dosen ini malah menarik tubuh nya dan mengajak nya untuk tidur bersama.
"What?! Aish... Jijik tau ga sih! Pak! Pak! Aduh...."
Rose terus terusan menggerutu bahkan dia berteriak teriak. Sedangkan orang yang ada di luar rumah mereka hanya membatin saja dan merasa sangat kepo. Salah satunya adalah Cristopher.
"Eh. Bos Jay kenapa bawa cewek yah? Setau gue, kalau ada yang bawa cewek tandanya...."
"Iya. Gue tau masa iya ceweknya udah hamil duluan?" Sahut teman nya yang lainnya.
"Sst! Jangan kenceng kenceng kalau bicara. Nanti ketahuan boss Jay kapok Lo." Celetuk Cristopher yang akhirnya ga kuat nahan rasa kepo nya sendiri. Dia memanjatkan kakinya untuk pergi ke dalam rumah nya Dosen Jay yang lumayan besar.
Disana ada banyak sekali tanaman yang tertata dengan sangat rapi sekali seolah dia begitu perfeksionis sekali meski semua nya adalah bunga plastik.
"Apa yang terjadi dengan nya?" Tanya Cristopher pada kembaran nya Cristiano.
"Eh... Mereka lagi... Gitu ga sih?!" Sahut Cristiano dengan menyikut perutnya Cristopher.
Mereka berdua mengintip di kaca jendela nya dan melihat dua orang yang sedang tidur bersama. Astaga... Ternyata benar dengan apa yang dikatakan oleh dosen Jay tadi. Mereka berdua sepertinya seorang pasangan suami dan istri. Ini adalah kabar baru.
"Setau gue juga... Jarang ada orang nikah disini. Iya ga sih? Selalu bawa pelakor ke perumahan. Dan buat nama perumahan jadi jelek." Celetuk Cristiano.
"Nah. Bener. Ayo foto cepet! Bisa jadi uang nanti!" Sahut Cristopher dengan sangat heboh nya.
Kemudian sang kembaran yang tau dengan tabiat aslinya Cristiano segera mengambil foto yang ada disana dan rasanya sangat berterima kasih sekali karena bisa menjadi orang yang ada disini. Sungguh hal seperti ini bisa membuat nya memiliki uang sebanyak jutaan.
"Oke. Kita sepakat bagi dua yah?" Tanya Cristopher pada kembaran nya.
"Oke! 50:50." Jawab Cristiano.
---***---
Sudah pagi hari, sekitar jam 8 pagi an Rose sudah mandi dan merapikan tempat tidurnya. Dia bangun lebih awal agar tidak terjadi salah paham disini. Apalagi Dosen Jay adalah dosen nya sendiri. Itu akan lebih aneh sekali bila mengatakan nya secara terang terangan.
Setelah selesai tugas nya dia hendak pergi tapi dia ingin pamitan dulu. Tapi keburu dia sedih melihat wajah mulus itu terluka karena kejadian tadi malam. Seharusnya dia kemarin segera membersihkan bekas luka itu. Tapi... Apa daya? Dia kemarin benar benar di peluk erat oleh nya.
Dan bahkan sampai sekarang Rose kasih merinding dengan gurunya sendiri itu.
"Ah... Aku tidak pernah sebaik ini dengan orang." Ungkap nya dengan duduk di lantai dan dia mengobati luka yang ada di tangan, wajah, dan hidung nya.
"Oh my Gosh... Dia melukai kakinya juga." Ucap Rose dengan menekuk celana panjang nya Dosen Jay agar dia bisa lebih mudah mengobatinya.
Kemudian Rose perlahan-lahan mengobatinya. Tapi entah mengapa Jay terbangun dan ternyata dia tau apa yang sedang di lakukan oleh Rose.
"Ya! Apa yang kau lakukan hah?" Tanya Dosen Jay seperti sedang memarahi mahasiswa nya yang tidak mengerjakan bab skripsi.
"E-eh... Ini pak. Ngobatin. Sebelum infeksi. Nanti... Na-nanti membusuk dan di amputasi loh!" Kata Rose dengan mimik wajah yang serius.
Dosen Jay mengerutkan kening nya. Dia tidak paham dengan dunia IPA dan semacamnya. Dia hanya menurut saja. Dan menatap kenapa ada cewek ini dirumah nya?
"Mmm... Mmmm.. kenapa kamu ada disini? Apa ada tugas mu yang ketinggalan? Kenapa bisa tau rumah ku?" Tanya Dosen Jay.
"Huh? Ga inget apa kejadian kemarin hah?!" Tanya Rose dengan menaikkan alisnya.
Lihatlah wajah ekspresif nya rose yang sama persis dengan emak-emak yang sedang marah karena anak nya lagi rewel banget.
"Emang kemarin kenapa--"
Dosen Jay terkejut. Dia baru ingat!
Matanya melotot dengan wajah nya yang tidak percaya sekali dengan semua yang terjadi dengan nya saat ini. Mulutnya terbuka karena tidak percaya.
"Kau.... Kau mesum?" Tanya Dosen Jay yang malah nuduh Rose.
Plak. Karena emosi Rose langsung menampar mulut kotor itu. Bisa bisanya dia mengatakan hal itu, sedangkan dia yang hampir ingin melakukan hal itu padanya.
"Ya! Kau punya CCTV dirumah?! Kau mabuk! Berjalan seperti zombie dan kau menyuruh ku untuk mengantarkan mu pulang! Dasar merepotkan! Pria kolot! Mesum! Kau bahkan hampir!---"
Rose menjeda perkataan nya. Dan akhirnya dia lebih memilih untuk diam saja dan mengobati luka Dosen nya itu dengan sangat kasar sekali. Dia bahkan tak peduli menuangkan obat merah kebanyakan. Dan ga peduli menekan luka itu dengan sangat kasar sekali.
"Aduh! Aduh! Jangan... Jangan kasar kasar dong. Hey... Rose!" Teriak Dosen Jay dengan berteriak kesakitan.
"Dasar bodoh!"