Saat mendengar rencana jahat Shen Chuan, Wen Ruan sangat marah. Bahkan ia rasanya ingin sekali mencekiknya!
"Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti!"
Dasar tim babi! Umpat Wen Ruan dalam hati. Mereka telah membuat Wen Ruan marah. Bagaimana pun juga saat ini Wen Ruan kembali hidup saat ia masih kelas tiga sekolah menengah dan ia belum menyesuaikan diri. Jadi, tentu saja Shen Chuan tidak mengerti ide yang dimaksud oleh Wen Ruan. Semua yang mereka lakukan ini hanya demi dirinya. Jadi tentu saja, dalam masalah ini tidak bisa menyalahkan Shen Chuan.
Siapa suruh aku menganggap Huo Hannian sebagai musuh bebuyutannya? Batin Wen Ruan.
Setelah Huo Hannian membeli sebotol air mineral dari toko, ia pun kembali ke kelas. Ia berdiri di depan meja sambil meneguk air beberapa kali dari botol. Gerakan buah jakunnya saat meminum air begitu dingin dan liar. Beberapa gadis di barisan depan melihat ke arahnya dari waktu ke waktu dengan rasa malu dan kekaguman di mata mereka.
Mereka diam-diam menatap mata Huo Hannian, dan sepertinya Huo Hannian sudah terbiasa dengan hal itu. Ia tidak menyipitkan mata dan menutup tutup botol dengan tenang, kemudian ia pun membuka laci meja.
Saat itu Wen Ruan berlari ke pintu belakang kelas dan kebetulan melihat Huo Hannian membuka laci meja.
"Tunggu, jangan dibuka..."
Tentu saja ucapan Wen Ruan tidak berhasil membuat Huo Hannian mengurungkan niatnya untuk membuka laci. Remaja berwajah dingin itu telah membuka laci mejanya.
Dalam hati Wen Ruan ingin sekali berteriak.
"Jangan takut, aku akan membantumu!" Huo Hannian berkata seperti itu sambil mengulurkan tangannya yang ramping dan indah ke arah laci meja.
Di dalam laci meja itu terdapat seekor ular yang berwarna hijau, panjangnya sekitar sepuluh sentimeter. Bagian tubuh yang dipegang olehnya hanyalah sejauh tujuh sentimeter.
Seorang teman sekelas yang penakut berteriak ketika ia melihat seekor ular di tangan Huo Hannian.
Wen Ruan biasanya mengaku sebagai penyihir kecil, namun bagaimana pun juga ia adalah seorang perempuan. Ketika ia melihat seekor ular, tanpa sadar ia pun langsung mundur dua langkah ke belakang.
Ketika Wen Ruan mundur beberapa langkah, Huo Hannian melirik Wen Ruan. Matanya pun menjadi gelap, seolah-olah tidak bisa menembus cahaya apapun. Tatapannya begitu suram, dingin dan menakutkan.
"Dengarkan aku, sebenarnya..."
Sebelum Wen Ruan selesai bicara, tiba-tiba ia terdiam dan menghentikan ucapannya setelah melihat pemuda itu perlahan menggenggam ular itu semakin erat dan pada akhirnya ular itu pun mati.
Ketika Huo Hannian mengangkat tangannya, tanpa sengaja ular mati itu melintas di atas kepala Wen Ruan dan kemudian jatuh ke tempat sampah di belakang Wen Ruan.
Saat bagian ekor ular itu menyentuh kening Wen Ruan, ekspresi wajah Wen Ruan seketika langsung tampak pucat memutih. Tenggorokannya seperti terjepit oleh tangan yang tidak terlihat yang seolah muncul dari belakang punggungnya.
Gadis-gadis di dalam kelas yang melihat adegan ini juga merasa sangat ketakutan sama seperti yang dirasakan Wen Ruan saat ini.
Pemuda yang tatapan matanya tampak dingin itu mengeluarkan tisu basah dan perlahan menyeka jari-jarinya yang ramping. Ekspresi wajahnya yang tampak itu tampak biasa saja, seolah-olah tidak ada kejadian menegangkan. Ia seolah manusia berdarah dingin yang mampu membuat orang lain bergidik.
Huo Hannian menarik kembali kursinya dan tubuhnya yang ramping itu duduk di kursi tersebut.
Ketika bel untuk kelas terakhir di sore hari belum berbunyi, perlahan Wen Ruan duduk kembali di kursinya.
Saat itu Shen Chuan yang semula mengejarnya, juga melihat adegan tersebut. Shen Chuan sama sekali tidak menyangka bahwa Huo Hannian tidak takut pada ular dan bahkan ia berhasil membunuh ular itu. Apa yang dilakukan Shen Chuan Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Apa yang dia lakukan ini sangat tidak normal, kejam dan mengerikan! Batin Shen Chuan.
Ketika pelajaran tengah berlangsung, perasaan Wen Ruan sudah kembali, dan detak jantungnya yang semula berdetak dengan sangat kencang itu kini sudah kembali menjadi normal.
Setelah kembali tenang, Wen Ruan mengumpulkan keberanian untuk melihat pemuda yang ada di sampingnya. Saat melihat pemuda tersebut, pemuda itu malah tertidur di atas meja seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi.
Pemuda itu membenamkan wajahnya pada lengannya. Sehingga Wen Ruan hanya bisa melihat rambut pendeknya yang rapi dan lehernya yang melengkung, mulus dan ramping.
Dalam kehidupan sebelumnya, Wen Ruan telah melawan Huo Hannian dan mengira bahwa ia hanyalah pengganggu. Namun, ketika Wen Ruan menganggap Huo Hannian sebagai pengganggu yang ada di sekolah, ia baru tahu bahwa Huo Hannian sebenarnya tidak suka berkelahi dengan perempuan.
Huo Hannian selalu terlihat murung, sikapnya berubah-ubah tidak pasti, dingin dan terlihat seperti seorang bajingan. Karakternya suram dan menakutkan, tetapi setelah ditindas dan diganggu berkali-kali karena dianggap sebagai orang yang suka mengganggu, ternyata ia malah tidak pernah balas dendam kepada Wen Ruan!
-