Raut panik tidak hanya tergambar di wajah Rio saja. Mereka para murid-murid baru, dan para senior lainnya juga terlihat cemas.
Beberapa diantaranya berjalan mendekati Jamal yang masih tergeletak, tidak bergerak sama sekali. Sementara Rio sudah berdiri tepat di samping Jamal.
"Eh, kenapa dia?" tanya salah seorang siswa.
"Aduh jangan-jangan pingsan lagi? Ih kasihan. Berat banget sih hukumannya." Komentar salah seorang siswi, yang saat itu juga langsung mengidolakan Jamal.
"Coba sih di chek, kasian tau," imbuh siswi lainnya.
Terlihat Irawan berjalan mendekati Rio__ada baju seragam dan singlet milik Jamal tersampir di pundaknya. "Kenapa Ri?" Tanya Irawan. Sorot matanya menatap cemas ke arah Jamal.
"Ng-ngak tau gue," gugup Rio. Sebenarnya dadanya berdebar kencang tidak karuan__akibat rasa takut. Tapi sebisa mungkin ia mencoba bersikap tenang. Menyembunyikan rasa cemas nya.
"Coba diperiksa?" Perintah Irawan yang ditujukan kepada Rio.
"I-iya," Rio mengangguk gugup. Kemudian ia menjatuhkan lutut, berjongkok di samping Jamal. Secara perlahan telapak tangannya mengulur, mencoba untuk menyentuh leher Jamal, guna memeriksa denyut nadinya.
"Kita bawa ke UKS aja kali Ri..." saran Indah__cewek yang ngebet banget pingin jadi pacar Rio. Cewek berambut lurus itu sedang berdiri di samping Irawan.
"Nggak perlu!"
Suara dengan nada berat milik Jamal, sukses membuat Rio tersentak kaget. Ia langsung menarik tanganya yang belum sempat menyentuh leher Jamal. Berdiri dari jongkok nya, Rio menghela napas lega. Ekspersi wajahnya ia buat setenang mungkin.
Hela'an napas lega juga keluar dari semua murid-murid yang sebelumnya terlihat sangat panik.
Menggunakan kedua pergelangannya, Jamal mendorong tubuhnya, kemudian ia berdiri dengan gaya yang enerjik. Seluruh pasang mata, terfokus ke arahnya. Menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya Jamal hembuskan secara perlahan. Jamal merunduk, meniup dada bidangnya__menyingkirkan beberapa kotoran yang menempel di sana, sambil berkacak pinggang.
Beberapa saat kemudian, Jamal menoleh ke arah Rio, yang masih berdiri mematung, sambil menatapnya dengan gaya yang tenang. Ia maju satu langkah, berdiri di hadapan Rio dengan jarak yang sangat dekat. Hanya satu jengkal. Kemudian Jamal menggunakan telunjuknya untuk menyentuh dada Rio.
"Gue nggak papa, ini nggak seberapa buat gue. Ada lima orang model kayak dia, gue juga kuat." Somong Jamal. Mata elangnya menatap wajah Rio dengan sorot mata penuh permusuhan.
"Denger, hukuman yang barusan lu kasih ke gue, itu gue anggep lu udah ngibarin bendera perang sama gue." Ucap Jamal sambil menujuk-nujuk dada Rio selama beberapa kali. "Gue peringatin, setelah MOS selesai, lu musti ati-ati sama gue." Lanjut Jamal, ia berbicara dengan nada yang mengancam.
Oke, mungkin tadi Rio sempat merasakan takut, bahkan panik__saat Jamal ambruk. Itu karena ia merasa berada di posisi yang salah lantaran ia memberikan hukuman yang cukup berat. Tapi untuk ancaman yang baru saja diberikan oleh Jamal, justru malah membuat Rio tersenyum miring, meremehkan Jamal.
"Lu juga denger, gue nggak pernah takut sama yang namanya ancaman. Dan gue juga nggak pernah takut sama siapa pun__selagi gue berada di garis yang bener. Apalagi sama elu. Gue nggak pernah takut!" Balas Rio dengan tegas.
"Oke, kita liat aja ntar. Seberani apa lu sama gue."
Setelah menyampaikan itu, Jamal kembali berkacak pinggang. Mengedarkan pandangan ke semua murid-murid di sekitar ia berdiri. Kemudian, dengan nada suara berat dan tegas Jamal berkata.
"Kalian semua denger! Nama gue emang Jamal, tapi kalian harus panggul gue Jems. Kalo sampe gue denger kalian panggil gue Jamal, jangan salahin kalo gue sampe berbuat nekat."
Ancaman Jamal sukses membuat yang mendengar merunduk takut. Secara tidak langsung, hukuman yang baru saja dilakukan oleh Jamal, sudah menunjukan betapa kuatnya Jamal. Belum lagi ditambah tadi Rio mengatakan; kalau SMA GLOBAL berdiri di atas tanah keluarga Jamal. Jamal benar-benar mempunyai power yang tidak bisa dianggap remeh.
"-sekarang kalian semua BUBAR!! nggak ada hiburan di sini." Lanjut Jamal yang langsung membuat para murid berjalan mundur, menjauh dari nya.
Setelah menyampaikan itu, Jamal mengambil baju dan singlet di pundak Irawan. Menggunakan singlet nya, Jamal membersihkan keringat di bagian leher, dan sekitaran dadanya, kemudian turun ke perut. Setelah tubuhnya kering dan bersih dari keringat, Jamal melemparkan singlet nya tepat mengenai wajah Rio__membuat Rio tersentak, menjauhkan wajahnya.
Parfum beraroma maskulin bercampur keringat Jamal, menyeruak masuk melalu hidung sampai ke tenggorokan Rio.
"Makan tu, keringet gue!" Ketus Jamal, kemudian ia membentangkan tangan__guna memakai baju seragamnya, sambil berlalu meninggalkan Rio dan yang lainnya.
"Ya ampun, songong banget sih tu anak," komentar Indah, setelah Jamal sudah menjauh dari mereka.
"Gue bilang juga apa Rio, lu nggak tau siapa dia. Sekarang lu musti ati-ati sama tu anak." ucap Irawan, mencoba memperingatkan Rio.
"Gue nggak takut. Dia manusia kan? Masih makan nasi sama kayak gue. Kenapa musti takut."
Setelah menyampaikan itu, Rio memutar tubuh sambil meletakan singlet milik Jamal di pundaknya. Rio melenggang pergi, meninggalkan Irawan, Indah dan yang lainnya.
tbc