Chereads / Cowok Hamil / Chapter 5 - Tentang Jamal

Chapter 5 - Tentang Jamal

Triiing.....!!!

Bell tanda pulang berbunyi sangat nyaring. Suara bell itu disambut sorak riang para siswa yang memang sudah menunggu jam pulang. Tiap pintu kelas di SMA GLOBAL di penuhi siswa dan siswi__bersergam putih abu-abu saling berdesakan ingin keluar lebih dulu.

Terlihat di halaman sekolah juga sudah banyak para siswa yang tengah berlarian, menuju gerbang sekolah.

Ngomong-ngomong ini adalah hari ke sepuluh, dimana tahun ajaran baru di mulai. Kegiatan ospek, atau masa orientasi sekolah juga sudah selesai dilaksanakan sejak tiga hari yang lalu. Selama satu minggu kegiatan MOS berlangsung, Jamal memang tidak banyak berualah. Tepatnya setelah ia menerima hukuman dari Rio. Dengan terpaksa Jamal mengikuti proses seperti siswa baru pada umumnya. Bahkan ia juga mau memaki atribut yang menurutnya seperti orang gila.

Tapi siapa sangka, kalau selama menjalani kegiatan MOS ternyata diam-diam Jamal memikirkan rencana, bagaimana caranya ia bisa memeberikan pelajaran kepada Rio. Karena selama kegiatan itu berlangsung, hingga detik ini Rio adalah satu-satunya anak yang berani tidak memanggilnya Jems.

Sambil memikirkan cara untuk memberi Rio pelajaran, Jamal juga mencari atau mengajak teman-teman agar masuk atau menjadi anggota gangnya. Sepertinya sudah menjadi sebuah garis takdir, kalau anak nakal, dimana pun tempatnya pasti akan berada di kelompok anak-anak nakal juga. Dan sebaliknya, anak baik, kelompoknya dengan baik.

Kekuatan yang dimiliki oleh Jamal, membuat ia menjadi tidak sulit untuk mengumpulkan anak-anak yang sama seperti dirinya, nakal. Hingga akhirnya hanya dalam waktu beberapa hari, Jamal mampu mengumpulkan sepuluh anak nakal yang mau bergabung dengan gang yang ia baru bentuk. Hebatnya, anggota gang yang ia bentuk tidak hanya di isi oleh murid baru saja. Kakak senior, atau kakak kelasnya juga ada yang mau bergabung, masuk kedalam gangnya.

Terlihat di halte bis, Rio sedang menunggu angkot tujuan pasar yang ada di daerah nya. Setiap pulang sekolah, Rio memang selalu terlebih dahulu mampir ke pasar tradisional, untuk membantu ibunya yang berjualan sembako di sana. Ayahnya sudah lama meninggal, jadi sebagai anak pertama yang mempunyai dua adik, Rio merasa bertanggung jawab membantu meringankan beban ibunya.

Brum... brum... bruuuum...!!

Suara knalpot motor yang sengaja di keras-keraskan sama pemiliknya, mebuat perhatian Rio dan beberapa siswa yang sedang menunggu bus, langsung tertuju ke arah sumber suara tersebut.

Pemilik motor itu memang sengaja mengganti kenal pot dengan suara yang lebih keras. Sehingga membuat siapa saja yang mendengar, pasti akan merasa bising, kemudian mengumpat, lalu mendoakan yang jelek di dalam hati. Ditambah dengan cuaca yang teramat sangat terik. Emosi pasti akan cepat tersulut.

Rio menghela napas panjang, saat mengetahui siapa yang sudah sengaja meraung-raungkan knalpot motornya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Jamal. Ia juga menggelengkan kepalanya heran, melihat penampilan Jamal saat itu. Kalau biasanya Jamal hanya membuka dua kancing teratas seragamnya. Tapi kali ini, Jamal membuka semua kancing pada baju sergamnya. Dadanya yang bidang tercetak jelas di kaus dalamnya yang ketat.

Beberapa saat kemudian, terlihat Jamal menjalankan motornya ke arah halte bus, lalu berhenti tepat di hadapan Rio. Murid-murid yang lain berjalan mundur, ada juga yang menjauh berpindah tempat__menunggu angkutan umum di tempat lain. Mereka takut, dan tidak ingin berurusan dengan yang namanya Jamal.

Karena meski masih baru, nama Jems dan sepak terjangnya sudah cukup dikenal. Hanya Rio yang masih tetap anteng, berdiri di posisinya.

Mencoba mengabaikan Jamal, Rio mengedarkan pandangan, mencari angkut yang belum juga nongol.

Sedangkan Jamal menatapnya dengan tatapan dendam, sama sekali tidak bersahabat.

Brum... brum... brum...!!

Merasa kesal lantaran diabaikan, Jamal mencoba mencari perhatian Rio dengan cara meraung-raungkan motornya. Bunyinya sangat keras dan tidak enak di dengar. Membuat anak-anak yang mendengarnya mengrenyit. Bahkan sampai ada yang harus menutup indra pendengaran mereka.

Brum... brum... brum...!!

Jamal kembali membuat bising, berharap Rio menatapnya. Namun sayang Rio masih cuek, dan menganggapnya tidak ada.

Brum... brum... brum...!!

Brum... brum... brum...!!

Jamal terus saja membunyikan knlpot motornya berulang-ulang, hingga akhirnya apa yang ia lakukan sukses membuat Rio terpancing emosinya.

Dengan raut wajah yang penuh emosi, Rio mendekatkan dirinya dengan motor yang dinaiki Jamal. Tanpa berpikir panjang, Rio mencabut kontak motor__yang otomatis membuat mesin motor langsung tidak menyala.

"Maksud lu apa sih?" sinis Rio, raut wajahnya tidak kalah angkuh dengan ekspresi wajah Jamal. "Biar apa lu bunyiin motor kayak gitu? Biar semua tau kalo lu punya motor bagus? Apa lu kepingin biar keliatan keren? Kampungan, norak tau nggak?"

Setelah mencibir Jamal dengan kata-kata pedas, Rio memasukan kontak motor kedalam kantung baju seragam Jamal. Kemudian ia berjalan mengitari motor Jamal, mendekati angkot yang sudah berhenti di pinggir jalan.

Belum sempat Jamal membalas, terlihat Rio sudah masuk kedalam angkot. Disusul dengan murid-murid yang tadi menunggu bersama Rio. Semantara Jamal hanya bisa mengumpat di dalam hati, sambil menatap marah ke arah angkot yang sudah berjalan membawa Rio.

"Anying... awas lu ya!!" Geram Jamal.

tbc