Cahaya yang merambat secara lurus, menembus kaca beserta gorden krim bermotif bunga di dalam ruangan. Sehingga terang benderang seisi ruang, mengalahkan lampu tidur di dekat ranjang. Mata berkelopak tebal itu terasa penat tertutup, cahaya ruangan yang terang membuat mata itu terbuka. Netra cokelat yang mulai pudar warnanya disertai lingkaran putih disekitar iris menjadi tanda tingkatan usainya.
Nenek Nam bangkit dari ranjang, terasa seluruh tubuhnya rapuh dan lunglai akibat terserang demam. Ia menatap sekeliling, tercium aroma jasmin dan jeruk yang menyegarkan. Nenek Nam sempat bingung akan keberadaan dirinya di ruangan itu, ruangan tak asing yang sering menjadi tempat merindukan bagi pujaan hati yang telah lama meninggal dunia. Sendi leher bergerak, matanya memperhatikan sebuah bingkai foto dengan gambar beberapa orang yang tersenyum. Ini adalah kamar Nenek Nam, bukan kamar di panti jompo, melainkan rumah lama anaknya sebelum pindah.