Merasakan dirinya kini di jauhi oleh banyak orang dan berfikir jika bagaimana Iska mengetahui keadaan dirinya saat itu.
"Astaghfirullah, semoga saja hamba bisa melewati semua ujianmu." harap Salafa yang kini memiliki wajah buruk.
"Kalau semua orang menjauhiku, bagaimana jika Iska tahu. Pasti dia akan menjauhiku juga, mana sanggup aku melihat Iska jijik berada di dekatku." ucap Salafa sedih.
Salafa berhenti di sebuah warung pinggir jalan yang sepi pembeli, penjualnya adalah seorang kakek tua.
"Perutku lapar, lebih baik aku makan saja." ucap Salafa memegang perutnya.
"Mungkin aku harus mencari tempat yang sepi, agar tidak mengganggu orang lain." lirih Salafa yang tidak ingin mengganggu siapapun.
"Ada warung sepi, aku ke sana aja semoga nggak di usir." ucap Salafa menemukan warung sepi di pinggir jalan.
Ciitt.. suara rem motor.
"Permisi." ucap Salafa.
"Iya mas, mau makan apa?" tanya kakek tua yang merasa biasa bertemu dengan Salafa yang buruk rupa.